Dengan raut wajah menahan malu, Ayda langsung memalingkan wajahnya dari tatapan Arya. Ucapan maut yang baru saja ia katakan seketika mengubah keadaan. Ayda memutuskan panggilan telepon setelah mengetahui keadaan Fahri yang sudah diperbolehkan pulang pagi ini. “Maaf, Pak. Saya tidak bermaksud untuk mengatakan kata itu pada Pak Arya,” ucapnya yang merasa harus meminta maaf.“Hmm lain kali dipikirkan dulu sebelum bicara. Kalau orang lain yang mendengarnya pasti akan terjadi kesalahpahaman,” sahut Arya yang terlihat sangat serius dibalik kemudi.Ayda yang paham maksud dari perkataan Arya pun langsung menganggukkan kepala dan menggerutu dalam hatinya. Meski hal itu terjadi karena tidak di sengaja, tetapi Ayda tetap merasa malu di hadapan Arya. Hingga akhirnya, sesampainya di rumah Ayda pun langsung bergegas masuk ke dalam kamar.Meski sudah lewat waktu masuk kerja, tetapi Ayda tetap bersemangat untuk menjalankan kewajibannya. Terlebih saat ini pikiran Ayda sudah mulai tenang karena keadaan
“Jangan lupa bawa semua barang ya,” ucap Darma yang terlihat sangat bersemangat. Sedangkan Arya yang baru saja selesai memasukkan semua koper ke dalam bagasi mobil langsung menatap ke arah neneknya. “Kenapa sih Nenek maksa banget kita buat bulan madu? Padahal Arya udah bilang kalau Arya masih banyak kerjaan.” Arya menekuk wajahnya. Setelah berusaha keras untuk menolak. Ia terpaksa harus mengikuti keinginan neneknya. “Kalau kamu selalu mikirin kerjaan. Kapan kamu punya waktu buat bulan madu. Lagian ngga akan lama ko. Cuma tiga hari dua malam. Ayda juga ngga keberatan ko sama keputusan nenek,” elak Darma tak mau kalah. Setelah dipastikan tidak ada barang yang tertinggal. Arya pun masuk lebih dulu ke dalam mobil. Sedangkan Ayda yang berdiri di sebelah Darma tidak lupa berpamitan. “Selamat bersenang-senang ya Ayda. Jangan biarkan kesempatan ini berlalu begitu saja. Nenek ingin mendengar kabar baik sesudah kalian pulang liburan,” ucap Darma yang sontak membuat Ayda seketika merasa sesak
Beberapa detik berlalu, Ayda memberanikan diri untuk membuka matanya. Betapa terkejutnya ia saat melihat wajah Arya yang sangat dekat dengannya. Bahkan sangat dekat hingga Ayda bisa merasakan embusan napas Arya yang masih memejamkan mata.Dalam posisi serba salah, Ayda hendak menggeserkan wajahnya dan menjauhi bibir Arya. Meskipun mereka sudah memiliki ikatan halal. Akan tetapi, tetap saja Ayda merasa tidak siap untuk melakukan kewajibannya. Hingga perlahan Ayda mulai menggeserkan wajahnya. Namun, tiba-tiba Arya menahan wajah Ayda dengan satu tangannya.“Jangan menjauh lagi,” titah Arya dengan suara lirih.Setelah itu, tanpa ragu Arya pun mengunci bibir Ayda dalam rengkuhan bibirnya dengan sangat lembut. Ayda yang merasa sangat terkejut pun langsung menutup matanya. Detik demi detik yang berlalu membuat Ayda hanyut dalam sentuhan bibir Arya.Drtttt!Dering ponsel yang bergetar pun mengganggu kebersamaan antara Ayda dan Arya. Setelah hampir lima belas menit mereka saling bercumbu, Arya
Tidak ada wanita yang ingin menjalani hubungan seperti ini. meski terpaksa oleh keadaan, setidaknya ia ingin dihargai dan dipandang layaknya seorang wanita. Sama halnya dengan apa yang kini dirasakan Ayda. Setelah merasakan hal yang membuatnya merasa berarti bagi seseorang.Kini Ayda merasa dirinya seakan tak bernilai. Kata maaf Arya setelah merenggut ciuman pertamanya entah kenapa membuat Ayda merasa terluka. Seakan dirinya adalah suatu kesalahan yang harus dihindari keberadaannya. Dengan langkah tanpa arah, Ayda terus berjalan keluar hotel.“Ayda!” teriak Arya yang berusaha menghentikan langkah Ayda.Akan tetapi, luka yang Ayda rasakan membuatnya tak bisa diam dan membiarkan Arya kembali melukai dirinya. Hingga akhirnya, tepat di pertigaan jalan. Ayda bertemu dengan seseorang yang tak asing. Wanita tinggi semampai dengan kulit putih dan rambut yang terurai sangat indah.“Hay, sepertinya kita sudah pernah bertemu,” ucap wanita yang berjalan mendekati Ayda.Tanpa menjawab apapun, Ayda
“Jadi, itu yang membuat kamu marah dan langsung pergi ninggalin saya?” Arya melihat ke arah Ayda yang duduk manis dihadapannya. Sedangkan tangannya dengan lincah membalut luka di lengan Ayda.Setelah mengungkapkan apa yang Ayda rasakan. Ia merasa lebih lega, terlebih saat respon Arya tak sedingin yang ia takutkan. Ayda berpikir karena tragedi yang terjadi padanya membuat Arya merasa bersalah dan simpati padanya. Karena itu Arya bersikap manis dan dengan sabar mengobati semua lukanya.“Apa saya salah kalau berpikir seperti itu?” Ayda balik bertanya. Menurutnya alasan dirinya merasa tersinggung dengan ucapan Ayda wajar, tetapi berbeda hasilnya saat melihat ekspresi Arya.“Tidak. Saya bilang maaf karena saya merasa bersalah, tapi saya tidak menyangka kalau kamu tidak suka dan merasa tidak dihargai sebagai wanita.” Arya menggelengkan kepala dan menutup kotak obat yang sudah selesai ia gunakan. Dengan posisi setengah berjongkok, Arya terus menatap Ayda. “Apa itu ciuman pertama kamu?”Deg!
[Satu jam berlalu]“Ayda … bangun! Saya di sini.”Suara yang terdengar berulang kali membuat Ayda tersadar dari pingsan dan perlahan membuka mata. Rasa sakit di kepala masih terasa. Namun, hangatnya genggaman tangan seseorang membuat Ayda merasa nyaman dan melupakan rasa sakit yang ada.“Pak Arya,” lirih Ayda saat matanya terbuka sempurna. Pandangannya menangkap jelas bayang Arya yang duduk di sampingnya. Dengan raut wajah pucat, Ayda tersenyum dan berusaha bangkit dari posisi tidurnya.“Akhirnya, kamu sadar,” imbuh Arya dengan raut wajah khawatir.Sedangkan Ayda yang baru teringat dengan situasi sebelum dirinya pingsan pun merasa aneh karena tiba-tiba Ayda sudah berada di sampingnya. “Bagaimana Pak Arya tau kalau saya pingsan?” tanyanya dengan suara yang terdengar lemah.Arya yang sudah menyiapkan bubur dan susu di atas meja pun langsung mengambilnya. “Saat kamu menelpon saya dan tidak sempat saya angkat. Saya langsung menelpon kamu, tapi kamu tidak mengangkat telepon saya. Karena it
Arya POV“Lepasin tangan saya! Kamu kenapa sih bersikap kasar sama Ayda? Dia ngga salah apa-apa, tapi kamu usir dia,” bentak Arya yang tidak habis pikir dengan apa yang terjadi antara Laras dan Ayda.Akan tetapi, berbeda dengan Arya yang tetap memandang Ayda sebagai seorang wanita. Meski perasaan ini tiba-tiba datang, Arya tetap merasa khawatir bila Ayda pergi tanpa pengawasan darinya.“Jangan bilang kalau kamu mulai punya perasaan ya sama Ayda,” ucap Laras sambil menatap tajam ke arah Arya.Dengan wajah malas, Arya pun memutar bola matanya dan hendak pergi keluar kamar. ia merasa muak karena semenjak kedatangan Laras, hidupnya seakan menjadi tidak tenang. Entah cinta yang telah pudar atau kenyamanan yang telah berpindah haluan.Laras yang merasa kesal karena Arya meninggalkan dirinya begitu saja pun terus berusaha memanggil Arya. Akan tetapi, Arya terus berjalan dan tidak menghiraukan panggilan Arya.Liburan yang seharusnya digunakan untuk bersantai dan melepas penat pun pudar. Arya
Ayda POV Perkataan rindu yang terdengar sendu meluluhkan hati Ayda tanpa celah. Amarah yang semula membara dalam hati pun perlahan mencair. Sambil menatap wajah Arya, Ayda mengulum senyuman. “Saya juga rindu, Pak Arya,” balasnya dengan sepenuh hati. Tanpa berlama-lama terbawa suasana, Ayda pun bergegas membantu Arya untuk bangkit dari posisinya. Berada di tengah jalan bukan posisi yang tepat untuk saling mengungkapkan rasa rindu. Dengan berusaha keras, Ayda menahan beban tubuh Arya yang terasa sangat panas. Hingga akhirnya, setelah berhasil membawa Arya ke kamar hotelnya. Ayda pun bergegas membuka sepatu Arya dan menyelimutinya. Dalam situasi seperti ini, Ayda mudah merasa panik dan khawatir dalam waktu bersamaan. Terlebih saat Arya terus mengigau. Ayda terus memantau suhu Arya dan mengambil handuk kecil untuk mengompresnya. “Pak Arya kenapa bisa demam gini sih? Saya khawatir kalau kondisi Bapak kayak gini,” gumam Ayda sambil memegangi handuk kecil yang sudah ia rendam air dingin.