MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (35)"Hmm ... apa Bapak punya bukti kalau kepala sekolah yang Bapak sebutkan tadi telah melakukan perbuatan seperti yang Bapak tuduhkan pada beliau?" tanya kepala dinas di hadapan Indra dengan mata memicing ke arah nya.Indra salah tingkah. Ia memang tak punya bukti apa apa yang bisa menguatkan tuduhannya itu.Hanya terdorong rasa sakit hati, cemburu dan marah dia nekad berbuat seperti itu, melaporkan Pak Bima pada atasannya. Ia sebenarnya sadar kalau saat ini ia tak punya hak apa apa lagi atas diri Aira sebab perempuan itu sudah dia ceraikan secara sah di pengadilan agama.Tapi hasrat ingin kembali lagi pada perempuan itu karena kondisi ekonominya yang sekarang sudah mulai susah sementara Aira justru sebaliknya sedang sukses dan memiliki pekerjaan yang menghasilkan, membuat nya nekad melakukan segala macam cara untuk bisa membuat Aira kembali jatuh dalam pelukannya."Maaf, Pak. Saya memang tak punya bukti apa apa. Tapi saya melihat dengan mata kepala
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (36)"Gimana, Ndra? Kamu berhasil membuat kepala sekolah anak anak kamu itu dipecat dari jabatannya karena laporan kamu?" sambut Bu Rahmi bertanya saat anaknya tiba di depan rumah.Indra menghembuskan nafasnya lalu menggelengkan kepalanya."Senjata makan tuan, Ma. Ternyata kepala dinas itu kakak kandungnya kepala sekolahnya Dino dan Dini.""Sudah ngomong panjang lebar, ngadu, eh ujungnya zonk! Ternyata kepala dinas pendidikan itu kakaknya Pak Bima. Mau ngadu ke mana lagi sekarang, Ma? Semua jalan sudah tertutup. Lagi pula Aira memang bukan istri Indra lagi. Apalagi Indra nggak punya bukti apa apa atas perselingkuhan dia sama Pak Bima!""Lagi pula apa bisa disebut selingkuh kalau Indra sama Aira sudah bercerai? Duh, pusing Indra memikirkan ini, Ma. Rasanya Indra ingin mati saja! Indra capek, Ma!" keluh Indra sambil meraup mukanya dengan gelisah.Bu Rahmi berdecak penuh rasa sesal mendengar kabar buruk yang barusan dia terima dari putranya itu. Berharap
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (37)"Begini dong, Ndra. Ganteng dan wangi. Biar Aira klepek klepek lagi sama kamu!""Hmm ... di salon mana kamu perawatan, Ndra? Hasilnya bagus. Nggak salah pilih salon kamu!" ujar Bu Rahmi saat Indra pulang ke rumah.Indra tersenyum masam mendengar perkataan ibunya itu. Dengan gusar dia menyisir rambut dengan kedua telapak tangannya.Nggak salah pilih gimana! Katanya dalam hati. Ibunya tak tahu saja kalau dia barusan bertemu makhluk setengah laki laki setengah perempuan seperti tadi. Dipanggil Mas dia marah, dipanggil Mbak tidak cocok karena jenis kelamin sebenarnya adalah laki laki.Semoga saja laki laki yang minta dipanggil Sinta tadi tak nekad menghubunginya setelah berhasil mengantongi nomor telepon nya tadi."Oh ya, Ndra. Mama kok penasaran ya. Pengen lihat rumahnya Aira. Kita samperin yuk ke sana. Apa bener kata kamu dia sudah sukses sekarang," ujar Bu Rahmi lagi setelah lama Indra tak menjawab kata katanya.Indra menghembuskan nafas, lalu meng
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (38)Setelah beberapa kali melakukan salat istikharah, Aira kemudian menghubungi Maya melalui pesan WhatsApp.[May, ada nggak lokasi lain selain dari ruko yang kemarin disewa sama Selvi itu?][Rasanya kok nggak enak ya, kalau aku menempati bekas ruko yang dia sewa. Soalnya kamu tahu sendiri kan, dia sekarang sudah jadi istri baru mantan suamiku. Jadi, kayaknya lebih enak kalau aku cari yang lain aja. Gimana menurut kamu?] tanya Aira pada Maya.Dia tak mau cerita kalau rumah tangga antara mantan suaminya dengan Selvi sepertinya sudah tak harmonis lagi karena beberapa hari ini Indra terus mengejar-ngejarnya untuk rujuk dan ibunya juga merayunya untuk pulang lagi ke rumahnya.Itu dia lakukan karena tak mau ikut campur urusan rumah tangga Indra dengan Selvi. Biar saja mereka mau berbuat apa, yang penting dia ingin sukses dalam hidupnya setelah bercerai. Itu saja.Maya membaca pesan dari Aira lalu membalas :[Iya, Ra. Setelah aku pikir pikir lagi memang ngg
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (39)"Halo, benar ini dengan Pak Indra? Kami dari Kepolisian Resort ingin meminta keterangan dari Anda sehubungan dengan laporan yang masuk ke kantor hari ini. Benar Anda pemilik toko perhiasan di Jalan Delima Pasar Baru?" tanya laki laki di seberang telepon dengan nada tegas pada Indra.Indra sontak merasa terkejut tak kepalang. Kepolisian resort? Untuk apa petugas dari kepolisian menelponnya? Ada urusan apa?"Benar, Pak. Eh ... tapi maksudnya apa ya, Pak? Bukan saya pemiliknya saya cuma diberi tugas mengelola saja, tapi itu pun belum sempat saya lakukan, Pak ... ," jawab Indra jujur, terbata bata."Belum bagaimana maksudnya? Di sini di dalam surat perjanjian ini, nama Anda jelas tertulis sebagai pemilik toko. Sedangkan Bu Selvi dan Bapak Ryan hanya menjalankan usaha saja. Tanggung jawab sepenuhnya berada di tangan Bapak," jawab petugas dari seberang itu lagi."Ma-maksud Bapak?" Indra masih merasa tak mengerti."Begini, Pak. Ini ada laporan dari beber
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (40)"Hentikan! Jangan main kekerasan di sini! Atau Ibu akan dipidanakan!" tandas petugas tersebut dengan nada marah saat Bu Rahmi dan Selvi berhasil dipisahkan.Namun, bukannya terima, wanita paruh baya itu justru makin meradang."Silahkan saja, Pak kalau saya mau dipenjara asalkan perempuan tak tahu malu ini juga dipenjara! Saya nggak rela dia mempermainkan anak saya. Apalagi hendak menipunya seperti sekarang ini!""Dia yang punya toko perhiasan! Dia yang mengelola. Dia yang nipu pembeli! Tapi anak saya yang disalahkan! Enak sekali dia!" ujar Bu Rahmi lagi dengan nada kasar.Mendengar hal itu, petugas tersebut meminta Bu Rahmi untuk duduk dan menahan emosinya."Ibu duduk dulu. Jelaskan semuanya dengan baik baik. Jangan dengan kekerasan seperti ini, karena ini kantor polisi, Bu! Bukan pasar! Hargai petugas! Jangan main hakim sendiri! Percaya lah, yang benar pasti akan selamat, dan yang salah pasti akan mendapat hukumannya. Jadi nggak perlu Ibu ngamuk
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (41)Aira tersenyum puas melihat tokonya yang hari ini Alhamdulillah sudah mulai buka.Meskipun barang barang yang dijual belum begitu banyak, sebab sebagian barang pesanannya yang hendak dijual kembali itu belum sampai, tapi melihat toko busana muslimah miliknya sudah mulai bisa beroperasi, Aira pun tersenyum bahagia.Selama satu bulan ini, dibantu Maya, dia sibuk mengurus pembukaan toko miliknya itu. Mulai dari mengurus tempat, sewa ruko, hingga agen tempat ia berbelanja.Syukurlah, setelah usaha keras demi bisa punya usaha di dunia nyata, toko miliknya itu pun akhirnya launching juga."Selamat ya, Ra. Akhirnya toko kamu buka juga. Semoga laris manis penjualannya ya dan makin sukses ke depannya,," ujar Maya sambil tersenyum."Makasih ya, May. Berkat bantuan kamu, akhirnya aku bisa juga punya toko. Kalau nggak ada kamu belum tentu jadi deh toko ini," jawab Aira sambil tertawa kecil.Maya pun balas tertawa."Udah rezeki kamu, Ra bisa punya toko. Juga b
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (42)"Mama? Dahlia?" Bibir Aira terasa beku saat mengucapkan nama itu.Meski dia tahu Bu Rahmi dan putrinya itu punya lisan yang sangat sulit untuk dijaga dan tampaknya belum berubah sama sekali hingga detik ini, tapi dia tidak menyangka kalau mantan ibu mertua dan adik iparnya itu akan datang ke tokonya ini dan marah marah serta bersikap kasar di toko tempat ia buka usaha untuk pertama kali ini.Di dalam tadi, dia sempat merasa sedih dan gundah. Baru dua hari buka toko tapi sudah dicaci maki pembeli, membuat dia merasa lara.Namun, saat tahu kalau pembeli tadi adalah mantan ibu mertuanya dan mantan adik iparnya, rasa sedih itu langsung hilang.Dia tahu, di mana pun tempat dan toko yang dimasuki, kemungkinan besar dua perempuan itu pasti juga akan melakukan hal yang sama sebab marah marah dan kasar memang sudah jadi watak keduanya yang tampaknya sulit untuk diubah."Aira? Ap-apa ini toko pakaian milik kamu?" Lidah Bu Rahmi terasa kelu saat mengajukan p