POV GALIH____&&____"Tauge lagi?" gumamku dalam hati. Aku menatap nanar kearah sayuran yang terbuat dari kecambah kacang hijau yang terhidang di meja makan, malam ini. Kali ini, Lili membuat oseng-oseng toge dicampur dengan wortel. Sudah hampir dua minggu ini, sayuran satu itu selalu terhidang di meja seakan-akan seperti menu utama. Kadang di campur dengan tahu, kadang kacang panjang, kadang teri, kadang udang, bahkan di sup. Selama itu juga aku tidak menanyakan apapun, memakan semua yang terhidang di atas meja makan dengan tenang karena memang masakan istriku itu selalu terasa nikmat dilidahku. Namun lama-kelamaan aku mulai bertanya-tanya dengan hal ini. Kenapa sayur dengan ekor panjang itu selalu saja ada diantara makanan kami. Dengan cekatan, Lili menyendok nasi kedalam piring, kemudian memberikan ikan bawal bakar dan oseng tauge tersebut kedalam piring yang sama lalu menyerahkan padaku. "Kenapa mas?" tanyanya padaku, mungkin dia merasa sejak tadi aku memperhatikannya. "Kena
POV SafaBeberapa bulan setelah pertemuanku dengan Mantan suamiku dan Lili yang terjadi secara tidak sengaja di hotel saat kami berlibur dengan anak-anak, membuat hubunganku dengan istri mantan suamiku itu kian dekat saja. Kerjasama kami berjalan dengan lancar, bahkan sekarang aku mempekerjakan karyawan khusus untuk menerima pesanan dari toko onlinenya Lili dan juga karyawan khusus packing. Itu kami lakukan agar proses pengiriman berlangsung secara cepat, bukankah ketepatan waktu pengiriman akan membuat pelanggan jauh lebih puas. Jadi Lili yang memasarkan sedangkan bagian karyawanku yang menyediakan. Komunikasi secara online tentu saja wajib berjalan dengan lancar. Sebenarnya bisa saja aku membuka toko online sendiri, tapi sepertinya akan kewalahan menghandle segalanya. Cukuplah memiliki toko di pusat grosir dan menerima pesanan dari pelanggan saja, aku harus membagi waktu untuk kedua buah hati dan juga suamiku. Lagipula, Mas Abi memberikan nafkah lebih dari cukup. Semua yang 'kul
Perjalanan kami menuju rumah sakit tempat dimana aku periksa dan melahirkan Albi berjalan tanpa hambatan. Aku sendiri yang menyetir mobilnya. Antusiasme yang ada dalam diriku, itu karena tahu bagaimana perjuangan dan usaha Lili untuk memiliki buah hati. Berharap kali ini keinginannya akan menjadi kenyataan. Setelah cukup lama menunggu antrian, akhirnya nama Lili di panggil juga. "Aku masuk sendiri saja ya, mbak. Mbak Safa tunggu saja disini," pintanya sambil tersenyum padaku. Aku mengangguk mengiyakan, itu hak Lili untuk menolakku menemaninya. Harusnya suaminya yang menemani, tapi malah aku yang memaksanya untuk periksa sekarang juga. Sesaat setelah wanita itu masuk ke ruang praktek dokter, aku berinisiatif untuk menelpon Mas Abi. Tadi tidak sempat pamit dan langsung saja berangkat. Beberapa waktu menunggu, akhirnya panggilan telponku diangkat juga oleh Mas Abi. "Mas, aku sedang berada di rumah sakit," ucapku setelah sebelumnya mengucap salam. "Kenapa, kamu sakit?" tanyanya deng
POV Lili"Mas, aku hamil," ucapku pada Mas Galih yang sedang duduk didepan laptopnya. Tadi setelah makan malam, suamiku itu mengatakan akan membuat sesuatu yang baru untuk usahanya. Katanya ada pelanggan baru yang menginginkan desain yang berbeda dari yang sudah ada. Pandangan Mas Galih langsung berpindah dari layar datar tersebut kearahku yang sudah duduk disampingnya. Cukup lama suamiku itu menatap lekat kearahku, matanya berembun, bibirnya bergerak namun tanpa kata. Kemudian tangannya langsung merengkuh tubuhku dalam pelukannya. "Aku bahagia, terimakasih," bisiknya. Tangannya semakin erat memelukku. "Mas, aku sesak nafas. Kamu terlalu kencang memelukku." "Oh, maaf." Mas Galih berkata sambil mengurai pelukannya. "Aku terlalu bahagia," ujarnya lagi, tangannya menyeka bulir bening di sudut matanya."Dokter bilang sudah berusia delapan minggu." Aku berkata sembari memberikan hasil USG yang berupa gambar hitam putih padanya. Meskipun kami sama-sama tidak cukup faham dengan gambar
Sambil menunggu wanita itu datang, aku kembali mengupas buah apel. Selain karena banyak manfaatnya untuk ibu hamil, aku juga suka sensasi mengigit buah tersebut. Aku memilih jenis apel yang saat digigit terasa kriuk dan renyah. Diantara manfaat buah Apel adalah, meningkatkan imunitas tubuh karena banyak mengandung vitamin C. Mencegah dan mengatasi kram pada kaki, ini biasanya akan terjadi pada ibu hamil karena perubahan hormon dan juga berat badan. Menjaga keseimbangan cairan, meningkatkan kesehatan pencernaan. Menjaga kesehatan tulang dengan kandungan kalsium didalamnya. Mengurangi resiko cacat lahir karena apel membantu memenuhi kebutuhan folat selama kehamilan. Mas Galih tampak asyik melihatku yang sedang memotong-motong Apel yang sudah terkupas. Aku berinisiatif menyuapkan sepotong apel padanya dan dia menerimanya. Tidak biasanya suamiku ini mau aku suapin buah-buahan yang sedang aku makan selama hamil. Katanya buat aku saja, selalu seperti itu cara menolaknya. Saat aku sedang
POV LiliSetelah kepergian Dania, aku berpikir keras bagaimana caranya biar wanita itu jera, atau setidaknya terjebak dan menderita seperti keinginan dalam hatiku. Ingatanku tiba-tiba tertuju pada lelaki yang menjadi atasan Dania, yang saat staycation dulu mereka berdua juga ada disana. Hubungan mereka sepertinya lebih intim dari hanya sekedar atasan dan karyawan. Sebuah ide muncul begitu saja dalam otakku. Aku berniat untuk mengorek kehidupan pribadi dari atasan Dania itu, caranya bagaimana. Ada banyak cara menuju kesana selagi ada uang ditangan. Pintu ruangan terbuka saat aku sedang asyik dengan benda pipih milikku dan sibuk dengan pikiranku. Mas Galih datang dengan membawa jus yang aku inginkan. "Ini, minumlah," ucapnya sambil menyodorkan segelas jus mangga yang aku inginkan. Aku menerimanya dan segera menikmatinya, sejujurnya memang aku sedang ingin jus buah itu. Bukan hanya sekadar pura-pura semata. "Kamu gak nanyain Dania, Mas?""Buat apa? dia bukan hal yang penting untuk
POV DaniaIstri Mas Galih yang sekarang sungguh sangat menyebalkan, wanita itu terus menempel pada mantan suamiku itu. Bahkan perkataannya membuatku sangat muak, apa lagi Mas Galih juga begitu mempercayainya. Bagaimana wanita itu bisa mengandung anak dari Mas Galih sedangkan aku dan Mbak Safa saja susah hamil bersamanya.Belum lagi dia menantangku untuk mencari lelaki yang lebih segalanya dari Mas Galih. Ah, dia tidak tahu saja jika sebenarnya aku memiliki hubungan istimewa dengan atasanku. Hanya saja, istri dari atasanku itu wanita yang galak dan konon katanya bar-bar. Karyawan yang berada di tempatku bekerja, beberapa kali memperingatkan diriku untuk berhati-hati dan tidak terlalu menampakkan kedekatan dengan atasanku, Pak Brata. Katanya, pernah beberapa kali karyawan yang dicurigai dekat dengan Pak Brata dipermalukan oleh istrinya tanpa ampun. Tidak peduli, mereka benar-benar dekat atau hanya rumor semata. Tapi aku tidak mempedulikan soal itu, yang aku lakukan adalah harus berhat
Kami pulang setelah memastikan kehamilanku sehat saja dan calon bayi dalam kandunganku tumbuh dengan baik. Kali ini pun, tujuan kami adalah rumah besar milik mereka berdua. Jika orang pengen hidup terpisah dengan madunya, beda dengan Kak Sofi yang ingin tinggal serumah denganku. Katanya agar bisa mengawasi dan menjagaku saat hamil, benar-benar diluar dugaan. Dirumah ini memang hanya ada Kak Sofi, aku, Mas Brata dan beberapa asisten rumah tangga yang memiliki pekerjaan dan tugas masing-masing. Kak Sofi belum memiliki keturunan meskipun sudah menikah dengan Mas Brata. Aku tidak berani bertanya kenapa, bukankah wanita selalu sensitif jika ditanya tentang usia, kapan menikah dan kenapa belum hamil. Daripada aku mendapat makian dan rasa benci dari istri pertama suamiku itu, mending aku diam-diam saja. Dirumah ini, aku diperlakukan dengan sangat baik disini, layaknya seperti orang yang sangat berharga . Pernikahan dan kehamilanku kali ini sangatlah istimewa, aku benar-benar tidak menyan