“Kenapa, Neng? Kok bengong gitu” tanya Mbok Nah.
“Itu tadi si Arum kupanggil, tapi nggak nyaut. Mana jalannya cepat banget. Terus nggak lama, dia keluar lagi naik motor.”
“Ya sudah, Neng, ayo kita susul!” ajak Mbok Nah.
Aku mengangguk saja, lalu Mbok Nah membantu mendorong kursi rodaku menuju rumah Ibu yang terdengar berisik.
“Ada apa ini, Bu?” tanyaku pada Ibu yang tengah menimang Renda.”
“Ayahnya Arum, masuk rumah sakit lagi. Sekarang katanya gagal jantung.”
Aku menutup mulut mendengar ucapan Ibu. Gagal jantung? Apakah ayahnya Arum memiliki riwayat penyakit itu?
“Mas Haris ke mana, Bu?”
“Dari kantornya, langsung ke rumah sakit. Kita saling mendo’akan saja, ya,” ucap Ibu.
“Aamiin.”
--
Setelah tengah malam, baru kami mendapat kabar kalau ayanya Arum meninggal dunia. Mendengar kabar itu, membuatku antara percaya dan tak percaya. Orang sebaik ayahnya Arum, kenapa cepat sekali meninggalnya?
Keesokan hari.
Kami sudah stand by di rumah Arum setelah Bapak meminta kunci rumah pad