Share

Burung Suamiku Menghilang
Burung Suamiku Menghilang
Penulis: Widya Yasmin

Tetangga Baru

Malam itu aku melayani suamiku dengan sepenuh hati, tetapi setelah selesai melakukannya, tiba-tiba kulihat raut wajah tak menyenangkan darinya.

"Punyamu udah gak enak!" ucapnya sambil bangkit dari tempat tidur lalu langsung mengenakan celanananya.

Ucapannya benar-benar membuatku tersinggung. Setelah melahirkan empat orang anak untuknya, wajar saja jika aku tak sama seperti saat awal menikah.

Akhir-akhir ini aku merasa sikapnya banyak berubah, ia sering ceplas ceplos, bahkan bersikap arogan tanpa memperdulikan perasaanku. Rasanya menyakitkan setiap kali menerima perlakuan tak menyenangkan darinya. Namun, yang bisa kulakukan hanya bersabar, berharap ia bisa semanis dan selembut dulu saat awal membina rumah tangga.

Aku segera mengenakan pakaianku saat kulihat ia berjalan ke luar.

"Mau kemana?" tanyaku.

"Mau cari angin segar, di rumah membosankan, tiap waktu lihat istri gemuk dan tak sedap dipandang," ucapnya sambil melangkah pergi.

Lagi-lagi dia mengatakan hal yang menyakitkan, tanpa memperdulikan perasaanku. Mengurus empat orang anak bukanlah hal yang mudah, sehingga aku sama sekali tak memiliki waktu untuk mengurus diriku sendiri.

Banyak orang sering mengataiku kelinci, karena memiliki empat orang anak di usia 32 tahun. Sebenarnya aku pun tak menginginkan semua itu terjadi padaku. Saat anak kedua berusia 2 tahun, aku mengidap tumor payudara, tetapi Alhamdulillah tumor itu berhasil diangkat. Namun, dokter menyarankan agar aku tidak menggunakan KB apapun. Karena KB hormonal bisa memicu tumor payudara itu kembali.

Kulihat suamiku bergegas ke arah pintu, tetapi belum sempat ia membuka pintu, tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk dari luar. Aku segera keluar kamar setelah berpakaian. Kulihat suamiku tengah menganga dengan tetesan air liur yang berjatuhan saat melihat seorang wanita cantik yang berdiri di mulut pintu.

"Siapa ya?" tanyaku, karena suamiku hanya berdiri mematung sambil menatap wanita itu tanpa berkedip.

"Saya penghuni rumah depan itu," ucapnya sambil menunjuk sebuah rumah yang terletak beberapa meter dari rumahku.

Rumah itu telah lama kosong, rasanya sangat aneh jika ada yang tiba-tiba menghuninya, karena dari tadi siang aku tak melihat sebuah mobil atau motor yang berhenti disana. Kalaupun ada yang menghuni, pastilah orang itu membawa kendaraan untuk mengangkut barang-barangnya karena di rumah itu benar-benar tak ada benda apapun yang bisa dipakai.

"Mbak penghuni baru rumah itu?" tanyaku dengan wajah bingung.

Ia mengangguk, lalu mengutarakan niatnya untuk meminta air panas. Ia bilang belum bawa kompor, jadi dia gak bisa masak air untuk menyeduh kopi.

"Malam-malam begini ngopi?" tanyaku lagi.

Lalu ia menjawab kalau ia tak bisa tidur karena tinggal di rumah itu sendirian, selain itu ia juga tengah mengerjakan sesuatu yang membuatnya harus bergadang.

Setelah mendapatkan segelas air panas, ia langsung pamit.

"Cepatlah tidur," ucap suamiku dengan wajah aneh sambil mendorongku ke kamar.

Ia langsung menyuruhku berbaring di tempat tidur lalu berbaring di hadapanku sambil terus menyuruhku agar segera memejamkan mata.

Malam semakin larut, aku merasa sangat mengantuk, lalu tidak lama kemudian aku telah masuk ke alam mimpi.

Tiba-tiba terdengar suara teriakan yang membuatku tersentak dari tidur. Entah berapa lama aku tertidur, karena suamiku tiba-tiba tak berada di kasur. Aku menoleh ke arah jam dinding yang jarumnya menunjuk ke angka 2.

Tiba-tiba suara teriakan itu kembali terdengar hingga memecah keheningan. Suara teriakan itu terdengar tak asing di telinga. Aku langsung beranjak dari tempat tidur lalu mencari asal suara.

"Aaaaaaaaaaaaaaak!" Aku langsung berlari keluar rumah saat suara itu terdengar dari arah rumah kosong.

Karena takut, aku langsung menelpon tetanggaku, Surti, namanya.

Lama ia mengangkat, tampaknya ia telah terlelap sehingga membuatku kesal karena lama menunggu ia mengangkat telpon.

Tiba-tiba telpon diangkat.

"Mau apa kamu nelpon malam-malam? Surti lagi tidur!" bentak seorang lelaki.

"Mas Parto, aku butuh bantuan," ucapku.

Tiba-tiba terdengar suara Surti.

"Ngapain kamu nelpon suamiku?" ucap Surti dengan suara menahan kantuk.

"Kamu dan suamimu bisa kesini gak? Suamiku hilang, trus barusan terdengar suara teriakannya dari rumah kosong," ucapku.

Tidak berapa lama kemudian mereka berlari kearahku, lalu kami langsung menuju rumah kosong itu.

Suara teriakan suamiku tak terdengar lagi. Mas Parto langsung mengetuk pintu rumah itu setelah aku menceritakan bahwa tadi ada wanita yang bilang telah menghuni rumah ini.

Hening, tak ada jawaban, lalu sayup-sayup terdengar suara rintihan yang semakin melemah. Tanpa berlama-lama Mas Parto langsung mendobrak rumah itu. Lalu setelah memasuki rumah itu tiba-tiba mata kami langsung terbelalak saat melihat suamiku yang tanpa busana dengan keadaan tak sadarkan diri.

Selain itu, kami sungguh tercengang saat melihat darah yang mengalir dari balik alat vitalnya yang telah menghilang.

Aku berteriak histeris saat melihat keadaannya yang begitu mengenaskan. Ia tampak terus meringis dan mengerang kesakitan.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mblee Duos
Hay kak, semangat terus nulisnya yach... ceritanya keren kok... dan bila berkenan, saling support yuk! di cerita aku, MAMA MUDA VS MAS POLISI
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status