Share

Bab 71

"Kamu mengirimi Wulan uang, Ris?" tanya Ibu.

"Nggak, Bu! Arum hanya mengada-ada saja. Mana mungkin Haris mengirimi dia uang?"

"Mas!" teriakku, hingga jahitan di perut terasa sedikit perih.

"Apa, sih, Dek?"

"Kalau kamu mau begini terus, aku nyesal udah nikah lagi sama kamu. Mending pisah!" ucapku.

Bapak mengelus pundakku, sementara Ibu langsung memeluk. Sementara Mas Haris masih terdiam.

"Jangan begini, Nduk. Haris, beritahu kami apa alasanmu mengirimi uang untuk Wulan?" tanya Bapak, yang sedari tadi diam.

Mas Haris terlihat frustasi. Ia mengacak rambutnya dan akhirnya duduk di sebelah Lina. Kepalanya menunduk, seolah ia menyesali perbuatannya.

"Maaf, Rum. Aku cuma kasihan sama dia. Aku yang membuat dia keluar kerja."

"Kok kamu? Andai dia gak jahat sama aku, dia pasti nggak akn berhenti kerja dengan terpaksa begitu, Mas. Jangan menyalahkan dirimu. Aku benci itu."

"Apa yang diucapkan oleh Arum itu benar, Ris. Andai, Wulan bisa bersikap lebih dewasa, pasti dia takkan mengalami
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status