MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (50)"Indra! Apa yang terjadi sama kamu, Nak? Kenapa kamu bisa jadi begini?" ujar Bu Rahmi dengan suara bergetar dan wajah berurai air mata usai Dahlia menelponnya dan dia datang ke rumah sakit lalu menemukan putrinya itu tengah duduk di depan ruang operasi dengan menelungkupkam kedua telapak tangan di wajahnya.Gadis itu menoleh lalu terlihat lega saat melihat ibunya telah datang. Refleks ibu dan anak itu kemudian saling berangkulan. Sama sama menumpahkan air mata."Bu Dewi, Ma. Dia sudah mencoba melakukan pembunuhan terhadap Mas Indra. Kasihan Mas Indra, Ma. Dia ditusuk sama Bu Dewi tadi," jawab Dahlia sambil sesenggukan.Mendengar jawaban dari putrinya itu, Bu Rahmi mengepalkan tangannya dengan geram. Merasa begitu marah terhadap besannya itu yang sudah tega menganiaya putranya."Kurang ajar! Jadi perempuan itu yang sudah cari gara gara sama kita! Awas saja nanti! Kalau sempat ketemu, Mama akan bikin perhitungan sama dia!""Nggak habis habisnya dia
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (51)Dahlia dan Bu Rahmi, didampingi Aris dan Rudy tersenyum lega setelah mereka berdua selesai melaporkan perbuatan Bu Dewi, mertua Indra yang telah melakukan penusukan pada Indra itu ke kantor polisi.Petugas yang bertugas menerima laporan dari mereka pun berjanji akan segera menindaklanjuti dengan melakukan penangkapan pada Bu Dewi setelah alat alat bukti yang mereka berikan tadi selesai diperiksa dan dinyatakan valid sehingga pihak kepolisian bisa mulai melakukan penyelidikan.Bu Rahmi, Dahlia, Aris dan Rudy pun kembali ke rumah sakit, di mana Indra yang baru saja menjalani operasi menyatukan kulit perut yang koyak akibat penusukan dengan senjata tajam yang dilakukan oleh Bu Dewi, mulai stabil kondisinya usai perawatan.Saat mereka kembali, mereka menemukan Maya dan Inggrid, kedua menantu Bu Rahmi yang merupakan istri dari Aris dan Rudy yang tadi dimintai tolong oleh Bu Rahmi untuk menunggui dan menjaga Indra selama mereka berempat pergi melapor ke
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (52)"Jadi gimana ini? Gimana kita bayar rumah sakit nanti kalau kalian nggak punya uang?" tanya Bu Rahmi akhirnya sambil menghela nafas panjang dan menjatuhkan tubuhnya di sofa.Ke empat anaknya diam tak menjawab. Masing masing juga terlihat sibuk berpikir."Apa Indra nggak punya BPJS ya, Ma? Ndra?" tanya Rudy dengan kening berkerut.Indra dan ibunya serentak menggelengkan kepalanya."Perusahaan Indra kan bukan perusahaan besar yang menyediakan fasilitas kesehatan buat karyawannya, Rud. Makanya Mama pusing dari kemarin mikirin ini," jawab Bu Rahmi mengeluh."Oh. Kalau gitu, gimana kalau kita cari Bu Dewi aja sampai ketemu, Ma. Kita paksa dia supaya tanggung jawab sama perbuatan dia ke Indra?"" ... atau kita satroni aja kediaman mertua Indra itu dan kita ambil apa saja yang bisa diambil untuk bayar biaya rumah sakit, Ma? Enak sekali dia, habis nusuk, terus kabur gitu aja!" jawab Rudy tiba tiba dengan nada tak terima."Iya, Ma. Biar mereka nggak bisa m
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (53)Begitu tiba, polisi yang awalnya hendak melakukan penangkapan terhadap Bu Dewi setelah mendapatkan laporan dari Bu Rahmi dan anak anaknya soal penusukan yang dilakukan terhadap Indra itu, bergerak cepat mengamankan Bu Rahmi yang masih bengong di tempatnya sementara sosok Bu Dewi terlihat tertelungkup di pinggir got dengan luka di belakang kepala yang menyemburkan darah segar.Melihat Bu Rahmi ketakutan dan tampaknya baru saja mencelakakan Bu Dewi tersebut, petugas pun bergerak sigap mengamankan perempuan itu dengan membawanya masuk ke dalam mobil patroli.Sementara sosok Bu Dewi yang terluka langsung dibawa ke rumah sakit untuk ditangani.Dahlia yang mendengar berita dari sambungan telepon petugas kepolisian gegas mendatangi ibunya di kantor polisi dan menemukan Bu Rahmi tengah meringkuk sedih sembari menangis di sudut ruang tahanan.Melihat kedatangan putrinya, Bu Rahmi pun gegas bangun dan menangis sedih di pelukan Dahlia."Lia ... Mama udah bik
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (54/ENDING)Dahlia menghela nafas saat melihat Indra tengah melamun di ruang makan. Sarapan di depannya belum disentuh sama sekali. Tatapan mata laki laki itu terlihat kosong.Sudah dua minggu sejak Bu Rahmi dipenjara, Indra selalu kelihatan sedih dan murung. Indra juga jadi jarang bicara dan menyapanya.Tentu saja keadaan ini membuat Dahlia merasa khawatir. Dia takut kakaknya itu mengalami depresi karena ibu mereka masuk penjara, sementara istri yang harusnya menghibur dan mendampingi malah tak ada.Dahlia menatap layar ponselnya lalu lagi lagi menghembuskan nafasnya.Ingin rasanya dia memberi tahu kalau dia baru saja mendapatkan informasi jika Aira akan menikah esok hari dengan Pak Bima. Tapi melihat keadaan Indra yang kelihatannya masih begitu tertekan oleh keadaan itu, membuat Dahlia jadi ragu sendiri.Namun, setelah berpikir pikir sejenak, akhirnya gadis itu pun membuka suaranya."Mas? Kamu kenapa? Sudah jam tujuh kok belum berangkat ke kantor jug
"Nis, mana kaos kaki dan sepatu? Tolong siapin ya, mas buru-buru soalnya," ucap suamiku sambil merapikan seragam coklat yang dikenakan.Mendengar permintaannya, gegas kuambil kaos kaki dan sepatu hitam yang biasa ia pakai ke kantor dan barusan sudah kusemir mengkilat lalu meletakkan di hadapannya. "Ini, Mas. Mau dipakein?" tanyaku sembari berjongkok di depannya, tetapi Mas Donny menggelengkan kepalanya."Nggak usah, Sayang. Tolong ambilkan saja tas kerja mas, ya di kamar," ujar suamiku lagi."Oke, Mas. Tunggu sebentar ya." Aku mengangguk lalu berjalan kembali menuju ke kamar, mengambil tas kerja berwarna hitam yang biasa digunakan suamiku untuk menyimpan berkas-berkas kerjanya.Tas itu kuambil. Namun, karena buru-buru, sesuatu tampak terjatuh dari resleting yang terbuka dan melayang tepat di kakiku.Meskipun pelan, tapi suara yang berasal dari benda jatuh itu membuatku spontan melihat ke bawah.Kuambil benda itu dan memeriksanya. Sebuah kotak perhiasan ternyata. Karena penasaran, kub
"Nisa, hape mas ketinggalan. Lihat nggak?" tanya Mas Donny saat aku tengah melamun menatap layar ponsel yang kini sudah menjadi gelap kembali. Notifikasi pesan whatsapp dari kontak bernama Ela itu tak terlihat lagi. Hmm, belum lima menit lelaki itu meninggalkan ponselnya dan kini ia sudah kembali lagi untuk mengambilnya. Apa Mas Donny begitu merasa khawatir aku akan membuka-buka ponselnya dan mengetahui semua rahasianya sehingga ia tak memberiku waktu dan kesempatan sedikit pun untuk memegang ponselnya dan melihat-lihat siapa saja friends list-nya dan siapa sebenarnya si pemilik nomor kontak yang mengiriminya pesan pribadi tadi?Tapi aku tak putus asa, setelah ini tentu saja aku akan berusaha mengorek dan mencari tahu semua ini secara diam-diam tanpa disadari dan diketahui oleh Mas Donny. Aku tak mau pengkhianatannya itu terbongkar terlalu cepat sehingga ia punya kesempatan untuk menghilangkan barang bukti dan menyembunyikan perselingkuhannya itu."Eh, Mas? Iya ini hapenya ketinggala
Aku melangkahkan kaki menyusuri deretan toko perhiasan yang terhampar di sepanjang jalan di depan sebuah mall besar di kota Jambi ini.Kumasuki salah satu toko yang merupakan langgananku. Di sana aku biasa membeli perhiasan campuran. Bukan emas murni. Ya, aku memang tidak sekaya itu. Gaji Mas Donny yang hanya mentok di angka empat juta sekian itu memang membuatku tak bisa leluasa membeli barang-barang kebutuhan perempuan yang kuinginkan.Aku hanya bisa gonta-ganti perhiasan yang bahannya terbuat dari emas campuran, bahkan tak jarang barang imitasilah yang kubeli. Sekadar supaya penampilan di depan suami menjadi cantik dengan perhiasan, tak peduli itu hanya barang tiruan.Ya, demi cinta dan pengabdian pada suami, aku rela menggunakan barang-barang palsu, sayang sikap nerimo itu bukannya berbuah manis, tapi nampaknya justru berbuah pahit seperti ini.Saat kudapatkan Mas Donny membeli perhiasan emas murni dengan harga jutaan rupiah, perhiasan itu justru bukan hendak diberikan padaku, is