Share

Bab 52

Rasanya kepalaku pusing sekali karena dipaksa harus memilih antara keluarga atau persahabatan.

Coba saja kalau ayahku tidak bekerja di tempat Bu Jingga aku mungkin sudah menceritakan semuanya kepada Sari.

"Tumben kamu pulang larut malam, Nak?" tanya papa.

Seperti biasa kalau aku belum pulang Papa dengan sabarnya menungguku di teras biasanya sambil mondar-mandir tapi karena kakinya sakit dia hanya duduk saja.

"Oh, tidak apa-apa, Pa. Tadi masih ada keperluan," kataku menutupi.

"Ayo, duduklah di sini sebentar! Papa mau ngobrol sama kamu."

"Iya, Pa," kataku menurut dan duduk di sebelah papa.

"Apa kamu ada masalah dengan Sari, Nak? Tak biasanya wajah kamu muram begini."

"Tidak ada kok, Pa. Desti hanya sedikit kecapean."

"Oh ... Kamu tadi sudah makan belum?"

"Sudah tadi, Pa," kataku beralasan sebenarnya aku ini belum makan karena nafsu makanku sudah hilang tergantikan dengan banyaknya pikiran di kepalaku.

"Gimana bisnis Sari yang kamu pegang sekarang, Nak? Tambah ramai?"

"Alhamdulillah sek
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status