Share

NODA DI MALAM PERTAMA
NODA DI MALAM PERTAMA
Penulis: Clovy

BAB 01 - DARAH?

"Ini noda apa, Kang?" tanya Rissa, menunjuk seprai putih yang membalut kasur berukuran king size. Namanya juga ranjang pengantin pastinya selalu baru masih disegel, luas pula. Di sana terdapat bercak berwarna merah. Pekatnya seperti darah, tapi mana mungkin? 

"Noda? Maksud kamu, Neng?" tanyanya sambil menggosok rambutnya yang masih basah. Dia mandi di tengah malam begini, padahal tadi sore setelah selesai acara sudah membersihkan tubuhnya yang lengket karena menjadi Raja seharian. 

Karena ingin tahu Rissa mencolek noda itu, ternyata warnanya berpindah ke jari telunjuknya. Jika kembali ditilik dengan saksama, baunya juga anyir menguar sampai ke indra penciuman, dia membenarkan noda di seprainya memang darah yang masih segar. 

Terlalu sibuk kesana-kemari membuat Rissa tidak bisa menilik barang-barangnya dalam keadaan utuh. Bahkan selesai acara pun dia lebih dulu menemui ibu tirinya yang terus memanggil mengajaknya berbincang mengenai pembiayaan. Ada sebagian uangnya terpakai, padahal seingatnya dia memberikan uang lebih padanya, bahkan asumsinya sisanya lumayan. 

"Ini beneran darah, Kang. Darah apa ya?" tanya Rissa, tatapannya mengarah pada pria yang hari ini telah sah menjadi suaminya. "Luka kamu bukan?" 

Rissa menilik tubuh suaminya barangkali ada luka sayatan yang masih baru, tapi sepertinya tidak ada. Wanita itu juga tidak memiliki luka, apalagi dia baru masuk ke dalam kamar. Ruangan kamarnya memang miliknya, tapi seingatnya dia baru melihat noda bercak merah itu. 

Kang Alvin menggelengkan kepalanya pelan seolah memberikan isyarat jika dia tidak tahu apa-apa. 

"Masa sih itu darah, Sayang?" ucapnya. "Kamu lagi menstruasi kali ya?"

"Enggak, Kang."

Dalam batinnya Rissa terus bertanya-tanya, mengapa ada noda darah mengotori seprainya padahal malam pertama mereka belum melakukan apa pun. Wanita itu terus memandangi suaminya yang tengah menyisir rambut basahnya dengan jemari tangannya, selama berjam-jam dia memang meninggalkan suaminya membiarkannya di dalam kamar. Apa yang telah diperbuat Kang Alvin, batinnya menggumam. 

Tidak ingin memikirkan banyak hal Rissa menarik seprainya untuk menggantinya. Dia mencoba menghilangkan prasangka buruk mengenai suaminya. Lagipula mana pun Kang Alvin mencoba berbuat sesuatu, wanita berambut ikal itu menggelengkan kepalanya pelan pelan. 

"Kok seprainya diganti, Sayang?" tanya Kang Alvin, memelukku dari belakang. Aku terkekeh karena dia sudah membuatku geli saja. 

"Mungkin ini darah hewan, takutnya nanti kamu malah enggak nyaman." Wanita itu mengelus halus kedua pipi suaminya dengan sangat lembut. 

Tidak lama terdengar suara ketukan pintu, Rissa mengernyitkan dahinya, siapa yang datang malam-malam begini? Emangnya enggak tahu apa pengantin baru lagi senang berduaan? 

Rissa membuka pintu kamarnya, memastikan siapa yang datang. Begitu pintu tersebut dibuka, wanita itu dikejutkan dengan kedatangan Bi Ratih yang tengah mematung di ambang pintu. Dia melirik ke arah jam dinding yang menggantung di sebelah kanan, pukul 24.00. Ada apa Bi Ratih jam segini belum tidur?"

"Ada apa, Bi?" tanya Rissa, menilik pembantunya dari ujung kepala sampai kedua kakinya. 

"Tuan Alvin ada?" tanyanya, kedua matanya menyisir ke sekitar ruangan. 

"Ada. Kenapa, Bi?" Rissa mengerutkan dahinya tidak mengerti. Untuk apa Bi Ratih mencari suaminya tengah malam seperti ini?

"Eh iya, ada apa, Bi?" tanya Alvin yang tiba-tiba datang, muncul di belakang Rissa. 

Jemari Bi Ratih melambai di bawah seolah memberikan isyarat pada Alvin. Rissa terus memperhatikan gerak-gerik pembantunya yang menurutnya mencurigakan. 

"Oh iya, Sayang aku mau bicara dulu sama Bi Ratih ya." Pria itu mengelus lembut puncak kepala istrinya pelan. Lalu, dia menutup pintu kamarnya meninggalkan istrinya yang tidak mengerti dengan suaminya. Bicara dengan Bi Ratih? Ada apa? 

Rissa memainkan jemarinya, sesekali dia menggigit ujung jari telunjuknya memikirkan hubungan apa sebenarnya antara suaminya dengan Bi Ratih. Dia menggelengkan kepalanya pelan, mencoba untuk menghilangkan prasangka buruk mengenai suaminya. 

Wanita itu mencoba mengendap barangkali dia bisa mendengarkan pembicaraan mereka. Kedua matanya menyisir sekitar, tapi keberadaan keduanya tidak ditemukan. Hingga netranya tertuju ke arah halaman belakang rumahnya, dan benar saja suaminya ada di sana. 

"Seprainya sudah diganti?" tanyanya. 

Apa? Seprai? Ucapan Bi Ratih membuat Rissa bertanya-tanya. Kenapa pembantunya menanyakan mengenai hal itu? Apa dia tahu jika seprai yang sempat dikenakannya bernoda, darah? Kenapa dia bisa tahu? Memangnya, darah siapa?

"Rissa yang menggantinya. Kamu teledor sih. Aku kira saat mandi, kamu menyembunyikan seprai itu."

Rissa terperangah, menutup mulutnya dengan telapak tangan. Kenapa suaminya pun mengetahui mengenai seprai itu? Apa maksudnya yang dikatakan mereka? Ada apa dengan seprai bernoda itu? Pertanyaan yang paling serius, darah siapa dan karena apa? 

"Apa istrimu curiga?" tanya Bi Ratih serius. 

Kang Alvin menggelengkan kepalanya pelan. "Semoga saja dia tidak lagi menanyakannya."

Tidak sengaja Rissa menginjak sesuatu hingga menimbulkan suara yang membuat mereka mencari sumber suara. Kang Alvin menoleh ke arah belakang, dan mendapati istrinya yang tengah berdiri mematung. Jaraknya tidak terlalu jauh, Kang Alvin menelan salivanya dengan susah payah. Dikira istrinya tidak mengikuti kepergiannya dengan janda beranak satu itu. Ya, Bi Ratih pernah menikah, tapi pada pernikahannya berakhir begitu saja saat dia melahirkan. 

"Rissa?" panggil Kang Alvin pelan. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status