Share

Permainan selanjutnya untuk pengkhianat

KAU HIANATIKU, KU HILANGKAN PUSAKAMU

BAB 3

"Hallo, Mbok Sum," ucapku pada ART ku yang ada di rumah yang akan dituju mas Bayu.

"Iya, Non, ada apa?"

"Tolong Mbok Sum ajak semua art dan tukang kebun maupun supir ke rumah saya yang lain. Soalnya suami saya mau mengajak gundiknya ke rumah itu, mbok Sum tolong koordinir semua yang ada di rumah itu untuk satu hari ini pindah ke rumah yang saya beritahu tadi ya mbok, nanti kalau mas Bayu sudah pergi dari sana baru kalian bisa kembali ke rumah itu lagi, oh iya jangan lupa kunci semua pintu rumah, untuk satpam, biarkan saja tetap disana untuk menjaga hal yang tidak diinginkan jika mas Bayu nanti nekat," jelasku panjang lebar pada mbok Sum, kepala ART di rumahku.

"Baik, Non, siap laksanakan."

"Ingat ya, Mbok, kalian harus pergi dari sana sekarang juga soalnya Mas Bayu dan gundiknya lagi menuju arah sana."

"Iya, Non." ponsel ku tutup.

"Hahahaha, rasakan kamu, Mas, seenaknya saja mau pakai dan menikmati kemewahan yang ku punya bersama gundikmu, aku tidak akan membiarkan itu semua terjadi, akan ku buat kalian menyesal jangan harap kalian bisa hidup tenang setelah berbuat begini padaku.

***

Kini aku sudah berada di rumah, dengan santai aku mengganti bajuku dengan baju rumahan milikku, setelah mengganti baju aku menuju ruang keluarga dan menonton televisi disana, pikiranku melayang pada saat mas Bayu meminta izin kepadaku untuk menikah lagi.

"Dek, sedang apa?" ucap mas Bayu padaku dan tiba-tiba memelukku dari belakang ketika aku sedang sibuk memeriksa laporan hasil kantor, baik itu kantor pusat maupun cabang, biarpun sekarang mas Bayu yang sudah mewakiliku tapi tetap aku yang memiliki kendali untuk setiap keputusan di perusahaan.

Selama ini memang akulah yang menjadi tulang punggung dalam rumah tanggaku ini, sedangkan gaji mas Bayu digunakan untuk membiayai hidup ibu dan adiknya yang masih kuliah, tidak masalah bagiku karena yang namanya sudah berumah tangga maka keluarganya akan menjadi keluargaku juga.

Mas Bayu suami yang baik menurutku, suami penyayang dan romantis, ya, meskipun setiap memberikan kejutan untukku yang dipakai adalah uangku juga aku tidak masalah, asalkan rumah tangga kami adem ayem bagiku uang tak jadi soal.

"Hemmm, kenapa, Mas?" aku pun membalikkan badan menghadap mas Bayu.

"Emm, anu, itu," ucap mas Bayu gugup.

"Kamu kenapa mas kok gugup gitu." tanyaku sembari menelisik wajah mas Bayu.

"Dek Mas mau izin menikah lagi."ucap mas Bayu dengan spontan.

Degh, perkataan mas Bayu bagai godham yang menghantam dadaku.

"Kamu jangan bercanda ah, Mas, gak lucu tau becandaanmu, udah ah aku lagi sibuk mengecek laporan nih."

Aku membalikkan badan kembali meneruskan pekerjaanku yang tertunda.

"Aku tidak bercanda, Dek, aku serius." ucapan mas Bayu menghentikan tanganku yang sedang mengetik laptop milikku.

"Dengn siapa, Mas." ucapku  tanpa menoleh ke arahnya dan dengan suara sedikit bergetar.

"Dengan Tania, Dek." 

Aku mengernyitkan dahi, sepertinya aku pernah dengar nama itu.

"Apa aku mengenal perempuan itu, Mas?" ucapku dengan datar.

"Kamu belum kenal dan ketemu, Dek, tapi aku dulu pernah cerita sama kamu kalau Tania itu mantan aku."

Ya, baru aku ingat Tania adalah mantan yang membuat mas Bayu sempat kehilangan semangat hidupnya, Tania meninggalkan mas Bayu karena pada saat itu mas Bayu masih bekerja sebagai karyawan biasa di kantor ayah.

"Bukannya Tania sudah menikah, Mas?"

"Dia sudah bercerai sama suaminya dan anaknya juga dibawa suaminya."

"Apa kamu tahu penyebab perceraian mereka?"

"Suaminya kdrt , Dek, makanya Tania kabur dari rumah suaminya dan menggugat cerai, jadi gimana boleh ya aku menikah lagi, aku janji aku akan adil." aku membalikkan badan kembali dan menatap matanya.

"Tapi bukannya Tania dulu pernah meninggalkanmu karena pria kaya, apa dari situ kamu tidak bisa mempelajari watak dan sifat dia yang matre, yang hanya mau hartanya saja."

"Alasan dia meninggalkanku karena terpaksa, Dek, waktu itu ibunya sedang sakit jadi dia terpaksa menerima pinangan mantan suaminya itu."

"Apa kamu tidak bahagia Mas dengan pernikahan kita, 

sehingga kamu ingin menikah lagi?" aku menatap tajam mata mas Bayu.

"Aku bahagia, Dek, kamu istri yang baik dan penurut, tapi ada yang kurang, Dek, dan aku rasa kamu tahu alasannya."

"Momongan?" mas Bayu  mengangguk.

"Bukankah aku sudah mengajakmu berobat, Mas, kita bisa periksa jika memang ada masalah, atau kita bisa pakai metode bayi tabung, tapi kamu selalu tidak mau jika diajak."

"Dek, di keluarga mas tidak ada yang mandul, mamiku saudaranya ada lima dan papiku saudaranya ada empat sedangkan anak mami dan papiku ada tiga, sudah dipastikan tidak ada yang mandul dalam keluarga kami."

"Jadi kamu menganggap aku dan keluargaku mandul?"

"Aku tidak berbicara seperti itu."

"Tapi ucapanmu mengatakan begitu, Mas." aku menaikkan suaraku.

"Apa mami dan papi tahu akan hal ini?" mas Bayu mengangguk.

"Adik-adikmu?" tanyaku lagi, dan dia kembali mengangguk.

Sungguh perih dan menyakitkan rasanya, mereka semua keluarga penghianat, benalu tidak tahu diri.

"Setuju atau tidak setuju kamu aku akan tetap menikahinya, aku yakin aku bisa adil pada kalian." ucap mas Bayu dengan angkuh.

"Adil dalam hal apa? Sedangkan rumah tangga kita saja aku yang membiayainya, sedikitpun aku tidak pernah merasakan hasil keringatmu mas, bahkan uangmu saja kurang untuk menghidupi keluargamu yang hedon itu." aku kini sudah berdiri berkacak pinggang di depan mas Bayu, sebelumnya aku tidak pernah seperti itu pada suamiku.

"Lalu apa gunanya aku memiliki istri kaya jika keluargaku masih hidup susah." mataku terbelalak mendengar ucapan mas Bayu.

"Jadi kamu menikahiku karena mau numpang hidup enak?" 

"Bu, bukan gitu, Dek, please izinkan aku ya, hanya sampai Tania melahirkan anak, nanti akan aku ceraikan dia setelah melahirkan anak dan anak itu kitalah yang akan merawatnya."

"Lakukan sesukamu, Mas, tapi perlu diingat aku tidak mau membiayai pernikahanmu itu dan juga hidup gundikmu nantinya." ucapku meninggalkan mas Bayu sendirian di kamar.

"Awas saja kau, Mas akan ku buat kau dan gundikmu tidak bisa ena-ena." aku tersenyum sinis membayangkannya.

Tok tok tok…

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku.

"Bi  Inah! tolong bukakan pintu!" titahku pada ART ku.

Samar terdengar olehku suara laki laki dan perempuan, karena aku penasaran aku pun ingin menghampiri mereka, tapi belum sempat aku menuju pintu depan Bi Inah sudah kembali dan kemudian diikuti oleh kedua orang itu.

"Maaf , Bu, saya tidak bisa mencegah mereka masuk, pak Bayu mengancam akan memecat saya jika melawan." ucap bi Inah dengan tertunduk.

Berani sekali dia membawa gundiknya kerumah ini.

"Apa-apaan kamu membawa gundik itu kemari." yang datang itu adalah mas Bayu dan Tania, ku lihat badan gundiknya sudah sedikit membaik, mungkin mereka tadi sudah berobat makanya berkurang bentolnya.

"Tania akan tinggal disini bersama kita, salah kamu kenapa rumah yang di sana kamu kunci jadinya aku bawa saja Tania kesini." ucap mas Bayu dengan santainya.

"Enak saja, kamu pikir rumahku tempat penampungan wanita jalang!" hardikku pada mereka.

"Jaga ucapanmu, Tania juga istriku, jadi juga berhak tinggal disini."

"Kamu pikir ini rumah siapa, apa perlu ku ingatkan jika ini adalah RUMAHKU, RUMAH PEMBERIAN ORANG TUAKU!"

"Tapi kamu istriku dan aku suamimu, jadi ini juga rumahku dan aku juga berhak mengajak Tania kemari karena dia sudah istriku."

"Dapat aturan darimana kamu, Mas."

"Ya aturanku sendiri, kalau kamu melawan nerakalah tempatmu karena sudah durhaka pada suami." 

"Setuju tidak setuju Tania akan tetap tinggal disini." ucap mas Bayu lagi.

"Baiklah dia boleh tinggal disini,"tiba tiba aku merubah pikiranku, akan ku buat dia tersiksa karena telah salah memilih lawan.

"Beneran, Dek, makasih ya." ucap mas Bayu dengan mata berbinar.

"Iya boleh, tapi dia tidur di kamar belakang samping kamar Bi Inah." ucapku tersenyum sinis dan ku lirik Tania langsung bermuka masam.

"Mas aku gak mau ah, masa aku disamain sama pembantu." rengek Tania pada mas Bayu.

"Dasar jalang, tingkahnya membuatku mual." Batinku

"Kamu tenang aja sayang, kamu gak akan tinggal di kamar itu.

"Kamu yang benar saja itu kan kamar pembantu, kan masih banyak kamar di rumah ini." ucap mas Bayu.

"Lho memang kenapa, bahkan kamar pembantu disini mungkin luasnya 2 kali lipat dari kamar di rumahmu Tania."

"Dan lagi kamar utama adalah kamarku, kamar depan untuk orang tuaku kalau sedang main kesini dan itu mutlak tidak bisa dipakai siapapun termasuk kalian, dan kamar satu lagi untuk Vika sepupuku, dia kebetulan mau menginap disini, dan besok pagi dia datang, jika mau tinggal disini ya hanya kamar itu yang kosong, itu juga kalau mau, kalau tidak mau bisa keluar dari rumah ini dan cari tempat lain." ucapku sinis pada mereka.

"Tapi dek..."

"Tidak ada tapi-tapian, kalau mau ya itu kalau gak mau bisa angkat kaki dari sini!"

"O iya satu lagi, kalau mau tinggal disini, jangan suruh suruh Bii Inah karena dia aku yang bayar jadi hanya aku yang berhak memerintah Bi Inah, sedangkan kalian kalau mau makan atah apapun silahkan buat sendiri, di kulkas sudah ada bahan mentah dan lagi kamu jalang, harus dan wajib membantu bi Inah," Tania tentu saja terbelalak mendengar persyaratan dariku.

"Huh rasakan jalang, kamu kira bisa hidup enak jika menikah dengan mas Bayu yang kere itu, lihat saja akan bertahan berapa lama kau ada di sini." batinku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status