MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (15)Keluar dari toko pakaian milik Selvi, Aira mengajak ke dua buah hatinya menyusuri deretan toko yang lain."Ma, kita ke situ aja yuk," tunjuk Dino ke sebuh toko yang terlihat ramai pembeli. Aira pun menghentikan langkahnya sesaat, lalu mencoba memperhatikan suasana di dalam toko itu lebih dahulu. Ia takut kalau-kalau kejadian seperti tadi terulang kembali. Mendapatkan pelayan toko yang tidak ramah sama sekali dan sombong seperti pelayan di toko milik Selvi tadi. Bukan hanya pelayan saja, tetapi pemiliknya juga arogan tak kepalang. Kalau diingat-ingat, menyesal Aira tak mengecek dulu sebelum masuk ke toko Selvi tadi."Ayolah," jawab Aira akhirnya saat dilihatnya pelayan toko di sana ramah-tamah dalam melayani pembeli. Terbukti mereka dengan sabar dan tak lepas tersenyum, melayani pembeli yang sedang memilih pakaian."Halo, Adik-adik. Mau beli baju ya? Ayo masuk. Jangan sungkan-sungkan ...," sapa salah satu pelayan toko pada Dino dan Dini.Aira ters
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (16)"Ndra, di luar ada yang nyariin kamu itu! Dari pengadilan agama katanya. Apa itu panggilan sidang ya, Ndra? Syukurlah kalau itu panggilan sidang. Sudah nggak sabar rasanya Mama pengen kamu cepat-cepat cerai dari Aira dan nikah lagi sama Selvi. Pengen cepet-cepet ganti mantu mama," ucap Bu Rahmi pada Indra yang sedang tiduran sambil ngobrol di telepon dengan Selvi. Meski sudah beranak dua, tapi karena sedang dimabuk-mabuknya cinta, Indra memang seperti ABG alay yang tak bisa sekejap saja berpisah dari sang pujaan hati. Selalu saja menghubungi wanita itu tanpa kenal waktu."Dari pengadilan agama? Oh, pasti undangan panggilan sidang itu, Ma. Oke, Indra temui dulu ya," ujarnya."Ya, sana temui! Biar cepet kelar urusan dengan Aira dan bisa segera buka babak baru dengan Selvi kamu, Ndra!" ujar Bu Rahmi lagi sambil tertawa bahagia.Indra pun ikut tertawa dan dengan gerakan tak sabar lelaki itu bangun dari tidurannya lalu memberi tahu Selvi kalau ada pet
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (17)Bu Rahmi bergegas ke luar rumah saat didengarnya suara mobil memasuki halaman rumah dan berhenti tepat di depan kediamannya. Ia tahu itu mobil putra keduanya, Rudy. Barusan anaknya itu mengabarinya via telepon kalau hendak berkunjung ke rumahnya."Rud, sendirian? Maya mana?" tanya Bu Rahmi saat melihat Rudy masuk ke rumah.Rudy menghembuskan nafas panjang lalu menaiki teras dengan cepat."Nggak usah tanya-tanya istriku dulu, Ma. Rudy lagi kesal sama dia soalnya!" jawab Rudy dengan menahan rasa gundah di hatinya."Lho? Kenapa?" Bu Rahmi memicingkan matanya. Merasa heran pada sikap Rudy yang tumben kelihatan kesal pada istrinya yang merupakan menantu yang selama ini cukup bisa ia andalkan itu.Rudy memanyunkan bibirnya sebelum menjawab pertanyaan ibunya. "Maya bikin kesel aja, Ma. Sejak pindah kantor baru, dia jadi nggak royal lagi sama Rudy. Tadi malah minta duit buat belanja. Siapa yang nggak kesel coba? Kalau masih minta duit buat belanja, buat
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (18)Indra tersenyum lega saat akhirnya keluar dari gedung pengadilan agama, tempat di mana ia mengajukan permohonan ikrar talak pada istrinya. Ia bersyukur karena sesuai dengan harapannya semula, Aira tak datang memenuhi panggilan sidang sehingga sidang hari itu bisa berjalan lebih cepat dari yang biasanya.Hakim pengadilan agama juga mengatakan jikalau termohon yakni Aira, dalam kurun waktu tiga kali sidang tidak mempergunakan haknya untuk menolak permohonan ikrar talak yang ia ajukan, maka permohonan yang ia ajukan tersebut bisa langsung diterima oleh hakim dan ia dapat mengucapkan ikrar talak di depan sidang pengadilan agama yang menandai putusnya tali perkawinan antara dirinya dengan Aira.Indra berharap untuk sidang selanjutnya Aira tak datang lagi sehingga urusan perceraian mereka bisa cepat selesai dan ia bisa segera menikahi Selvi serta hidup bahagia bersama perempuan pujaan hatinya itu.Usai dari persidangan, Indra pun langsung menemui Selvi
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (19)Pulang ke rumah, Indra langsung menemui ibunya."Ma, Indra rencana mau jual mobil. Boleh nggak, Ma?" "Buat apa?" Bu Rahmi mengernyitkan keningnya dengan ekspresi heran."Buat melamar Selvi.""Melamar Selvi? Kamu nggak sedang bercanda 'kan, Ndra? Kok melamar Selvi harus jual mobil segala? Nggak salah?"Indra menggelengkan kepalanya."Nggak, Ma. Dia minta mahar sesuai dengan tahun pernikahan kami. Dua puluh ribu ditambah dua puluh dua juta rupiah. Uang dari mana kalau nggak jual mobil, Ma?" Indra balik bertanya."Lho, kok banyak sekali? Apa kamu sudah pikirin masak-masak, Ndra? Kemarin katanya nikah di KUA aja biar nggak banyak butuh biaya, terus maharnya seperangkat alat shalat aja, kok sekarang jadi duit segitu banyak? Kalau kamu jual mobil, terus kamu mau pake apa ke kantor? Jangan gila, Ndra! Pikirkan masak-masak lagi!" jawab Bu Rahmi lagi.Indra menghembuskan nafasnya."Mau gimana lagi dong, Ma? Selvi 'kan anak orang kaya. Dia juga pengusaha t
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (20)14 hari kemudian.Indra tersenyum bahagia dan lega saat akhirnya petugas pengadilan agama menyerahkan selembar kertas berwarna kuning yang merupakan bukti sah perceraian antara dirinya dengan Aira.Ia merasa bersyukur. Setelah sekian lama menjalani proses persidangan dan menunggu hingga akta perceraian itu dibuat dan ditanda tangani oleh petugas pengadilan agama, akhirnya berkas yang dia nanti-nantikan itu pun keluar juga dan sekarang telah berada dalam genggamannya.Dengan hati lega dan bahagia luar biasa, ia pun segera keluar dari gedung pengadilan agama kota itu tempat dia mengambil akta cerai itu pagi ini.Usai mengambil akta cerai, seperti biasanya, dia pun mengunjungi toko milik calon istrinya, Selvi, hendak mengabarkan langsung berita gembira ini.Namun, sesampainya di toko, tak seperti biasanya, kali ini ia menemukan toko perhiasan milik calon istrinya itu dalam keadaan terkunci dan tertutup rapat.Indra pun seketika dilanda tanda tanya be
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (21)"Ini, Bu surat cerainya. Tanda tangani bukti pengambilan berkas dulu ya, Bu, baru bisa Ibu bawa pulang akta cerainya," ujar petugas pengadilan agama tersebut pada Aira.Aira mengangguk patuh lalu segera membubuhkan tanda tangannya pada buku register yang terbentang di hadapannya.Setelah selesai menandatangani bukti pengambilan akta cerai itu, dia pun segera keluar dari gedung pengadilan agama dengan senyum terkembang di bibirnya.Dengan membawa serta kedua buah hatinya, usai dari pengadilan agama, perempuan itu gegas menuju kediaman pemilik tanah perumahan yang dia beli kemarin.Rencananya dia ingin minta segera dibuatkan surat perjanjian jual beli tanah kaplingan tersebut agar bisa memiliki kekuatan hukum atas tanah tersebut dan bisa segera membangun rumah impiannya itu di sana.Bulan kemarin dia sudah melakukan pembayaran pertama, tapi sengaja minta agar surat perjanjian pembelian secara kredit tanah tersebut dilakukan setelah ia mendapatkan su
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (22)Setelah mengurus berkas berkas yang diperlukan, beberapa hari kemudian, pernikahan Indra dan Selvi pun dilangsungkan.Tak ada pesta meriah seperti permintaan Selvi sebelumnya yang kemudian dibatalkan oleh wanita itu sendiri. Yang ada hanyalah ijab dan kabul yang dilangsungkan di hadapan petugas kantor urusan agama dan para saksi serta keluarga mereka saja.Dihadiri Bu Rahmi, dan anak anaknya serta menantunya, juga ibu dan kakak Selvi, Indra akhirnya mengucapkan ijab kabul pada wanita yang begitu ia cintai itu.Usai mengucapkan ijab kabul, dua insan itu pun keluar dari gedung KUA menaiki mobil yang dikemudikan oleh Rudy, kakak Indra."Kita sementara tinggal di rumah Mama aja ya, Vi. Kita belum punya rumah. Jadi sementara tinggal di rumah Mama aja ya? Lagian sebagai menantu perempuan, sudah seharusnya kamu tinggal di rumah mertua, kan?" ucap Indra pada istrinya."Tapi, Mas ... Mamaku juga maunya kita yang tinggal di rumah dia, karena rumahku juga se