Share

Telepon Ibu Mertua

AKHIRNYA ISTRIKU BERHENTI MEMINTA BANTUANKU

#7

"Lin! Kamu nggak bantuin Ibu beresin rumah?" tanyaku saat melihat adik Perempuanku hanya duduk sembari memainkan ponselnya.

Gadis yang baru duduk di bangku sekolah menengah atas itu hanya melirik ke arah ibuku, ia bahkan tidak berusaha untuk bangkit dan membantu wanita yang sudah melahirkannya.

"Males ah Mas! Aku udah mandi, ntar bau keringet lagi gimana?" jawab gadis tersebut.

Aku menggeleng tak percaya jika keluargaku benar-benar tidak memiliki adab. Bahkan, aku tak bisa membayangkan bagaimana lelahnya Indah saat mengurus semua kebutuhan rumah ini seoenag diri seraya mengasuh bayi kecilnya.

"Lintang! Kamu tuh wanita, harus bisa ngerjain pekerjaan rumah!" bentakku.

Gadis itu langsung bangkit dan menatapku tajam, "Aku tuh calon dokter Mas. Aku berusaha keras supaya menghindari melakukan semua pekerjaan rendah itu. Jadi, jangan pernah perintah aku untuk ngelakuin hal bodoh itu!" sentak gadis berusia tujuh belas tahun itu.

"Udah Yu, nggak usah ribut-ribut cuma karena masalah kecil kayak gini. Harusnya kamu cepet cari istri kamu biar ibu nggak kecapean, bukan malah nyalahin adik kamu," jawab ibu.

Jawaban itu sedikitpun tidak membuatku tenang, semua kata-kata ibu justru membuat amarahku semakin memuncak.

"Bisa-bisanya ibu memperlakukan istriku kayak babu! Ibu lihat Lintang! Bagaimana kalau dia nikah dan punya mertua kayak ibu? Mikir Bu, hukum karma itu berlaku, lagipula dia itu masih calon dokter. Belum tentu juga dia di terima di fakultas yang ibu banggain itu!" sentakku penuh emosi.

"Kamu kok nyumpahin adek kamu begitu Yu? Demi seorang wanita yang bahkan sekarang udah ninggalin kamu. Nggak usah sok bijak kamu Yu, kamu pikir ibu nggak tahu gimana perlakuan kamu sama Indah?!"

Astaghfirullah, aku benar-benar tak bisa menyangkal semuanya. Aku memang sudah melakukan kesalahan yang teramat fatal pada istriku.

"Iya Bu, Bayu memang telah melakukan kesalahan itu dan Bayu sangat menyesali semuanya. Besok Bayu akan mencari Indah dan membawanya kembali. Bayu ingin menebus semua kesalahan Bayu," ucapku seraya menitikan air mata penyesalan.

Hilang sudah lapar yang tadi aku rasakan, kini aku hanya ingin merenungi semua kesalahanku. Aku segera pulang ke rumah, masih berharap Indah ada di rumah dan memaafkan semua kesalahanku.

Aaaarg! Aku berteriak di dalam kamar seraya memeluk pakaian Indah dan baju bayi yang ada di lemari pakaian. Mengapa aku begitu terlambat menyadari semuanya?

Mungkin selama ini, Indah sangat tersiksa dengan perlakuanku dan perlakuan keluargaku yang benar-benar tak beradab.

Aku ambil ponsel di atas meja, segera aku cari nomor ibu mertuaku di kampung.

Tut Tut Tut!

Nada sambung terdengar lirih, hingga beberapa detik kemudian suara lembut seorang wanita menyapaku.

"Assalamualaikum, Bayu? Wah, lama sekali tidak ada kabar? Bagaimana Indah sama anak kamu? Mereka sehat kan? Ibu rencananya mau ke rumah kalian, ibu pingin gendong cucu ibu," ucap beliau dengan penuh semangat.

Ya Allah, bagaimana aku harus mengatakan jika Indah tidak lagi tinggal bersamaku? Bagaimana aku harus menjelaskan tentang pertengkaran kami berdua?

"Halo? Bayu," ucap ibu mertuaku.

"Iya Bu, waalaikumsalam, Indah sehat. Bayi kami sehat juga, tapi kami sedang tinggal di rumah Ibuku jadi mungkin ibu kesini ya di tunda dulu ya," jelasku.

"Ooh, begitu. Dikasih nama siapa cucu ibu? Iyaudah, ibu titip Indah ya Nak. Dia pasti butuh banget perhatian dari kamu pasca melahirkan," ucap ibu mertuaku.

Ya Allah, aku bahkan belum menyematkan nama untuk putri yang begitu cantik itu. Siapa nama yang menghiasi dirinya dan bagaimana bisa aku tidak pernah memikirkan itu?

Aku tak bisa lagi menahan tangis yang terus menggenang di kelopak mataku. Rasa bersalah itu seolah terus menghantuiku hingga aku tak bisa memaafkan diriku sendiri.

"Iya Bu," jawabku singkat kemudian mematikan sambungan telepon.

Aku semakin tak tahu harus mencari Indah dan putriku kemana, Tuhan aku begitu merindukan tangis putriku. Tangis yang dulu sangat aku benci.

Air mata semakin deras membasahi sebagian wajahku, entah kemana harus aku mencari. Tempat yang aku pikir menjadi tujuan bagi Indah ternyata bukanlah disana.

Kemana kamu Sayang? Kemana kamu membawa putri kita? Bagaimana aku bisa menemukan kamu dan membuat kamu memaafkan semua kesalahan yang aku lakukan.

Indah ... apa kamu baik-baik saja di luar sana? Sementara hujan petir menghiasi malam ini. Apakah mungkin kalian berada di tempat yang aman saat ini?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status