Karena saking buru-burunya. Aku sampai kelupaan kalau belum membuka pagar rumahku.Dengan segera aku membuka pagar rumah, dan dengan cepat aku mengendarai mobilku dengan kecepatan penuh. Karena Putra sekarang terlihat semakin lemah dan ubun-ubunnya terlihat cekung. Terpaksa kali ini aku harus menelepon Sari."Halo," kataku saat teleponku tersambung."Nanang, di mana Putra?!" teriak Sari."Ini aku mau antar Putra ke Rumah Sakit Kasih. Kita ketemu di sana," kataku singkat.***"Kamu benar-benar tega dengan Putra, Mas!" Sari memukul-mukul tubuhku. Aku hanya bisa diam dan tidak bisa berkata apa-apa.Meski kelihatannya hatiku ini dingin seperti es tapi aku juga bisa merasakan apa yang Sari rasakan."Jawab, Mas! Kamu apakan Putra?" terus saja Sari memukul-mukul dadaku. Aku hanya bisa pasrah. Sekarang hatiku merasa bersalah kepada Sari dengan segera aku memeluk Sari mencoba untuk menenangkannya. Meski bagaimana pun dia masih istri sahku.Aku merasa sedih karena akibat ulahku, Putra menjadi s
Pov AuthorPak Norman dan Bu Nanda pergi menjauh karena muak melihat Hana dan Nanang. Mereka pergi melihat cucu kesayangannya dari balik pintu kaca ruang PICU. Mereka sangat khawatir dengan keadaan Putra Pak Norman dan Bu Nanda sangat kecewa dengan Nanang. Mereka merasa tertipu oleh atas omongan Nanang sebelumnya. Nanang menuduh Sari yang sudah mengkhianatinya. Sedangkan kenyataannya yang sudah berkhianat adalah NanangSaat kedatangan Hana Pak Rudi langsung kaget. Dia merasa kenal dengan perempuan itu namun dia segera menjauh."Mau kemana, Mas?" tanya istrinya."Aku mau ke kamar mandi," jawabnya."Oh, ternyata wanita itu yang telah menghancurkan keluarga anakku." Melihat Hana mendatangi Nanang membuat Bu Jingga menjadi geram."Yang!" Kini Hana berjalan mendeket ke Nanang.Dengan segera Nanang menyahut tangan Hana dan mengajaknya pergi ke tempat yang agak sepi.Nanang geram karena kehadiran Hana. Hana tak merasa sungkan atau punya rasa bersalah tiba-tiba datang dan memperkenalkan diri