Malam itu aku melayani suamiku dengan sepenuh hati, tetapi setelah selesai melakukannya, tiba-tiba kulihat raut wajah tak menyenangkan darinya.
"Punyamu udah gak enak!" ucapnya sambil bangkit dari tempat tidur lalu langsung mengenakan celanananya.Ucapannya benar-benar membuatku tersinggung. Setelah melahirkan empat orang anak untuknya, wajar saja jika aku tak sama seperti saat awal menikah.Akhir-akhir ini aku merasa sikapnya banyak berubah, ia sering ceplas ceplos, bahkan bersikap arogan tanpa memperdulikan perasaanku. Rasanya menyakitkan setiap kali menerima perlakuan tak menyenangkan darinya. Namun, yang bisa kulakukan hanya bersabar, berharap ia bisa semanis dan selembut dulu saat awal membina rumah tangga.Aku segera mengenakan pakaianku saat kulihat ia berjalan ke luar."Mau kemana?" tanyaku."Mau cari angin segar, di rumah membosankan, tiap waktu lihat istri gemuk dan tak sedap dipandang," ucapnya sambil melangkah pergi.Lagi-lagi dia mengatakan hal yang menyakitkan, tanpa memperdulikan perasaanku. Mengurus empat orang anak bukanlah hal yang mudah, sehingga aku sama sekali tak memiliki waktu untuk mengurus diriku sendiri.Banyak orang sering mengataiku kelinci, karena memiliki empat orang anak di usia 32 tahun. Sebenarnya aku pun tak menginginkan semua itu terjadi padaku. Saat anak kedua berusia 2 tahun, aku mengidap tumor payudara, tetapi Alhamdulillah tumor itu berhasil diangkat. Namun, dokter menyarankan agar aku tidak menggunakan KB apapun. Karena KB hormonal bisa memicu tumor payudara itu kembali.Kulihat suamiku bergegas ke arah pintu, tetapi belum sempat ia membuka pintu, tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk dari luar. Aku segera keluar kamar setelah berpakaian. Kulihat suamiku tengah menganga dengan tetesan air liur yang berjatuhan saat melihat seorang wanita cantik yang berdiri di mulut pintu."Siapa ya?" tanyaku, karena suamiku hanya berdiri mematung sambil menatap wanita itu tanpa berkedip."Saya penghuni rumah depan itu," ucapnya sambil menunjuk sebuah rumah yang terletak beberapa meter dari rumahku.Rumah itu telah lama kosong, rasanya sangat aneh jika ada yang tiba-tiba menghuninya, karena dari tadi siang aku tak melihat sebuah mobil atau motor yang berhenti disana. Kalaupun ada yang menghuni, pastilah orang itu membawa kendaraan untuk mengangkut barang-barangnya karena di rumah itu benar-benar tak ada benda apapun yang bisa dipakai."Mbak penghuni baru rumah itu?" tanyaku dengan wajah bingung.Ia mengangguk, lalu mengutarakan niatnya untuk meminta air panas. Ia bilang belum bawa kompor, jadi dia gak bisa masak air untuk menyeduh kopi."Malam-malam begini ngopi?" tanyaku lagi.Lalu ia menjawab kalau ia tak bisa tidur karena tinggal di rumah itu sendirian, selain itu ia juga tengah mengerjakan sesuatu yang membuatnya harus bergadang.Setelah mendapatkan segelas air panas, ia langsung pamit."Cepatlah tidur," ucap suamiku dengan wajah aneh sambil mendorongku ke kamar.Ia langsung menyuruhku berbaring di tempat tidur lalu berbaring di hadapanku sambil terus menyuruhku agar segera memejamkan mata.Malam semakin larut, aku merasa sangat mengantuk, lalu tidak lama kemudian aku telah masuk ke alam mimpi.Tiba-tiba terdengar suara teriakan yang membuatku tersentak dari tidur. Entah berapa lama aku tertidur, karena suamiku tiba-tiba tak berada di kasur. Aku menoleh ke arah jam dinding yang jarumnya menunjuk ke angka 2.Tiba-tiba suara teriakan itu kembali terdengar hingga memecah keheningan. Suara teriakan itu terdengar tak asing di telinga. Aku langsung beranjak dari tempat tidur lalu mencari asal suara."Aaaaaaaaaaaaaaak!" Aku langsung berlari keluar rumah saat suara itu terdengar dari arah rumah kosong.Karena takut, aku langsung menelpon tetanggaku, Surti, namanya.Lama ia mengangkat, tampaknya ia telah terlelap sehingga membuatku kesal karena lama menunggu ia mengangkat telpon.Tiba-tiba telpon diangkat."Mau apa kamu nelpon malam-malam? Surti lagi tidur!" bentak seorang lelaki."Mas Parto, aku butuh bantuan," ucapku.Tiba-tiba terdengar suara Surti."Ngapain kamu nelpon suamiku?" ucap Surti dengan suara menahan kantuk."Kamu dan suamimu bisa kesini gak? Suamiku hilang, trus barusan terdengar suara teriakannya dari rumah kosong," ucapku.Tidak berapa lama kemudian mereka berlari kearahku, lalu kami langsung menuju rumah kosong itu.Suara teriakan suamiku tak terdengar lagi. Mas Parto langsung mengetuk pintu rumah itu setelah aku menceritakan bahwa tadi ada wanita yang bilang telah menghuni rumah ini.Hening, tak ada jawaban, lalu sayup-sayup terdengar suara rintihan yang semakin melemah. Tanpa berlama-lama Mas Parto langsung mendobrak rumah itu. Lalu setelah memasuki rumah itu tiba-tiba mata kami langsung terbelalak saat melihat suamiku yang tanpa busana dengan keadaan tak sadarkan diri.Selain itu, kami sungguh tercengang saat melihat darah yang mengalir dari balik alat vitalnya yang telah menghilang.Aku berteriak histeris saat melihat keadaannya yang begitu mengenaskan. Ia tampak terus meringis dan mengerang kesakitan.____Aku langsung membawa suamiku ke rumah sakit dibantu Surti dan Mas Parto. Sepanjang perjalanan darahnya terus mengalir hingga membuatku ngeri. Walaupun ia bukanlah suami yang baik, karena akhir-akhir ini sikapnya banyak berubah padaku, tetapi aku tak tega melihat keadaannya yang tragis.Tiba-tiba suamiku mengerang kesakitan, matanya terbelalak seolah menahan rasa sakit yang teramat dalam, lalu tiba-tiba ia kembali lemas dan tak sadarkan diri."Bang Indra, sadar, Bang!" Aku menjerit histeris hingga membuat Surti dan Mas Parto terkejut."Sabar, Mir, sabar, doakan suamimu selamat." Mas Parto yang tengah menyetir mencoba menenangkanku yang tengah gelisah.Setibanya di rumah sakit, suamiku langsung dibawa ke UGD. Namun, tiba-tiba Dokter keluar dengan wajah lesu."Disini apakah ada pihak keluarga korban?" tanya Dokter."Saya istrinya," jawabku."Suami Anda telah meninggal," jawabnya hingga membuatku terkejut.Aku tak menyangka semua ini bisa terjadi, padahal tadi dia masih ada dihadapan
Malam itu tercium aroma sate yang begitu menusuk hidung. Gegas kulangkahkan kaki keluar rumah, kulihat gerobak sate berada tepat di depan rumah kosong itu. Namun, anehnya tak terlihat batang hidung penjual sate itu. "Mah, aku mau sate," ucap Yuna dan Yura saat mencium aroma sate.Aku mengangguk dan menyuruh abang-abangnya untuk menjaga mereka. Gegas ku berjalan menuju gerobak sate itu, walau sebenarnya bulu kudukku mulai meremang saat melihat rumah kosong itu. Sejak suamiku meninggal, aku tak pernah keluar rumah setelah magrib hingga pagi. Namun kali ini aku memberanikan diri saat melihat tukang sate itu."Mas Eko--- Mas Ekoooo---!" Aku berteriak memanggilnya dari kejauhan, karena jujur saja aku masih paranoid jika harus mendekati rumah itu.Hening, tak ada jawaban.Tiba-tiba terdengar suara tawa Mas Eko dari dalam rumah."Mas Ekoooo------!" Aku berteriak lebih kencang, tetapi Mas Eko malah terus tertawa dari dalam rumah kosong itu tanpa memperdulikan teriakanku.Aku merasa bingung h
Keesokan harinya kulihat Mas Parto berjalan celingukan sambil bersiul. Matanya terus melihat ke atas sambil sesekali celingukan kanan kiri."Cari apa, Mas?" tanyaku."Burung saya menghilang," jawabnya hingga membuatku terkejut dan langsung menoleh ke arah celana bagian depannya."Itu masih ada," tunjukku. "Eh Astagfirullah, ngapain saya." Seketika aku langsung menutup mata karena malu."Oalah, bukan ini toh Mir, burung kakaktua jambul hitam itu loh, harganya mahal, Mir, sayang banget kalau hilang," ucap Mas Parto.Tiba-tiba terdengar suara kicauan burung dari dalam rumah kosong depan rumahku yang membuat Mas Parto seketika berlari ke arahnya."Hati-hati, Mas, nanti burung yang lain yang hilang," ucapku sambil tetap berdiri dari kejauhan. Rasanya masih mengerikan saat mengingat suara cekikikan semalam yang masih terngiang-ngiang di telinga."Sini, Mir, temani saya!" teriaknya.Aku langsung mengangguk, mengingat dia yang selalu sigap membantu setiap aku membutuhkan pertolongan. Selama
Mas Parto dan warga lainnya ke rumah sakit. Aku tidak mengenali lelaki itu, tetapi ada beberapa warga yang kenal dengannya. Mereka bilang kalau lelaki itu berasal dari kampung sebelah. Kejadian itu membuat kami semua bergidik ngeri, aku juga merasa khawatir kalau orang itu akan mengalami nasib seperti suamiku yang tak tertolong nyawanya, kalaupun ia bisa selamat, lalu bagaimana kelanjutan hidupnya tanpa burung.Entahlah, aku merasa bingung dengan penghuni rumah kosong itu yang masih misterius. Mengapa ia harus sampai menghilangkan burung-burung lelaki yang mencoba masuk ke rumah itu, tetapi Mas Eko dan Mas Parto tidak ia ganggu sama sekali.Keesokan harinya terdengar kabar bahwa lelaki yang bernama Parman itu bisa selamat, tetapi harus menjalani operasi yang biayanya tak sedikit. Kasihan sekali karena ternyata operasi itu tak bisa mengembalikan burungnya, entahlah bagaimana kelanjutan hidupnya tanpa burung.Malam itu, terdengar suara pintu rumahku diketuk hingga membuatku ketakutan. S
Aku tersentak kaget saat mendengar suara tangis anakku yang berusia tiga tahun. Aku merasa bingung saat kusadari bahwa diriku tengah terbaring di depan televisi bersama anak-anak. Rupanya tadi aku ketiduran setelah Surti pulang, lalu memimpikan ayah dan Ibu."Mama tadi ngorok kenceng banget," ucap Yudha yang tengah mengerjakan PR, sementara adik-adiknya asyik menonton televisi.Aku hanya menggaruk-garuk kepala lalu tersenyum malu. Setelah itu beranjak ke kamar dan melihat kolong ranjang. Mimpi tadi membuatku penasaran, seolah itu pertanda dari kedua orangtuaku. Aku segera menggeser ranjang berbahan kayu jati peninggalan kedua orangtuaku lalu kulihat ada beberapa keramik yang tampak ditandai dengan cat berwarna hitam. Karena penasaran, aku langsung mencongkelnya menggunakan pisau scrab.Keramik itu akhirnya bisa terbuka, lalu tiba-tiba aku melihat seperti kayu yang ditutupi pasir. Aku segera menyibak pasir itu, lalu kulihat sebuah peti kayu berbentuk persegi. Gegas kuangkat peti kayu i
Aku terus kepikiran ucapan Kang Dedi tentang wanita gemuk tetapi bisa berlari dengan cepat. Ada seseorang dengan ciri-ciri seperti itu, tubuhnya gemuk, tetapi gerakannya sangat lincah. Namun, aku harus memergokinya dengan mataku sendiri, agar aku tak salah menduga.Malam itu aku sengaja tidur di ruang depan untuk bisa memergoki wanita yang selalu menerorku itu. Aku sengaja memadamkan lampu agar si peneror tak melihat bayanganku."Mama sedang apa disini gelap-gelapan?" tanya Yudha sambil mengucek-ngucek kedua bola matanya."Yudha kenapa bangun?" tanyaku lirih."Aku haus," jawabnya.Aku membiarkannya ke dapur lalu tiba-tiba ia kembali sambil berbisik bahwa ia melihat bayangan seorang perempuan dari kaca jendela dapur. Aku dan Yudha mengendap-endap ke dapur, tampaknya si peneror sengaja lewat belakang agar tak melewati rumah Kang Dedi. Semua itu membuatku yakin bahwa si peneror adalah orang yang berbeda dengan wanita misterius yang mengaku tinggal di rumah Kang Dedi.Aku dan Yudha mengen
Keesokan harinya kulihat Kang Dedi yang tengah menyiangi rumput. Tiba-tiba ia menoleh kearahku saat menyadari keberadaanku yang tengah memperhatikannya sejak tadi. Ia tersenyum lalu menyapaku dengan wajah santai, seolah tak tahu apa yang telah terjadi semalam padaku."Hallo, Mir, pagi-pagi ngelamun aja?" sapanya.Aku langsung berjalan mendekati lelaki berkulit sawo matang yang kini memangkas dahan pohon jambu kristal."Kang Dedi, semalam saya dikejar Kuntilanak." Aku memberanikan untuk bercerita walaupun mungkin tanggapannya akan menertawakanku."Hahahahahahahhaha." Benar saja, ia tertawa terpingkal-pingkal saat mendengar ceritaku."Dimana?" tanyanya setelah tertawa begitu lama sambil keluar air mata."Kuntilanak penghuni rumah Kang Dedi," sahutku."Kok Kuntilanak itu gak pernah nemuin saya, padahal lumayan buat nemenin selama saya tinggal disini," sahutnya santai.Aku hanya menggeleng, benar juga, mengapa Kuntilanak itu tidak mengganggunya."Semalam Kang Dedi ngobrol sama siapa?" tan
Keesokan harinya kulihat Kang Dedi telah bersiap kembali ke Kalimantan, terlihat ia telah memakai pakaian rapi juga menenteng sebuah koper. Tidak berapa lama kemudian tiba-tiba sebuah mobil travel berhenti tepat di depan rumahnya."Pamit dulu, Mir!" teriaknya sambil menoleh kearahku yang tengah berdiri mematung sambil memegangi sapu."Iya, Kang, hati-hati di jalan," sahutku.Setelah itu Kang Dedi melambaikan tangan lalu masuk mobil. Tiba-tiba terlihat sesosok wanita dari balik gorden rumah Kang Dedi yang sedikit terbuka, ia tampak melambaikan tangannya ke arah mobil travel itu. Lalu tiba-tiba ia kembali menutup gorden itu setelah mobil travel yang dinaiki Kang Dedi telah meluncur jauh.Deegh-- Jantungku terasa berdegup lebih kencang. Wanita misterius itu ternyata benar-benar menempati rumah itu. Rupanya Kang Dedi selama ini berbohong dengan keberadaannya. Namun, bagaimana caranya ia bersembunyi disaat para polisi menggeledah semua sudut ruangan bahkan sempat mengepung sekeliling rumah