Share

Kewajiban Istriku

AKHIRNYA ISTRIKU BERHENTI MEMINTA BANTUANKU

#2

Sore ini, aku pulang seperti biasa. Namun, sengaja aku mampir ke salah satu rumah sahabatku untuk sekedar melepas lelah.

Karen sungguh aku tak mengerti bagaimana Indah bisa memintaku menjaga bayinya saat aku baru saja pulang bekerja.

Ia hanya di rumah dan tidur bersama bayinya, lalu mengapa ia tidak bisa memahami bahwa aku benar-benar lelah harus seharian bekerja?

Tepat pukul tujuh malam aku segera pulang ke rumah, saat itu biasanya putriku di rumah sudah tidur, jadi aku bisa bebas bermain game atau menonton televisi.

Namun, saat aku sampai di rumah. Bayi yang baru berusia tujuh hari itu tengah menangis, entah apa yang membuat ia begitu terisak.

Bahkan, keadaan rumah begitu berantakan seolah tak ada yang Indah lakukan seharian ini. Aku menemukan putriku hanya sendiri di kasur depan televisi.

Entah kemana Indah pergi, bahkan sepertinya ia sudah cukup lama pergi karena bayi ini terlihat sangat ketakutan.

"Indah! Indah!"

Aku berteriak mencari keberadaan istriku, kemana wanita itu? Apa saja yang ia lakukan sehingga rumah terlihat sangat berantakan.

Bahkan, tak ada makanan yang tersedia di atas meja makan. Apa ia hanya bermalas-malasan? Padahal aku seharian kerja. Dia malah enak-enakan di rumah.

Tak berapa lama kemudian, Indah keluar dari kamar mandi. Ia nampak pucat.

"Bisa-bisanya kamu ninggalin anak di sini sendirian! Kamu gila apa?!"

Aku benar-benar tak habis pikir dengan wanita yang kini tengah berdiri di hadapanku. Namun, ia sama sekali tak menghiraukan ucapanku. Ia hanya sibuk membenarkan korset yang ia pakai di balik bajunya.

"Sini Sayang, maaf ya Mama lama," ucapnya seraya berlari ke arah bayi kami.

Ia langsung menggendong bayi itu dan menyusuinya seraya meringis kesakitan. Aku rasa ia benar-benar berlebihan, padahal seorang bayi seharusnya menyusu dengan lembut, mengapa ia harus kesakitan? Dasar lebay!

Aku segera meninggalkan Indah dan bayinya, kemudian segera bergegas mandi untuk membersihkan diriku. Setelah aku selesai, Indah sudah menidurkan bayinya di atas kasur.

"Bikini kopi, masa aku harus bikin sendiri sih," sentakku.

Wanita itu tak menjawab, ia hanya melenggang ke dapur. Tak apalah, yang penting dia membuatkan aku kopi. 

Lama waktu berselang, Indah tak juga muncul dari dapur. Entah apa yang ia lakukan, padahal aku bisa mendengar suara piring yang tengah beradu. Mungkin, Indah tengah mencuci piring dan membereskan dapur yang memang berantakan.

Kesal karena istriku tak juga membuatkan kopi, aku segera menyusulnya ke dapur. Betapa terkejutnya aku saat tahu ia malah tengah makan di dapur sendirian.

Padahal ia bisa mengajakku makan malam berdua. Namun, mengapa ia malah makan sendiri?

"Kamu udah budeg apa gimana sih? Aku ngomong sama kamu lho!" ucapku kesal.

Namun, sekali lagi. Indah tidak menghiraukan ucapanku, ia justru sibuk membereskan sisa makanan di atas meja kemudian berjalan melewatiku.

Apa sebenarnya yang terjadi padanya? Apa salahku sehingga ia sama sekali tak mau berbicara padaku?

Dengan langkah cepat aku segera mengikuti istriku, aku tarik tangan wanita itu dan mencengkramnya kuat-kuat.

"Kamu budeg ya! Aku lagi ngomong sama kamu!" bentakku.

Dan untuk kesekian kalinya, Indah mengabaikan kata-kataku. Ia menoleh ke arahku dan menatap tajam kedua netra hitamku. Tatapannya penuh amarah, ia juga melepaskan cengkraman tanganku tanpa mengatakan apapun padaku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status