Share

Bab 3. Janji Seorang Istri

Emak adalah istri kedua dari Bapak Mertua. Dari istri pertamalah Mbak Rini lahir. Ibu Mbak Rini sudah menikah lagi dan berpindah di kampung yang berbeda. Sedari kecil,  dia ikut bersama ibunya, tetapi karena sering mendapatkan kekerasan verbal, akhirnya diboyong Bapak ke rumah ini. Saat itu dia tertekan dan dirawat  Emak.

Walaupun Mbak Rini bukan anak kandung, Emak sangat menyayanginya. Apapun kebutuhannya dipenuhi, walaupun Mbak Rini seperti menutup diri karena trauma di masa kecilnya itu. Dorongan Emak untuk meneruskan sekolah tidak digubrisnya. Dia lebih suka berdagang, walaupun berulang kali gagal karena ketidak pintarannya. 

Emak Sayuti, dia begitu cantik dan lincah dalam berdagang. Kesehariannya di pasar, sedangkan Bapak menjadi juru tulis di kantor desa. Praktisnya secara keuangan, Emak mempunyai peran yang begitu besar. 

Keinginan Emak Sayuti mempunyai anak sendiri tidak terkabulkan, walaupun segala cara sudah di coba. Akhirnya,  Emak Sayuti dan Bapak mengangkat bayi laki-laki yang di beri nama Ridwan Santoso, dialah suamiku itu.  Saat itu, Mbak Rini pun sangat menyayangi adik barunya. Dia sangat senang mempunyai teman di keluarga ini.

"Nisa, kamu jangan kawatir akan hak kamu di sini. Emak sudah memikirkan itu. Walaupun Ridwan tidak lahir dari rahim Emak, dia sudah menjadi bagian nyawa Emak. Ini surat dari pengadilan pengangkatan anak. Bapak sudah mengurusnya dari awal kami memilikinya," jelas Emak. 

Dia memberikan kertas yang sudah berwarna kekuningan. Di sana tertulis jelas bahwa Ridwan Santoso diangkat anak oleh pasangan Ny Sayuti dan Tn Sardi. Ini bukti legal bahwa Mas Ridwan adalah anak angkat yang sah dimata hukum.  Aku sudah tahu dari awal sebelum kami menikah, kalau Mas Ridwan anak angkat, tetapi tidak pernah terbersitpun kejadian akan seperti ini.

"Jadi, kalian jangan pergi. Jangan tinggalkan kami. Apapun yang terjadi. Atau, kamu sudah bosan dengan kami yang sudah renta ini?"

"Emak! Jangan berkata seperti itu! Emak sudah seperti ibuku sendiri!" teriakku dengan menggenggam tangannya. 

"Kamu janji, ya."

"Ya, Mak," ucapku dengan menganggukkan kepala dengan yakin.

***

Malam ini, Emak memaksa Alif untuk tidur dengannya. Dia seperti ketakutan ketika dibangun tidurnya dia tidak lagi melihat kami lagi. 

Aku pandang dinding kamar ini, tergantung foto keluarga kami,  foto kami bertiga, aku, Mas Ridwan dan Alif. Saat itu ulang tahun ke lima Alif, aku memaksanya untuk foto bersama. 

Sayang sekali, kami belum sempat foto berempat bersama si Dwi kecil. Hanya ada foto Mas Ridwan yang sedang menggendong Dwi dengan senyum sumringahnya. Itupun masih tersimpan di ponselku ini, dan belum sempat aku cetak. 

'Mas Ridwan, tidakkah kau rindu anak perempuanmu ini. Dia sudah bisa tersenyum, persis  seperti senyumanmu yang bisa menenangkanku. Dwi, anak perempuan yang kau tunggu kehadirannya selama ini dan sekarang sudah hadir, tetapi kau tinggalkan sebelum dia beranjak tumbuh,' bisikku dalam hati. Semoga kau mendengarnya, Mas. Cepatlah pulang.

Aku layangkan pandanganku ke pigura di sebelahnya. Ijazah Sarjana Mas Ridwan. Setelah menyelesaikan kuliahnya, dia menyuntingku dan memboyongnya ke sini. Saat itu, Mbak Rini masih hidup terpisah dengan suaminya. Kami disini dengan tujuan merawat Emak dan Bapak, selain cita-citanya untuk memajukan daerah ini. Saat itu, hanya kamilah harapan mereka untuk menemani di usia senjanya.

Mas Ridwan menjadi guru honorer di kampung ini. Pembawaannya yang pintar dan gampang bergaul membuat cepat dikenal bahkan sampai di Kecamatan. Tugas yang diembannya selalu diselesaikan dengan cepat, bahkan Mas Ridwan beberapa kali menyumbangkan ide untuk perbaikan pendidikan di kampung ini. Karena itulah, atasannya merekomendasikan dia untuk diangkat sebagai pegawai negeri. 

Setelah melewati beberapa tes, Mas Ridwan dinyatakan lulus dan dalam masa menunggu terbitnya surat keputusan dari pusat yang membutuhkan waktu tidak sebentar. 

Lahirnya anak kedua kami, menyadarkan bahwa kebutuhan kami semakin membengkak. Tidak mungkin, kami menyandarkan kepada Emak yang sudah mulai tidak aktif ke pasar. Karenanya,  Mas Ridwan ikut berlayar pada setiap akhir minggu. Katanya,  hitung-hitung mendapatkan penghasilan tambahan di hari libur.  Kalau mengandalkan bayaran gaji honorer,  mana cukup? 

"Mas, tidakkah kamu capek? Berlayar itu pekerjaan berat," ucapku saat itu dengan menyusap tangan suamiku yang mulai kasar.

"Dek Nisa, ini tanggung jawab Mas. Kamu fokus mengurus Alif dan gadis kecilku yang cantik ini," jawabnya dengan menghujani ciuman ke pipi gembul Dwi kecil.

"Mas! Jangan terlalu keras! Nanti dia bangun," ingatku kepadanya. 

Mas Ridwan beralih mencium pipi Alif yang tertidur di samping Dwi. Begitu lama dan seperti membisikkan sesuatu, entah apa.

"Dek Nisa. Aku berangkat, ya. Jaga anak-anak, Emak dan Bapak," bisiknya ketika menarikku ke dalam pelukannya. Diciumnya pucuk kepalaku dengan kasih sayang yang menghangatkan hati ini.  

"Mas Ridwan, apa ditunda saja berlayarnya. Kamu terlihat capek," ucapku merajuk di dalam pelukannya.

"Tidak enak dengan teman-teman, Dek. Mereka sudah menunggu. Ingat, yang Mas katakan tadi. Jaga anak-anak, Emak dan Bapak. Doakan, Mas, ya?" ucapnya dengan mengurai pelukannya dan merapikan anak-anak rambutku.

Malam itu, aku mengantarnya sampai pintu, menatapnya sampai bayangan punggungnya menghilang di kegelapan malam.

Kalau aku tahu itu ciuman terakhirmu untuk Dwi dan Alif, tidak akan aku mengingatkanmu. Pasti aku biarkan kau terpuaskan walaupun mereka kan terbangun.

Kalau aku tahu itu adalah bencana buatmu, pasti tidak akan kuijinkan kau pergi berlayar. Walaupun itu mengharuskan kami mengencangkan ikat pinggang.  

Kalau aku tahu itu pelukan terakhirmu, aku pasti tidak akan melepaskanmu, Mas.

Ya, Allah lindungi Suamiku. Apabila dia masih hidup, selamatkanlah dia. Apabila dia sudah meninggal, tempatkanlah dia di tempat yang terbaik. Pandangan mataku mulai mengabur. Air mata sudah tidak terbendung lagi. 

Ya Allah, hanya kepada-Mu aku sandarkan diriku. Kuatkan diriku untuk menjalani hidup ini. Menjaga anak-anak, Emak dan Bapak.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status