MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (38)Setelah beberapa kali melakukan salat istikharah, Aira kemudian menghubungi Maya melalui pesan WhatsApp.[May, ada nggak lokasi lain selain dari ruko yang kemarin disewa sama Selvi itu?][Rasanya kok nggak enak ya, kalau aku menempati bekas ruko yang dia sewa. Soalnya kamu tahu sendiri kan, dia sekarang sudah jadi istri baru mantan suamiku. Jadi, kayaknya lebih enak kalau aku cari yang lain aja. Gimana menurut kamu?] tanya Aira pada Maya.Dia tak mau cerita kalau rumah tangga antara mantan suaminya dengan Selvi sepertinya sudah tak harmonis lagi karena beberapa hari ini Indra terus mengejar-ngejarnya untuk rujuk dan ibunya juga merayunya untuk pulang lagi ke rumahnya.Itu dia lakukan karena tak mau ikut campur urusan rumah tangga Indra dengan Selvi. Biar saja mereka mau berbuat apa, yang penting dia ingin sukses dalam hidupnya setelah bercerai. Itu saja.Maya membaca pesan dari Aira lalu membalas :[Iya, Ra. Setelah aku pikir pikir lagi memang ngg
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (39)"Halo, benar ini dengan Pak Indra? Kami dari Kepolisian Resort ingin meminta keterangan dari Anda sehubungan dengan laporan yang masuk ke kantor hari ini. Benar Anda pemilik toko perhiasan di Jalan Delima Pasar Baru?" tanya laki laki di seberang telepon dengan nada tegas pada Indra.Indra sontak merasa terkejut tak kepalang. Kepolisian resort? Untuk apa petugas dari kepolisian menelponnya? Ada urusan apa?"Benar, Pak. Eh ... tapi maksudnya apa ya, Pak? Bukan saya pemiliknya saya cuma diberi tugas mengelola saja, tapi itu pun belum sempat saya lakukan, Pak ... ," jawab Indra jujur, terbata bata."Belum bagaimana maksudnya? Di sini di dalam surat perjanjian ini, nama Anda jelas tertulis sebagai pemilik toko. Sedangkan Bu Selvi dan Bapak Ryan hanya menjalankan usaha saja. Tanggung jawab sepenuhnya berada di tangan Bapak," jawab petugas dari seberang itu lagi."Ma-maksud Bapak?" Indra masih merasa tak mengerti."Begini, Pak. Ini ada laporan dari beber
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (40)"Hentikan! Jangan main kekerasan di sini! Atau Ibu akan dipidanakan!" tandas petugas tersebut dengan nada marah saat Bu Rahmi dan Selvi berhasil dipisahkan.Namun, bukannya terima, wanita paruh baya itu justru makin meradang."Silahkan saja, Pak kalau saya mau dipenjara asalkan perempuan tak tahu malu ini juga dipenjara! Saya nggak rela dia mempermainkan anak saya. Apalagi hendak menipunya seperti sekarang ini!""Dia yang punya toko perhiasan! Dia yang mengelola. Dia yang nipu pembeli! Tapi anak saya yang disalahkan! Enak sekali dia!" ujar Bu Rahmi lagi dengan nada kasar.Mendengar hal itu, petugas tersebut meminta Bu Rahmi untuk duduk dan menahan emosinya."Ibu duduk dulu. Jelaskan semuanya dengan baik baik. Jangan dengan kekerasan seperti ini, karena ini kantor polisi, Bu! Bukan pasar! Hargai petugas! Jangan main hakim sendiri! Percaya lah, yang benar pasti akan selamat, dan yang salah pasti akan mendapat hukumannya. Jadi nggak perlu Ibu ngamuk
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (41)Aira tersenyum puas melihat tokonya yang hari ini Alhamdulillah sudah mulai buka.Meskipun barang barang yang dijual belum begitu banyak, sebab sebagian barang pesanannya yang hendak dijual kembali itu belum sampai, tapi melihat toko busana muslimah miliknya sudah mulai bisa beroperasi, Aira pun tersenyum bahagia.Selama satu bulan ini, dibantu Maya, dia sibuk mengurus pembukaan toko miliknya itu. Mulai dari mengurus tempat, sewa ruko, hingga agen tempat ia berbelanja.Syukurlah, setelah usaha keras demi bisa punya usaha di dunia nyata, toko miliknya itu pun akhirnya launching juga."Selamat ya, Ra. Akhirnya toko kamu buka juga. Semoga laris manis penjualannya ya dan makin sukses ke depannya,," ujar Maya sambil tersenyum."Makasih ya, May. Berkat bantuan kamu, akhirnya aku bisa juga punya toko. Kalau nggak ada kamu belum tentu jadi deh toko ini," jawab Aira sambil tertawa kecil.Maya pun balas tertawa."Udah rezeki kamu, Ra bisa punya toko. Juga b
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (42)"Mama? Dahlia?" Bibir Aira terasa beku saat mengucapkan nama itu.Meski dia tahu Bu Rahmi dan putrinya itu punya lisan yang sangat sulit untuk dijaga dan tampaknya belum berubah sama sekali hingga detik ini, tapi dia tidak menyangka kalau mantan ibu mertua dan adik iparnya itu akan datang ke tokonya ini dan marah marah serta bersikap kasar di toko tempat ia buka usaha untuk pertama kali ini.Di dalam tadi, dia sempat merasa sedih dan gundah. Baru dua hari buka toko tapi sudah dicaci maki pembeli, membuat dia merasa lara.Namun, saat tahu kalau pembeli tadi adalah mantan ibu mertuanya dan mantan adik iparnya, rasa sedih itu langsung hilang.Dia tahu, di mana pun tempat dan toko yang dimasuki, kemungkinan besar dua perempuan itu pasti juga akan melakukan hal yang sama sebab marah marah dan kasar memang sudah jadi watak keduanya yang tampaknya sulit untuk diubah."Aira? Ap-apa ini toko pakaian milik kamu?" Lidah Bu Rahmi terasa kelu saat mengajukan p
"Oh, jadi Mama nggak punya uang ... Maaf ... Nggak bawa uang maksudnya. Hmm ... Kalau gitu nggak papa deh, Ma kalau Mama mau kredit. Atau ... kalau enggak, bawa aja deh, Ma ... hitung hitung buat hadiah untuk Mama.""Alhamdulillah, sekarang Allah sudah berikan rezeki lebih buat Aira. Bisa bikin rumah dan bikin usaha seperti ini. Aira harus banyak banyak bersyukur dan berbagi, Ma. Jadi, kalau Mama memang betul betul suka dan menginginkan gaun ini, ambil aja buat Mama," ucap Aira yang akhirnya menjadi iba pada mantan ibu mertuanya itu.Meski dulu dia sering dihina dan direndahkan oleh mantan ibu mertuanya itu, tapi karena dasarnya Aira perempuan yang berhati baik dan mudah tersentuh hatinya, maka dia pun akhirnya memberikan cuma cuma saja gaun mahal itu pada Bu Rahmi.Perempuan itu berharap, semoga hal ini bisa menjadi tamparan dan pelajaran bagi mantan ibu mertua dan keluarganya kalau kesombongan itu hanya akan mengakibatkan kesengsaraan bagi pelakunya saja.Betapa mudah Allah membolak
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (44)"Mama? Dahlia? Ngapain? Kok pulang pulang senyum senyum terus?" sambut Indra saat keduanya masuk ke dalam rumah.Bu Rahmi dan Dahlia makin melebarkan senyumnya mendengar pertanyaan dari anak lelakinya itu."Siapa yang nggak seneng, Ndra. Punya calon menantu orang kaya? Ya, jelas seneng lah," jawab Bu Rahmi penuh rahasia sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Indra.Mendengar perkataan ibunya, Indra mengernyitkan dahinya."Calon menantu? Maksud Mama siapa? Calon menantu yang mana? Dahlia mau menikah?" tanya Indra tak mengerti.Bu Rahmi mengibaskan tangannya."Kok Dahlia sih? Ya kamulah! Kamu yang Mama maksud. Dan calon menantu itu ya Aira. Siapa lagi memangnya?" ucap Bu Rahmi balik bertanya.Mendengar itu, Indra makin tak mengerti."Kok Aira sih, Ma? Memangnya Aira orang kaya? Dan mau gitu jadi menantu Mama lagi?""Ya, iyalah Aira orang kaya. Lihat aja, habis bikin rumah baru, sekarang dia buka usaha toko pakaian baru. Apa nggak kaya namanya? N
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (45)Dahlia mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut gedung sekolah dasar yang berada di hadapannya.Matanya menyusuri satu demi satu bocah berseragam merah putih yang sedang berkeliaran di depan kelasnya masing masing.Sekarang waktunya istirahat belajar. Dia berharap bisa bertemu dengan kepala sekolah Dino dan Dini dengan pura pura menemui dua keponakannya yang bersekolah di sana."Dino ... ! Dini ... ! Ini Tante Lia, Sayang ... !" ucap Dahlia saat matanya tertumbuk pada dua sosok keponakannya yang sedang bermain di taman sekolah.Dengar namanya dipanggil, Dino dan Dini pun sontak menoleh dan terkejut saat mendapati Tante mereka sedang berjalan menuju arah mereka berada.Dua bocah itu sontak saling berpandangan. Dino menghembuskan nafas. Perasaan bocah laki laki itu menjadi tak nyaman melihat adik papanya itu datang menemui mereka sekarang.Dia khawatir, kali ini papa dan neneknya mengutus Dahlia untuk menjemput mereka ke sekolah ini.Sontak Dino pu