Akhirnya, aku excited banget menyambut truk yang lagi menurunkan mobil baru untukku itu.Setelah ini, aku musti manjain atau lebih nurut sama suamiku, karena dia yang udah memberikan segalanya untuk aku. Bagi warga biasa seperti kita, dan pekerjaannya tidak tetap membelikan istrinya sebuah mobil itu udah luar biasa banget loh!Aku sampai mencubit sedikit kulitku, untuk mengetes bahwa aku tidak lagi mimpi."Uma, itu mobil Zulfikar kan?""Bukan, itu mobil Zula yaa!!" Mereka gemes banget sih, saling mengklaim bahwa mobil itu miliknya. Padahal tubuhnya aja baru seukuran ban mobilnya.. Aku menunduk untuk mensejajarkan tinggi tubuhnya. "Iya anak Uma, itu mobil untuk kalian berdua. Nanti kita jalan-jalan ya!""Horeee!" Berteriak sambil loncat-loncat adalah gaya khas mereka kalau lagi kegirangan."Terima kasih ya suamiku, hadiah ini sebetulnya berlebihan sih. Tapi aku terima dengan lapang dada," ungkap aku sambil memeluk tubuhnya yang lagi berdiri memperhatikan truk itu menurunkan mobiln
Berhubung sampai selesai mandi mereka gak kunjung bangun, terpaksa lah kita angkut saja dan kita biarkan dia tidur di mobil dengan kids chair supaya mereka nyaman.Kalau diminta untuk bangun, eh malah gak bangun. Tapi kalau kita berharap mereka tidur lebih lama supaya kita bisa istirahat, tahunya malah bangun paling awal. Itu namanya bocil, gemes!"Kasian anak-anak sampai harus ditidurkan di mobil hehe," kata aku dalam perjalanan menuju alun-alun pagi ini."Kalau kasian, entar kita gak jadi berangkat aja deh!" Aku mendelik tajam dengan ocehannya itu, "eh jangan dong. Akang gak tahu aku kena insomnia dadakan, gara-gara mikirin hari ini jadi berangkat atau enggak!""Kenapa kok kamu sebegitu cemasnya kalau gak jadi berangkat? Manusia hanya bisa berencana, tetapi Allah yang mengatur semuanya."Lama aku gak mendengar ceramahnya, serasa masih pengantin baru yang masih sama-sama egois dan cari pembenaran atas tingkahnya.Mungkin dia merasa aku jauh lebih baik dari awal-awal menikah, jadi ak
Ya Allah, kali ini apa lagi?Apakah memang keberangkatan aku ke negara itu gak pernah diridhoi oleh Engkau, ya Allah?Kenapa harus membuat Zulaikha menghilang pagi ini? Aku mulai merasa kenapa dunia gak adil untukku."Zulaikha, kamu di mana nak? Ini Umaa?"Aku terus berteriak memanggil namanya yang gak kunjung ada sahutan itu."Zulaikha?? Ini Abi nak, kamu di mana?" Kita berpencar satu-satu untuk mencarinya, sedangkan akau menggendong Zulfikar.Retno tadi berkata bahwa Zulaikha haus dan minta minum, jadi dia pergi ke kios sebentar untuk membeli air. Padahal lokasi anak kecil itu gak jauh dari dirinya, tapi dalam sekejap mata Zulaikha sudah tidak terlihat lagi."Nak, coba bilang sama Uma, tadi Zula pergi ke arah mana?"Zulfikar pun selalu menggeleng, karena dia juga sejak tadi fokus pada balon karakter Spiderman kesukaannya.Ya Allah, aku mau mati aja rasanya! "Ketemu, Kang?" Aku bertanya pada suamiku yang menyusuri semak-semak di belakang tugu alun-alun."Tidak ada Ay, saya lapor po
Supaya gak sedih banget, aku cuma minta dianterin sama Ayah aja sampai bandara dan anak-anak gak perlu ikut. Soalnya, kalau mereka ngekor sampai bandara, kemungkinan besar mereka merengek ikut, atau aku yang gak tega pergi.Bagaimanapun mereka adalah bocil-bocil berwajah polos yang pengen aku bawa ke manapun perjalanan aku. Jadi, Akang mengambil jalan tengah itu.Meski di luar kelihatan tegar, tapi nyatanya hati Akang begitu kecil dan rindu mereka. Dia lah yang sepanjang jalan, bercerita tentang kelucuan Zulfi dan Zula yang suka bermain dengannya."Rey, kayaknya suamimu yang paling kangen nanti sama anak-anaknya," celoteh Ayah, yang sedang memarkirkan mobilnya di area parkir bandara. Sengaja aku gak turun di area drop out supaya bisa memiliki waktu lebih banyak dengan Ayah."Iya tuh, maka tadi di rumah Akang yang berusaha menguatkan aku, eh sepertinya dia yang gak kuat."Orang yang lagi kami gosipkan sudah turun duluan mengambil troli dan menghampiri di mana mobil ini berada.Kalau ba
"Kok tegang gitu wajahnya? Semangat dong, kan mau ke tempat yang kamu suka?""Iya sih, cuma aku takut aja ada halangan lain lagi, dan pada akhirnya kita gak jadi ke sana," jawab aku yang memang pada dasarnya itulah ketakutan aku sejak kemarin-kemarin."Gak boleh begitu, kamu ingat prinsip bertawakal tidak?""Pasrah?""Hmm lebih tepatnya, bertawakal atau berpasrah diri kepada Allah harus disertai dengan hati yang ikhlas. Tanamkan dalam diri bahwa setiap rencana yang Allah takdirkan adalah yang terbaik untuk hidup kita. Makanya, sikap pasrah kepada Allah juga dapat memperkuat iman seseorang. Paham Ay?""Iya ya, harusnya aku seperti itu ya!""Sudah hafal berapa ayat? An-Naba?" Ya Allah, aku langsung diskak mati oleh pertanyaan itu. Baru hafal satu ayat doang."Katanya habis pulang dari Korea?""Iya sih, tapi yah saya berharap setidaknya kamu menghafal seayat demi seayat jadi nantinya tidak terlalu banyak."Iya itu kan harapan kamu sayang, harapan aku lain dong! Aku berharap semoga turun,
Mimpi gak sih? Tapi aku cubit kulitku berkali-kali, masih terasa sakit kok! Yaps, artinya aku gak lagi mimpi.Akang menempati janjinya untuk membawa aku liburan di tempat yang sudah lama aku impikan.Aku pun semakin yakin setelah melihat tulisan Welcome to Gangnam City, di dalam taksi yang sebentar lagi akan menurunkan kita di hotel tujuan. Kata suamiku, dia sudah memboking hotel ini satu minggu sebelumnya, mengantisipasi supaya tidak diambil oleh orang lain."Masih merasa ini mimpi?" ucap dia membuyarkan pikiranku."Ih jangan digoda terus dong, aku jadi malu.""Sini, sender aja sama saya." Akang menarik tubuhku dan membiarkan bahunya menjadi sandaran. Gini kalau liburan berdua dengan pacar yang halal, bawaannya lengket terus.Setelah sampai di hotel, Akang mendatangi resepsionis dan memberikan kode boking yang dia punya.Barulah salah satu petugas mendatangi dan mengajak kami ke ruangan yang sudah dipesan.Tapi, begitu kami keluar dari lift, dan berjalan di koridor hotel, petugas tad
Wwoooaahh, pantai Korea Selatan memang indah banget! Kita sudah mengarungi perjalanan darat menggunakan bus, kurang lebih satu jam untuk sampai di Hamdeok Beach yang terkenal ini!Hari pertama di sini, Akang memang sudah berencana untuk membawa kita liburan ke pantai.Dia berkata, "lakukan apapun yang kamu mau. Liburan ini, adalah milik kamu Ay!" Mendengar itu, membuat hatiku sangat berdebar.Di pantai, layaknya pasangan muda mudi, kita saling melempar dan mencipratkan air laut, berlarian seperti dua anak kecil yang tidak tahu pahitnya kehidupan di dunia.Dia bahkan membuatkan aku istana pasir yang tinggi saat kita berinisiatif untuk bermain pasir. Dia menulis kata "ana uhibbuka fillahi, Reynata" dengan tulisan arab di atas pasir lalu memfotonya. Ah, kita juga mencoba bermain permainan banana boat yang memang disediakan oleh pihak pantai. Aku berpegangan erat padanya di saat suamiku mulai menginjak pedal gas perahu karet itu.Hari yang tidak akan pernah terulang lagi, hari di mana aku
Rekaman itu dengan santainya aku putar, dan gak tahu bahwa isinya adalah aib lima tahun yang lalu.*Gue pergi duluan, ya! Gue gak kuat hadapin kenyataan tentang perjodohan yang dilakukan ayah. Gue gak bisa merelakan mimpi gue! *Titip pesan buat bokap gue itu, supaya menyesali perbuatannya di samping mayat gue.*Sumpah, rasa malu yang aku rasakan saat ini, gak bisa diuraikan dengan bahasa apapun. Aku lebih suka mengebor lantai, terus mengubur diri, daripada Akang harus melihat wajah kepiting rebus ini!"Gak lucu ah!" "Kenapa? Saya suka kok dengarnya, kamu hari itu jujur banget dan apa adanya."Iya kamu sih suka, aku yang malu tapinya, wahai suamiku. "Hapus ah, nanti Rey kasih rekaman yang lebih bagus aja.""Gak mau!!! Gak ada yang lebih bagus dari ini!" kata dia mengambil lagu ponselnya, dan tersenyum jahil padaku. Duh, ustadz! belajar dari mana sih pintar banget menggoda istrinya? Aku aja sampai kalah loh!Aku hanya memberinya ekpresi merenggut menahan tawa, yang sebetulnya aku se