MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (6)
Kugandeng tangan Dino dan Dini erat-erat lalu menghela langkah hendak pergi, tetapi baru saja melangkahkan kaki, tiba-tiba Mas Indra menarik tanganku dan memaksaku menghentikan langkah.
"Aira, apa-apaan kamu? Ngapain kamu mau pergi segala? Pergi ke mana? Jangan konyol kamu! Mau tinggal di mana dan mau makan apa kalau kamu pergi dari rumah ini? Sudah g*la kamu ya!" kata Mas Indra sambil menatapku marah.Kutepis dengan kasar pegangan tangan lelaki tak punya martabat itu lalu menatapnya tajam dan dingin. "Lepaskan aku, Mas! Jangan sentuh aku lagi! Aku pergi ke mana, nggak usah kamu pikirkan! Pikirkan aja Selvi dan putrinya serta pernikahan kalian! Nggak usah pikirin aku dan anak-anak karena aku bisa sendiri!" jawabku tak kalah keras.Kulangkahkan kaki kembali tapi lagi-lagi Mas Indra menahanku."Kamu bener-bener sudah gila ya! Mau pergi dari rumah ini tanpa punya modal apa-apa! Apa kamu pikir aku mau ngurus kalian kalau kalian pergi dari sini! Jangan mimpi kamu, Aira!" bentak Mas Indra lagi.Mendengar perkataan Mas Indra, mama mertua terlihat tak suka."Ndra, sudah! Biarkan aja mereka pergi! Nggak ada ruginya juga kok buat kita kalau mereka pergi! Malah untung nggak ada lagi yang habisin beras mama! Sudah, biar aja Aira dan anak-anaknya pergi! Kamu urus aja pernikahan kamu sama Selvi. Dia jauh lebih baik dibanding istri kamu yang miskin ini! Jadi nggak usah halangi dia pergi!" bentak mama tanpa perasaan sedikit pun.Sebenarnya aku sangat marah dan tersinggung pada perkataan mama mertua itu. Tapi karena bagaimanapun juga beliau adalah orang tua yang katanya harus dihormati, aku pun terpaksa menahan rasa sakit di dada sebisa mungkin.Tunggu saja nanti! Aku yakin keadaan ini tidak akan berlangsung lama. Suatu saat karma dan azab atas sikap mama mertua yang tak adil padaku ini akan datang juga menimpanya.Tuhan tidak tidur dan diam saja melihat kezaliman dan kesewenang-wenangan yang dilakukan seseorang pada hamba-Nya. Suatu saat mama mertua pasti akan menemui juga balasannya. Aku yakin itu."Tapi, Ma. Aira mau tinggal di mana kalau dia pergi. Dia istri Indra, Ma ... ." Mas Indra masih saja berusaha menahanku. Namun, mama mertua kelihatan makin tak terima."Istri? Sebentar lagi tidak, Ndra. Ceraikan Aira secepatnya dan nikahi Selvi! Dia perempuan yang tepat buat kamu. Sekelas, selevel. Bukan perempuan kampungan yang nggak punya keluarga seperti Aira ini! Asal usulnya aja nggak jelas! Jangan-jangan dia anak yang dibuang orang tuanya makanya bisa tinggal di panti asuhan sebelum kamu nikahi kemarin!" ketus mama mertua lagi.Mendengar perkataan beliau yang keterlaluan, kali ini rasanya aku sudah tak bisa lagi menahan diri. Mama boleh saja menghinaku, tapi jangan ayah dan ibuku yang meninggal dunia setelah mencoba menyelamatkan aku dari bencana kebakaran yang menghanguskan rumah kami dulu.Ibu dan ayah meninggal dunia tak lama setelah menyelamatkan aku dari musibah kebakaran itu. Aku masih ingat betul detail kejadian itu sebab saat peristiwa itu terjadi, aku sudah berusia tujuh tahun dan masih ingat semuanya. Itu sebabnya saat mendengar mama mertua menghina mereka, emosiku tak bisa ditahan lagi."Ma, cukup! Mama boleh saja menghinaku sesuka hati mama, tapi jangan hina kedua orang tuaku karena mereka meninggal dunia sebab sudah menyelamatkan aku dari musibah kebakaran, Ma! Kalau mama nggak suka sama aku, baik! Aku sama anak-anak akan pergi sekarang juga, nggak perlu mama usir! Tapi jangan pernah hina kedua orang tuaku, karena aku nggak akan pernah memaafkan mama kalau mama menghina mereka!" sahutku dengan nada keras pada mama mertua.Mendengar perkataanku, mama mertua mencibirkan bibirnya, tak terima."Terserah mama mau ngomong apa! Mulut, mulut mama sendiri, kalau kamu nggak suka, kamu bisa pergi sekarang juga! Nggak usah banyak basa-basi! Sana pergi!" ujar mama mertua lalu beralih menatap Mas Indra."Indra, biarkan aja Aira sama anak-anaknya pergi, kamu fokus aja sama Selvi. Percaya sama mama, dia seribu bahkan sejuta kali lebih baik dari perempuan miskin ini! Selvi, bantu mama mengusir mantu mama ini ya, setelah ini mama pastikan kamu akan menggantikan dia, menjadi menantu kesayangan mama di rumah ini," ucap mama lagi sambil kali ini mendorong tubuhku supaya beranjak ke luar rumah dibantu Selvi yang juga ikut-ikutan mendorong tubuhku.Melihat itu, aku yang merasa tersinggung, menepis tangan wanita selingkuhan Mas Indra itu dengan kasar hingga perempuan itu hampir jatuh terjengkang karena kudorong balik dengan keras.Mendapat dorongan dariku, Selvi pura-pura kesakitan dan mengaduh dengan keras sehingga mama dan Mas Indra refleks memburu perempuan itu."Aduuuh!!!" teriak Selvi pura-pura mengaduh kesakitan."Selvi, kamu kenapa, Sayang? Sakit ya?" Mama mertua memburu tubuh calon mantu kesayangannya itu lalu dengan lebaynya berusaha memeriksa tubuh perempuan itu, padahal perempuan itu sama sekali tak terluka. Setelah mendapati Selvi tak kenapa-kenapa, mama mertua lalu beralih menatapku."Heh, Aira jangan main fisik kamu ya! Kenapa kamu dorong Selvi? Kamu cemburu sama dia ya? Ingin mencelakai dia?" ujar mama mertua sambil menatapku penuh kebencian.Melihat itu, Mas Indra berusaha menenangkan ibunya. Mungkin sebagai suami dan ayah dari kedua buah hatiku, laki-laki itu masih punya sedikit rasa empati sehingga tak tega melihat mama mertua terus memaki dan menyerang ku. "Sudahlah, Ma. Selvi nggak kenapa-kenapa, nggak usah marah-marah terus ya," ujar Mas Indra berusaha menenangkan ibunya agar tak lagi memakiku.Namun, apa yang dilakukan Mas Indra bagiku tidaklah berarti apa-apa.Dari mulai ia tak menafkahiku dengan baik, membiarkan saja kami tinggal menetap bersama ibunya tanpa berpikir kalau sebagai istri, hatiku sangatlah menderita, lalu sekarang mendatangkan seorang madu untukku, semua itu hanya menandakan kalau ia bukanlah suami yang baik dan bertanggung jawab.Dan untuk laki-laki seperti itu, tak perlu lagi ada cinta dan kesempatan kedua.Aku pun hanya tersenyum sinis. Lalu tanpa mempedulikan perkataan mama mertua atau pun Mas Indra lagi, segera kugandeng tangan Dino dan Dini dan mengajak mereka untuk segera beranjak dari rumah neneknya yang bak neraka ini.Di depan gerbang, sudah menunggu armada online yang tadi telah kupesan. Setelah memasukkan tas pakaian yang kubawa ke bagasi mobil, aku lalu meminta driver untuk mengantarkanku menuju sebuah penginapan.Ya, untuk sementara, biarlah aku dan anak-anak tinggal dulu di sana, menjelang aku mendapat kontrakan yang bisa kami tinggali bersama nanti.Aku harus banyak-banyak bersyukur saat ini karena berkat pekerjaan sebagai seorang penulis platform online, saat ini aku bisa lepas dari siksaan hidup di rumah mertua yang bak neraka itu.MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (7)Setelah meminta sopir mengantarkan aku dan anak-anak menuju sebuah penginapan, kami pun turun dan langsung memesan kamar.Penginapan yang kupilih ini meskipun harga sewa kamarnya tidak mahal, tetapi bersih dan rapi. Ada air conditioner, televisi, lemari pakaian, sofa santai serta kamar mandi yang bersih dan wangi. Aku bersyukur anak-anak kelihatan suka saat kubawa mereka masuk kamar tadi."Ma, kita beneran bakalan tinggal di sini? Kamarnya enak, pasti mahal ya, Ma," ujar Dino sambil membaringkan tubuhnya menghadap AC. Baru kali ini memang sulungku itu merasakan enaknya rebahan di ruangan ber-AC. Di rumah mama mertua biasanya kami cuma pakai kipas angin biasa.Kalau udara sedang panas, kami pun terpaksa tidur berkeringat karena kipas angin itu tak bisa menetralkan suhu udara di kota ini yang relatif lebih panas dari kota-kota lainnya, sebab kota ini termasuk kota padat penduduk sementara hutan dan pepohonan mulai berkurang akibat pembangunan infras
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (8)POV AUTHOR"Kenapa sih, Ndra, kamu keberatan mama mengusir Aira dari rumah ini tadi? Apa kamu nggak sadar, Selvi itu jelas jauh lebih baik untuk jadi pendamping hidup kamu timbang Aira?" tanya Bu Rahmi pada Indra saat lelaki itu telah kembali dari mengantar Selvi dan putrinya pulang ke rumah perempuan itu.Indra menghela napas demi mendengar perkataan ibunya itu. Benar-benar ibunya ternyata sudah lupa alasan awal kenapa ia memboyong Aira dan kedua anaknya tinggal di rumah beliau ini.Dulu ibunya sering meminta padanya untuk dicarikan seorang asisten rumah tangga yang bisa disuruh-suruh dan bisa diperintah untuk menghandle semua pekerjaan rumah tangga di rumah ibunya itu dengan baik. Tetapi karena tak cukup punya uang sebab gajinya sebagai seorang karyawan biasa sebuah perusahaan terbilang kecil, maka Indra pun akhirnya memutuskan untuk memboyong istri dan anaknya itu untuk tinggal di rumah ibunya agar selain bisa membantu ibunya melakukan pekerja
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (9)POV AIRAAku membuka aplikasi biru dan masuk ke grup literasi di mana beberapa jam lalu aku baru saja mempromosikan cerita baru yang tadi malam aku unggah di aplikasi membaca novel online dan terkejut sendiri saat menemukan ternyata cerita baruku itu sangat diminati pembaca.Terbukti banyak sekali like dan komen yang mampir di unggahan ceritaku itu. Komentar pembaca menginginkan supaya aku sesegera mungkin melanjutkan cerita.Sebagian besar pembaca yang lain juga mengatakan kalau mereka sudah mampir dan berlangganan cerita baruku itu di aplikasi berbayar yang kuikuti.Aku sangat terharu karena ternyata cerita baru yang aku tulis, disukai pembaca. Kalau melihat responnya, aku merasa jika cerita baruku itu bisa jadi viral dan mendulang banyak cuan. Aku pun segera menulis kelanjutan ceritanya hingga akhirnya dalam waktu sebentar, sudah terkumpul tiga ribu kata yang siap aku posting untuk mengisi bab selanjutnya.Setelah selesai memposting bab baru, a
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (10)POV author.Indra melangkahkan kakinya menapaki gedung pengadilan agama yang siang itu tampak lengang.Setelah mempertimbangkan semuanya dengan matang, lelaki itu akhirnya menyetujui juga saran dan keinginan ibu serta adiknya untuk bercerai dari Aira. Sejak istrinya itu pergi dari rumah, Aira memang tak juga kunjung menghubunginya. Nomor WhatsApp istrinya itu saat dihubungi tidak lagi aktif. Itu membuat Indra jadi bertekad untuk bercerai dari istrinya itu karena kemungkinan besar Aira sudah memblokir nomor kontaknya sehingga hal itu membuat Indra menjadi semakin mantap untuk menuruti keinginan ibunya guna bercerai.Dan pagi ini ia bermaksud mendaftarkan ikrar talak itu di hadapan petugas yang berwenang.Dengan membawa bukti surat nikah serta data pribadi lainnya yang diperlukan, ia pun menuju meja pendaftaran untuk mendaftarkan permohonan.Tanpa banyak pertanyaan, petugas pun menerima berkas yang ia ajukan dan selanjutnya mencatatnya. Petugas jug
"Ma, Mama punya uang empat ratus ribu rupiah nggak? Indra boleh minta?" tanya Indra pada ibunya selepas lelaki itu pulang ke rumah.Bu Rahmi mengernyitkan keningnya mendengar permintaan putranya, merasa heran."Uang empat ratus ribu rupiah? Buat apa?" tanya wanita itu balik bertanya pada Indra.Indra menggaruk kepalanya."Buat bayar hutang ke Selvi, Ma," jawab lelaki itu malu-malu."Hutang? Hutang apa? Kok kamu bisa punya hutang ke Selvi sih? Gimana ceritanya?" Bu Rahmi terlihat kaget."Jadi, kemarin itu Indra ngajak Selvi makan di cafe, Ma. Tapi duit Indra kurang jadi Indra terpaksa minjam uang Selvi empat ratus ribu rupiah buat bayar. Nah, rencananya mau Indra balikin, soalnya nggak enak, Ma. Takut disangka manfaatin dia," jawab Indra tak enak hati.Bu Rahmi tertawa mendengar jawaban anaknya itu."Kok gitu? Ya nggak papalah manfaatin perempuan. Sekarang kan zaman emansipasi wanita. Laki-laki dan perempuan itu derajatnya sama. Makan di cafe bareng terus yang bayar perempuan, ya nggak
"Iya. Ayo Dini! Dino! kita beli baju di tempat lain saja. Untung kalian cepat cek dulu bajunya, kalau nggak, sudah salah beli barang kita!" ujar Aira pada Dino dan Dini.Sebenarnya wanita itu bukan tipe perempuan yang suka nyinyir dan julid pada orang lain, tapi teringat tadi Selvi mengatainya miskin dan tak menerima gratisan, Aira pun menjadi geram tak kepalang dan ingin membalas perempuan itu supaya Selvi tahu bagaimana rasanya dihina dan direndahkan oleh orang lain. Pasti sakit dan tak enak. Biar ke depannya dia juga punya rasa empati pada diri orang lain, pikir Aira."Ayok, Ma!" jawab Dini dan Dino sambil menggandeng pergelangan tangan ibu mereka.Aira dan kedua buah hatinya pun hendak melangkah pergi dari toko pakaian milik Selvi itu, tetapi baru saja melangkahkan kakinya, tiba-tiba Selvi sudah menarik lengan baju Dini dan Dino."Apa kalian bilang? Tante menjual barang bekas dan jelek? Heh, asal kalian tahu aja ya, toko pakaian milik Tante ini toko pakaian paling besar di komplek
"Maksud kamu apa, Ra? Ngapain kamu ke sini? Ngapain juga kamu ribut dan ngundang keramaian begini? Kamu ngajak Selvi berantem karena Mas?""Dengar ya, Ra. Mas sudah mengajukan permohonan ikrar talak di pengadilan agama kemarin. Jadi nggak usah kamu harapkan Mas lagi karena secepatnya kita akan segera bercerai!""Jadi kamu nggak usah nyerang-nyerang Selvi lagi! Karena Selvi nggak ada hubungannya dengan perceraian kita, tahu!" ujar Indra dengan nada tajam sambil melotot menatap Aira.Aira mencibirkan bibirnya mendengar ucapan laki-laki itu."Apa kamu bilang, Mas? Nyerang-nyerang Selvi karena kamu? Maaf ya, Mas. Walau pun sebelum palu diketok, kamu masih sah berstatus sebagai suamiku, tapi aku nggak tertarik sama sekali untuk merebut cinta kamu ya!""Jangankan berebut cinta kamu dan nyerang Selvi karena kamu, ketemu kamu aja aku udah nggak pengen lagi. Tapi gimana lagi. Nggak sengaja pula kita ketemu di sini. Makanya aku juga pengen cepat-cepat pergi dari tadi. Tolong sampaikan sama calo
Sepeninggal Aira dan anak-anaknya, Indra berpaling pada Selvi dan menautkan kedua alisnya."Sudah lama ya Aira di sini tadi sebelum Mas datang? Ngomong apa aja dia? Nyalahin kamu atas apa yang terjadi antara Mas sama dia?" tanya laki-laki itu yang masih merasa jika kedatangan Aira bersama anak-anaknya adalah karena wanita itu hendak menyerang Selvi yang dianggap sudah membuat rumah tangga mereka kacau berantakan. Padahal ia yang memang sudah tak mau lagi dengan istrinya itu, dan menurutnya tak ada hak lagi bagi Aira untuk menyalahkan Selvi yang tak tahu apa-apa itu.Mendengar pertanyaan dari Indra itu, Selvi menganggukkan kepalanya. Merasa kebetulan karena Aira tak ada lagi di tempat itu, jadi ia bisa bebas mengarang cerita dan drama apa saja di depan lelaki itu."Iya, Mas. Dia maki-maki aku dan ngancam mau nyelakain aku segala karena udah berani ganggu kamu dan anak-anak katanya, Mas. Terus dia juga mamerin duit banyak banget. Katanya duit dari kamu. Apa bener Mas, kamu ngasih duit k