AKHIRNYA ISTRIKU BERHENTI MEMINTA BANTUANKU
#5Seharian aku benar-benar tidak fokus, semua pekerjaanku terasa sangat berat. Aku tak bisa berhenti memikirkan kemana Indah pergi.Aku juga sangat merasa bersalah setelah mendengar orangtuaku mengatakan tentang Indah selama ini. Bagaimana mereka memperlakukan istriku dengan sangat tidak nyaman."Ngalamun aja Bro, kenapa?" tanya Deni, teman kantorku.Saat makan siang, biasanya aku pergi ke restoran di sekitar gedung perkantoran. Hanya saja, hari ini aku tidak berselera untuk pergi kemanapun jadi aku memilih untuk tetap di kantor."Eh, iya nih kepikiran bini, dia akhir-akhir ini sering banget marah Bro. Moodnya berubah-ubah, nggak ngerti banget lah sama dia."Aku berusaha menjelaskan apa yang Indah alami sebelum ia pergi. Meski aku tahu, Deni tidak akan mengubah apapun. Namun, setidaknya aku memiliki teman untuk berbagi sedihku."Bro, namanya wanita habis lahiran memang begitu. Lu tau nggak istilah baby blues? Bahaya lho kalau sampai ibu melahirkan moodnya ancur terus, dia bisa bunuh anaknya sendiri," ujar Deni.Aku terkejut mendengar penuturan Deni, entah mengapa aku merasa Indah mungkin mengalami apa yang baru saja Deni jelaskan."Ah! Masa sih bisa kaya gitu? Lu tahu dari mana?" tanyaku tak percaya."Yeaay! Makannya, banyak-banyak baca Bro. Punya hp canggih jangan cuma buat gaya doang, cari informasi. Lu tahu nggak sih, melahirkan itu sakitnya luar biasa, kaya emak gue sih! Belum lagi nih, harus ngurusin anak malem-malem sendiri karena bayi pasti rewel kalau malam. Ditambah nih Bro, menyusui pertama bagi perempuan itu sakitnya kaya Lu di jambak orang sekelurahan!" jelas Deni.Apa benar semua yang di katakan Deni? Lalu, jika semua memang benar berarti selama ini aku sudah membuat keadaan Indah semakin parah."Lu memperlakukan bini lu dengan baik kan Bro?" tanya Deni.Aku melirik ke arahnya, tak mungkin rasanya aku mengatakan semua dengan jujur. Apalagi, aku sudah melakukan kesalahan sampai membuat Indah pergi."Tapi Den, emang semua yang Lu bilang bener ya? Kok gue nggak percaya ya? Lu kan belum nikah?" cetusku."Astaghfirullah Bayu yang kepalanya keras kaya batu! Emang lu kagak tau masalah sepele begini? Lu kemana aja sih Bro? Pernah ngaji nggak sih Lu? Wanita itu sangat mulia di mata Allah, bahkan Islam memandang wanita itu sangat di muliakan. Karena proses kehamilan, melahirkan dan menyusui yang memang nggak main-main itu kenapa Allah kasih janji surga buat wanita yang meninggal saat melahirkan, semacam mati syahid gitu lho. Dan itulah alasan kenapa surga ada di bawah telapak kaki ibu, bukan di ayah!"Kali ini, aku benar-benar merasa malu karena telah melakukan sebuah kesalahan besar. Jadi, selama ini aku tidak menyadari bahwa semuanya memang salah.Semua ini bagaikan benang kusut yang akhirnya bisa aku temukan ujungnya. Aku benar-benar menyesal telah memperlakukan Indah dengan sangat buruk selama ini.Nada dering pada ponsel Deni seketika memecah keheningan diantara kami berdua."Halo, Assalamualaikum Ibu."Pria yang masih belum menikah itu memang selalu terlihat santun pada ibunya. Kami bersahabat sejak SMA jadi, setidaknya aku mengenal bagaimana dia."Astaghfirullah, yaudah Deni ke sana sekarang ya Bu. Ibu tunggu Deni," jawab Deni nampak panik."Kenapa Den?" tanyaku."Ibu di rumah sakit Yu, yaudah gue ke rumah sakit dulu. Lu tolong bilang ke Pak Bos ya kalau gue ada urusan mendadak," ucap Deni."Okay, salam buat ibu ya. Semoga beliau cepat sehat," ucapku sebelum Deni pergi."Sip Bro!"Deni pun pergi. Kini, aku disini sendiri merenungi semua kata-kata yang baru saja Deni ucapkan. Aku bagaikan tertampar oleh apa yang di jelaskan oleh Deni.Kini, kemana aku harus mencari Indah dan meminta maaf padanya? Bagaimana aku akan menebus semua kesalahan yang sudah aku lakukan?AKHIRNYA ISTRIKU BERHENTI MEMINTA BANTUANKU#6Sore ini, aku memutuskan untuk segera pulang karena berharap Indah dan putriku sudah menunggu di rumah. Entah mengapa, aku menjadi begitu merindukan istriku setelah ia pergi.Padahal, belum ada dua puluh empat jam setelah ia benar-benar pergi dari rumah. Namun, aku merasa telah ditinggal begitu lama olehnya.Mungkin karena sikap tidak perduli yang selama ini aku tunjukan. Aku benar-benar menyesal telah membuat ia terluka seperti saat ini.Andai saja aku bisa menghargai dia sedikit saja. Mungkin ia masih berada disini bersamaku. Benar, apa yang di katakan Indah. Bayi itu anak kami, bukan hanya anaknya.Seharusnya aku lebih menyadari hal itu, akan tetapi semua penyesalan ini terasa percuma. Aku bahkan tidak bisa menjadi pelindung untuknya."Assalamualaikum."Aku ketuk pintu dan mengucapkan salam, berharap Indah akan membuka pintu dan menyambut kedatanganku. Ingin rasanya aku memeluk tubuh lemah itu dan mengucapkan maaf beberapa kali sampai
AKHIRNYA ISTRIKU BERHENTI MEMINTA BANTUANKU#7"Lin! Kamu nggak bantuin Ibu beresin rumah?" tanyaku saat melihat adik Perempuanku hanya duduk sembari memainkan ponselnya.Gadis yang baru duduk di bangku sekolah menengah atas itu hanya melirik ke arah ibuku, ia bahkan tidak berusaha untuk bangkit dan membantu wanita yang sudah melahirkannya."Males ah Mas! Aku udah mandi, ntar bau keringet lagi gimana?" jawab gadis tersebut.Aku menggeleng tak percaya jika keluargaku benar-benar tidak memiliki adab. Bahkan, aku tak bisa membayangkan bagaimana lelahnya Indah saat mengurus semua kebutuhan rumah ini seoenag diri seraya mengasuh bayi kecilnya."Lintang! Kamu tuh wanita, harus bisa ngerjain pekerjaan rumah!" bentakku.Gadis itu langsung bangkit dan menatapku tajam, "Aku tuh calon dokter Mas. Aku berusaha keras supaya menghindari melakukan semua pekerjaan rendah itu. Jadi, jangan pernah perintah aku untuk ngelakuin hal bodoh itu!" sentak gadis berusia tujuh belas tahun itu."Udah Yu, nggak u
AKHIRNYA ISTRIKU BERHENTI MEMINTA BANTUANKU#8#DENISetelah mendapatkan telepon dari ibu, aku segera bergegas pergi ke rumah sakit yang sudah ibuku tunjukkan. Aku sangat khawatir karena bagaimanapun, beliau adalah satu-satunya orang yang aku sayangi.Tanpa berpikir panjang, segera aku berjalan setelah memarkirkan mobil di area parkir rumah sakit."Sus, pasien atas nama Ibu Aminah di rawat di ruangan apa ya? Atau masih di UGD?" tanyaku panik."Sabar ya Pak, saya cek dulu datanya."Wanita dengan seragam khas rumah sakit itu langsung mencari pasien dengan nama yang baru saja aku sebutkan."Deni?" Seseorang memanggil namaku, suaranya mirip suara ibu. Namun, bagaimana mungkin? Aku segera menoleh dan melihat ibu berdiri tegap dan nampak sehat di sebelahku."Ibu? Ya Allah? Ibu kenapa?" tanyaku khawatir.Tanpa memperdulikan orang yang tengah berlalu-lalang aku langsung memeluk tubuh wanita yang sudah melahirkan dan merawat aku.Aku sangat takut jika sesuatu yang buruk terjadi pada beliau, s
AKHIRNYA ISTRIKU BERHENTI MEMINTA BANTUANKU#9Pagi ini, suasana masih terasa seperti hari kemarin. Sunyi, sangat sepi. Tak ada tangis bayi yang membuatku biasanya marah. Bahkan aku merindukan sikap manja Indah saat ia meminta bantuanku.Aku segera menelpon orang kantor untuk meminta izin cuti, entah kemana aku akan mulai mencari keberadaan Indah.Apakah mungkin ia masih mau memaafkan aku setelah semua yang sudah aku lakukan?Aku buka lemari untuk mencari pakaian, beberapa baju Indah terlipat rapi. Aku bahkan tidak melihat pakaian Indah berkurang. Apakah mungkin ia tidak membawa pakaian? Lalu, kemana ia pergi?Tepat di bawah tumpukan pakaian, sebuah buku diary membuatku terpaku. Perlahan aku ambil buku tersebut.Satu persatu tulisan di dalamnya aku baca tanpa melewatkan satu lembar pun dalam buku tersebut. Curahan hati Indah selama ini tertuang di dalam buku ini.Rasa Bahagia yang ia rasakan ketika detak jantung putri kami terasa di dalam rahimnya. Aku tak menyangka jika aku selama in
#10"Heh! Maksud kamu apa?"Aku benar-benar emosi mendengar ucapan wanita yang sama sekali belum aku kenal."Perkenalkan dulu ya Bayu, nama saya Farida. Indah sih biasa manggil aku Rida ya, kami udah berteman lama. Sejak aku dan dia ketemu di klinik tempat aku praktek. Ya, aku dokter kandungan istri kamu."Aku sangat terkejut mendengar apa yang di sampaikan wanita bernama Farida itu. Aku memang tidak pernah menemani Indah ke tempat medis selama ia hamil.Ia selalu pergi sendiri, aku hanya memberikan uang untuknya dan aku pikir semua itu cukup. "Aku dapat alamat kamu di buku harian milik Indah, aku yakin kamu pasti tahu dimana Indah saat ini!" Aku benar-benar tak bisa lagi basa-basi dengan wanita di hadapanku. Meskipun ia adalah seorang dokter, tapi aku tidak segan-segan karena memang ia adalah orang yang seharusnya bertanggung jawab atas kepergian Indah."Ya, aku memang memberikan alamatku pada Indah karena aku tidak tahan mendengarkan cerita dia tentang suami dan mertua yang keterl
#11#Deni"Gimana keadaannya Dok?" Aku segera menemui Dokter ketika beliau baru saja memeriksa keadaan pasien."Kita harus segera melakukan operasi, karena pendarahan pada rahimnya bisa membuat dia tidak bisa lagi punya keturunan," jelas dokter tersebut."Saya yang akan bertanggung jawab Dok," jawabku.Dokter itu nampak bingung, mungkin karena beliau tahu jika ibuku menemukan pasien ini tergeletak di jalanan dan tidak mungkin aku mengenalnya."Baiklah, ikut suster untuk mengurus persetujuan."Aku mengikuti langkah seorang perawat, tak ada lagi yang aku pikirkan kecuali keselamatan bagi satu nyawa manusia. Tidak mungkin aku tega melihat wanita itu harus semakin terpuruk ketika tahu rahimnya di angkat karena aku terlambat memberi keputusan operasi.Beberapa berkas aku tanda tangani, tepat sebelum menjelang subuhwanita itu masuk ruangan operasi. Sepertinya, tidak mungkin aku bekerja dalam keadaan seperti ini.Akhirnya aku segera menghubungi temanku di kantor untuk memberitahukan keadaan
#12Setelah puas memanjakan perut yang teramat kamar dan mengenang masalalu di restoran tersebut, aku langsung memutuskan untuk kembali pulang ke rumah.Rasanya lelah sekali hari ini harus melakukan pencarian Indah dan anakku. Entah kemana lagi harus aku mencari mereka.Dalam perjalanan aku masih berharap bertemu dengan mereka di jalan, mungkin tengah berjalan atau tengah mampir di warung kecil.Sayangnya, tak ada tanda-tanda Indah di manapun. Hingga perasaan bersalah yang sebelumnya menghantuiku kini justru berubah menjadi perasaan kesal yang luar biasa.Kenapa sih harus pergi? Bukankah semua bisa di bicarakan baik-baik? Umpatku dalam hati. Mungkin lebih baik aku biarkan saja, nanti jika dia butuh pasti dia akan pulang, pikirku.Sampai di depan rumah, aku segera turun dan melihat ibuku sudah ada di teras rumahku. Entah apa yang sedang beliau lakukan.Apakah mungkin Indah pulang? Gegas aku turun dari mobil dan berjalan cepat ke rumah."Kamu dari mana sih?" bisik ibuku."Cari Indah lah
#13#Deni"Gimana keadaan kamu?" tanyaku.Wanita yang aku yakini sebagai istri sahabatku itu nampak termenung, mungkin ia masih belum menyadari semuanya. Perlahan wanita itu menoleh ke arahku, tidak salah lagi. Wanita itu memang Indah, istri Bayu. Ya Allah, mengapa ia menjadi seperti ini?"Kamu siapa?" tanya wanita itu nampak kebingungan."Ibu aku nolongin kamu, kamu ... udah sehat?" tanyaku.Perlahan aku berusaha mengajaknya bicara, entah kemana ibu kini berada karena aku hanya mendapati ia sendiri di ruangan ini."Terima kasih."Indah menjawab singkat, kemudian ia kembalikan pandangannya pada sebuah jendela di samping ranjang tidurnya yang tepat mengarah pada lorong rumah sakit."Assalamualaikum," salam ibu sebelum beliau masuk."Ibu dari mana? Dia udah sadar," jelasku."Oh, syukur Alhamdulillah. Tadi dia sadar, lalu ibu panggil dokter. Semua perawat masuk, karena ibu harus nunggu di luar, jadi ibu memilih untuk salat ashar. Lagipula sudah masuk waktu ashar," jelas ibu.Aku segera