POV GALIHPagi hari saat kami hendak berjalan-jalan menikmati fasilitas disekitar hotel, tidak sengaja kami melihat Safa beserta suami dan anak-anaknya. Sebenarnya aku ingin menghindari mereka, namun Lili malah mengajakku untuk bertemu dengan mereka. Lili selalu nyaman bersama dengan Safa meskipun dia adalah mantan istriku, bahkan mereka menjalin kerjasama. Aku tidak terkejut dengan hal itu, sejak awal mereka memang sudah dekat dan Safa bukanlah orang yang pantas untuk dihindari. Rasa canggung awalannya memang menghampiri diriku, bagaimana dulu sikapku pada mereka tentu saja memicu hal tersebut. Safa nampak bahagia dengan suaminya, seorang anak laki-laki berada diantara mereka. Akhirnya Safa membuktikannya jika dia bukanlah wanita yang tidak bisa memiliki buah hati. Anak laki-laki itu lincah dan tampan, aku tidak iri pada kebahagiaan mantan isteriku itu. Aku ikut bahagia atas kebahagiaannya, wanita itu pantas mendapatkannya. Kebahagiaan yang tak pernah didapatkan saat bersamaku.Li
POV LiliLangkahku terhenti saat ada seorang memanggilku, aku berhenti di koridor menuju toilet wanita. Beberapa saat yang lalu aku baru saja keluar dari tempat itu untuk menuntaskan hajatku. Suasana disini yang cukup dingin membuatku ingin ke toilet begitu selesai makan malam bersama dengan Mas Galih dan Mbak Safa. Keduanya bertemu untuk saling membuka hati dan meminta maaf serta memaafkan. Apa yang terjadi dimasa lalu antara mereka adalah hal yang besar, banyak orang diluar sana yang pasti tidak akan bisa memaafkan perbuatan yang seperti dilakukan oleh Mas Galih, suamiku saat ini. Mungkin memaafkan bisa, tapi melupakan tentu akan sangat sulit. Meskipun begitu, Mbak Safa berkenan untuk bertemu kami, bersedia menjadi temanku, itu sungguh luar biasa. "Iya, ada apa?" sahutku malas. Wanita itu, wanita yang sudah menjadi penghancur mahligai rumah tangga Mbak Safa dan Mas Galih dulu. Lalu meninggalkan suaminya begitu saja saat dalam keadaan terpuruk, memang dia hanya ingin enaknya saja
POV GALIH____&&____"Tauge lagi?" gumamku dalam hati. Aku menatap nanar kearah sayuran yang terbuat dari kecambah kacang hijau yang terhidang di meja makan, malam ini. Kali ini, Lili membuat oseng-oseng toge dicampur dengan wortel. Sudah hampir dua minggu ini, sayuran satu itu selalu terhidang di meja seakan-akan seperti menu utama. Kadang di campur dengan tahu, kadang kacang panjang, kadang teri, kadang udang, bahkan di sup. Selama itu juga aku tidak menanyakan apapun, memakan semua yang terhidang di atas meja makan dengan tenang karena memang masakan istriku itu selalu terasa nikmat dilidahku. Namun lama-kelamaan aku mulai bertanya-tanya dengan hal ini. Kenapa sayur dengan ekor panjang itu selalu saja ada diantara makanan kami. Dengan cekatan, Lili menyendok nasi kedalam piring, kemudian memberikan ikan bawal bakar dan oseng tauge tersebut kedalam piring yang sama lalu menyerahkan padaku. "Kenapa mas?" tanyanya padaku, mungkin dia merasa sejak tadi aku memperhatikannya. "Kena
POV SafaBeberapa bulan setelah pertemuanku dengan Mantan suamiku dan Lili yang terjadi secara tidak sengaja di hotel saat kami berlibur dengan anak-anak, membuat hubunganku dengan istri mantan suamiku itu kian dekat saja. Kerjasama kami berjalan dengan lancar, bahkan sekarang aku mempekerjakan karyawan khusus untuk menerima pesanan dari toko onlinenya Lili dan juga karyawan khusus packing. Itu kami lakukan agar proses pengiriman berlangsung secara cepat, bukankah ketepatan waktu pengiriman akan membuat pelanggan jauh lebih puas. Jadi Lili yang memasarkan sedangkan bagian karyawanku yang menyediakan. Komunikasi secara online tentu saja wajib berjalan dengan lancar. Sebenarnya bisa saja aku membuka toko online sendiri, tapi sepertinya akan kewalahan menghandle segalanya. Cukuplah memiliki toko di pusat grosir dan menerima pesanan dari pelanggan saja, aku harus membagi waktu untuk kedua buah hati dan juga suamiku. Lagipula, Mas Abi memberikan nafkah lebih dari cukup. Semua yang 'kul
Perjalanan kami menuju rumah sakit tempat dimana aku periksa dan melahirkan Albi berjalan tanpa hambatan. Aku sendiri yang menyetir mobilnya. Antusiasme yang ada dalam diriku, itu karena tahu bagaimana perjuangan dan usaha Lili untuk memiliki buah hati. Berharap kali ini keinginannya akan menjadi kenyataan. Setelah cukup lama menunggu antrian, akhirnya nama Lili di panggil juga. "Aku masuk sendiri saja ya, mbak. Mbak Safa tunggu saja disini," pintanya sambil tersenyum padaku. Aku mengangguk mengiyakan, itu hak Lili untuk menolakku menemaninya. Harusnya suaminya yang menemani, tapi malah aku yang memaksanya untuk periksa sekarang juga. Sesaat setelah wanita itu masuk ke ruang praktek dokter, aku berinisiatif untuk menelpon Mas Abi. Tadi tidak sempat pamit dan langsung saja berangkat. Beberapa waktu menunggu, akhirnya panggilan telponku diangkat juga oleh Mas Abi. "Mas, aku sedang berada di rumah sakit," ucapku setelah sebelumnya mengucap salam. "Kenapa, kamu sakit?" tanyanya deng
POV Lili"Mas, aku hamil," ucapku pada Mas Galih yang sedang duduk didepan laptopnya. Tadi setelah makan malam, suamiku itu mengatakan akan membuat sesuatu yang baru untuk usahanya. Katanya ada pelanggan baru yang menginginkan desain yang berbeda dari yang sudah ada. Pandangan Mas Galih langsung berpindah dari layar datar tersebut kearahku yang sudah duduk disampingnya. Cukup lama suamiku itu menatap lekat kearahku, matanya berembun, bibirnya bergerak namun tanpa kata. Kemudian tangannya langsung merengkuh tubuhku dalam pelukannya. "Aku bahagia, terimakasih," bisiknya. Tangannya semakin erat memelukku. "Mas, aku sesak nafas. Kamu terlalu kencang memelukku." "Oh, maaf." Mas Galih berkata sambil mengurai pelukannya. "Aku terlalu bahagia," ujarnya lagi, tangannya menyeka bulir bening di sudut matanya."Dokter bilang sudah berusia delapan minggu." Aku berkata sembari memberikan hasil USG yang berupa gambar hitam putih padanya. Meskipun kami sama-sama tidak cukup faham dengan gambar
Sambil menunggu wanita itu datang, aku kembali mengupas buah apel. Selain karena banyak manfaatnya untuk ibu hamil, aku juga suka sensasi mengigit buah tersebut. Aku memilih jenis apel yang saat digigit terasa kriuk dan renyah. Diantara manfaat buah Apel adalah, meningkatkan imunitas tubuh karena banyak mengandung vitamin C. Mencegah dan mengatasi kram pada kaki, ini biasanya akan terjadi pada ibu hamil karena perubahan hormon dan juga berat badan. Menjaga keseimbangan cairan, meningkatkan kesehatan pencernaan. Menjaga kesehatan tulang dengan kandungan kalsium didalamnya. Mengurangi resiko cacat lahir karena apel membantu memenuhi kebutuhan folat selama kehamilan. Mas Galih tampak asyik melihatku yang sedang memotong-motong Apel yang sudah terkupas. Aku berinisiatif menyuapkan sepotong apel padanya dan dia menerimanya. Tidak biasanya suamiku ini mau aku suapin buah-buahan yang sedang aku makan selama hamil. Katanya buat aku saja, selalu seperti itu cara menolaknya. Saat aku sedang
POV LiliSetelah kepergian Dania, aku berpikir keras bagaimana caranya biar wanita itu jera, atau setidaknya terjebak dan menderita seperti keinginan dalam hatiku. Ingatanku tiba-tiba tertuju pada lelaki yang menjadi atasan Dania, yang saat staycation dulu mereka berdua juga ada disana. Hubungan mereka sepertinya lebih intim dari hanya sekedar atasan dan karyawan. Sebuah ide muncul begitu saja dalam otakku. Aku berniat untuk mengorek kehidupan pribadi dari atasan Dania itu, caranya bagaimana. Ada banyak cara menuju kesana selagi ada uang ditangan. Pintu ruangan terbuka saat aku sedang asyik dengan benda pipih milikku dan sibuk dengan pikiranku. Mas Galih datang dengan membawa jus yang aku inginkan. "Ini, minumlah," ucapnya sambil menyodorkan segelas jus mangga yang aku inginkan. Aku menerimanya dan segera menikmatinya, sejujurnya memang aku sedang ingin jus buah itu. Bukan hanya sekadar pura-pura semata. "Kamu gak nanyain Dania, Mas?""Buat apa? dia bukan hal yang penting untuk