Duh, kalau udah diputusin pacar tanpa tahu alasan gitu, udah pasti memang membingungkan deh.Galau, nggak bisa makan, dan jadi kepikiran terus-terusan.Apalagi ketika kita spam chat ke dia, dan tetap nggak balasan pesan itu satu pun, jatuhnya malah jadi penyakit buat tubuh kita kan? Makan pun gak nafsu.Dan untuk kasus si Nadine ini, memang di luar kekuasaan aku, mau ngasih nasehat pun sungkan, karena kita nggak ada di posisi dia."Bingung kan kalian kalau jadi gue? Kerjaan gue banyak terbengkalai gara-gara cowok itu. Tapi sumpah, sifatnya memang baik banget! Dia nggak pernah kasar, dia selalu ada buat gue sesibuk apapun pekerjaannya dia jadi dokter. Dia juga gak pernah sehari pun, gak ngasih kabar ke gue. please seandainya dia ngasih gue satu alasan kenapa kita harus putus dan alasan itu masuk akal, gue juga nggak bakalan kayak gini Ra, Rey, percaya deh!""Iya gue paham, sini peluk dulu." Aku memeluk tubuh Nadine yang masih dalam keadaan galau itu."Duh sorry ya Rey, kita di sini ma
"Mau bicara di mana? Lebih baik di sini saja, karena ada dua orang saksi yang bisa menemani kita ngobrol. Aku takut, bisa saja aku kehilangan kontrol dan mengucap kata-kata yang bisa menyakiti kita berdua," papar Nadine pada kekasih, eh salah mantan kekasihnya itu."Ide bagus, apa yang diucapkan oleh Nadine," sahutku.Daripada membiarkan mereka ngobrol berdua, lebih baik aku korbankan ruangan ini menjadi tempat mediasi bagi mereka.Aku tetap duduk di atas ranjang pasien, sedangkan Clara duduk di kursi menghadap ke mereka berdua yang duduk bersebelahan di sofa.Karena kata si dokter itu udah bilang ke temennya untuk menggantikan jam keliling dia sore ini, maka dia sedikit memiliki waktu luang untuk saling sharing."Sekarang saya dan Reynata sebagai sahabat dari Nadine mau menanyakan beberapa pertanyaan kepada anda ya Pak dokter.Apa benar minggu lalu dokter meminta untuk menyudahi hubungan antara kalian berdua dengan alasan yang wow?? Terlalu mudah ya, ingin fokus bekerja sebagai dokte
Pembicaraan ini tidak akan pernah selesai, meskipun sampai tahun depan. Karena kedua-duanya punya argumen yang kuat, Nadine yang mencintai kekasihnya dengan tulus karena dia tidak mau bermain-main lagi dalam sebuah hubungan, apalagi saat umurnya juga sudah bertambah tua.Sedangkan aku lihat Dokter Ilham juga sepertinya serius sama si Nadine, tapi karena permintaan orang tuanya dokter Ilham, dia jadi tidak bisa menolak karena takut menyakiti hati kedua orang tuanya.Beda dengan aku dulu, kalau aku adalah seorang wanita yang harus nurut dengan walinya sampai aku menikah, dan orang tuaku berhak mencarikan aku jodoh yang terbaik karena seorang perempuan masih harus ikut walinya.Sedangkan dokter Ilham??Hah, aku nemu jawabannya!!"Oke!!" Aku menggebrak meja sampai tiga orang di depan aku tersentak semuanya."Ngagetin aja lo, Rey! Kalau gue jantungan gimana? Mau lo bayarin konsul dokternya?" rengek Clara dengan sangat lebay, kataku."Sorry gue cuman terlalu semangat aja!' jawab aku cenge
Firman Allah SWT dalam Quran surat Al-A'raf:178 yang berbunyi:"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi (dunia dan akhirat)".Perkara Nadine udah selesai, nggak cuman sahabatku yang punya konten horor itu aja, ternyata Clara juga memutuskan untuk ikut memperbaiki dirinya bersama kita, di pesantren.Horeee!!Clara sampai membeli 1 unit rumah yang dekat dengan tempat tinggalku supaya memudahkan mereka berdua untuk menuntut ilmu. Memang sahabat aku itu gak kaleng-kaleng, kalau sudah berurusan dengan sesuatu, mereka pasti bakal bersungguh-sungguh.Alhamdulillah yang kedua adalah untuk kondisiku sekarang, aku berangsur-angsur membaik dan itu semua berkat doa dan kesabaran Akang beserta keluarga semua yang luar biasa, dalam menjagaku.Karena ini operasi besar pertamaku, aku gak punya pengalaman dalam hal penyembuhan, aku gak tau cara
"Kenapa Ay, kamu kok kaget begitu?"Ada rahasia apa ya di pondok, kenapa sampai mereka gak mau Akang tahu bapak pingsan lalu dilarikan ke klinik."I-ini, ibu ketemu teman lamanya dan gak jadi ke rumah sakit." Lagi-lagi aku terpaksa berbohong sama Akang gara-gara keadaan. Kapan taubatnya diriku?"Oh, ya sudah. Kalau ada halangan jangan dipaksa ke sini. Kan ada saya juga!" sahut Akang, kemudian dia kembali muroja'ah kitabnya.Hampir aja!Apa jangan-jangan, ada hubungannya dengan sakit kepala yang sering dirasa sama bapak akhir-akhir ini?Aku jadi ingat ibu sampai memberikan alarm khusus supaya bapak gak telat minum obat. Pastinya ada alasan kuat dibalik itu. Aku berdoa supaya bapak selalu sehat, dan gak terjadi sesuatu yang serius Amiin.Lagian ibu juga aneh-aneh aja deh, pakek harus merahasiakannya segala.And this day!!!Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga! Aku bahagia banget pas tadi sama dokter dibilangin udah boleh pulang.Para suster yang udah nyabut selang infusan aku
Kita berdua udah ada di dalam mobil dan lagi menuju kembali ke pondok pesantren, tapi kayaknya pas di persimpangan tadi, Akang tidak belok ke arah kanan, melainkan terus lurus dan kupikir kita menuju jalan tol."Loh, kita mau ke mana ini?" Aku memperhatikan skema peta di dashboard dan di sana tertulis menuju kota Sumedang."Kita mau jalan-jalan dulu ya, saya mau ajak kamu ke suatu tempat yang sangat spesial," ujarnya singkat.Hah, ke suatu tempat? Mau ke mana ini? Apa jangan-jangan dia langsung pergi ngisi ceramah."Mau ke mana sih? Kasih tau aja clue nya apa." Aku maksa pokoknya."Ada deh, rahasia. Pokoknya ikut aja. Jangan banyak nanya, nanti saya marah Ay!" tukasnya nyengir kuda.Memang sih, sudah selayaknya kalau seorang istri itu nurut dan percaya sama suami, ke mana pun dia bawa kamu pergi. Karena suamiku sudah berhak penuh atas diriku.Tapi ya, namanya rasa penasaran itu manusiawi banget kan? Aku mulai perhatikan sekitar jalan melalui kaca mobil, dan kita masuk di tol Padalaran
Akang membantu aku turun dari mobil dan kita berdua jalan ke tempat tujuan suamiku itu."Oh, itu bangunan panti asuhan nya kali ya?" gumamku dalam hati, sambil dituntun berjalan ke arah sana.Dari yang aku lihat, bangunan di depanku itu bukan bangunan tua, catnya pun masih bersih, pintu dan segala macam furniture nya juga masih kokoh.Tapi, kenapa buat masuk ke sini, butuh perjalanan yang sangat jauh dulu?Apa gak bisa gitu, ditaruh di sisi jalan raya aja. Menakutkan kalau malam-malam ke sini, sendirian."Teman-teman, Bang Husein datang!" seru salah satu anak kecil yang mengejar bola dan kebetulan menggelinding ke arah kita berdua. Dia begitu terkejut melihat sosok Husein berdiri menahan bola itu.Setelah teriakan dari anak tadi, sontak anak-anak di sana bak sarang semut yang lagi dibasmi, mereka berlarian dari dalam bangunan itu, menghampiri Akang dengan semangat.Aku sampai tersentak dan hampir terjatuh, karena mereka berdesakan pengen bisa memeluk tubuh Akang."Lama gak jumpa Bang,
Saat Akang lagi khusyuk bermain futsal bersama anak panti yang laki-laki, aku bersama dua ibu pengurus panti sedang mengobrol sambil menikmati teh hangat yang mereka buat sendiri, dicampur dengan daun mint yang segar.Aku belum mendengar apa-apa dari mereka, karena masih melayani anak-anak yang bergantian minta dibuatkan pesawat-pesawatan dari kertas origami padaku.Tapi, aku cuma punya satu kesimpulan, mereka pasti orang-orang baik."Bagaimana, seru ya tinggal di sini? Banyak anak-anak yang beragam seki tingkahnya, di sini gak pernah sepi Neng," papar ibu yang paling tua itu, yang aku tahu namanya bu Ratih.Beliau, kemungkinan pendiri dan perintis panti asuhan pedalaman ini."Maaf ya Bu, kalau saya lancang. Tapi saya bener-bener sangat penasaran sekali bagaimana bisa Akang Husein mengenal tempat ini, dan kenapa katanya tempat ini spesial baginya. Mungkin ibu tahu sesuatu." Aku memperhatikan raut wajah mereka secara bergantian, berharap ada yang mau menjelaskannya padaku.Ibu Ratna t