"Iya, Sayang. Apa saja untuk kamu," jawab Mas Rahman yang kembali membuat suasana hatiku cerah."Kalau wanita itu ngelarang gimana?" tanyaku lagi."Ya dia nggak bisa larang lah. Si Mia kan juga anakku. Anak kami banyak, jadi kalau kita ambil satu saja. Kayaknya tidak ada masalah," jawab Mas Rahman lagi yang semakin membuatku senang."Makasi, Mas. Kamu memang pengertian," pujiku yang dibalas senyuman Mas Rahman. Aini, kamu akan semakin terluka karena kehilangan anak. Aku ambil satu persatu kebahagiaan milikmu.**Setelah mengantarkan Mas Rahman ke kantor tempat dia bekerja. Aku langsung menancap gas ke butik. Katanya di daerah ini ada butik yang sedang grand opening. Jadi diadakan diskon sampai lima puluh persen. Aku harus ke sana, siapa tau aku bisa beruntung mendapatkan baju dengan kualitas bagus.Sambil bersenandung ria, aku memacu mobilku dengan kecepatan sedang. Rasanya aku belum hidup tenang jika belum membalaskan dendamku pada mereka semua.Akhirnya setelah melakukan perjalanan
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 23POV Ali"Gimana lukamu?" tanya Om Handoko saat kami sedang duduk di dalam ruangan Pak David. Om Handoko menelpon dan menyuruhku untuk menemuinya di ruangan Pak David. Karena memang ini hanya kantor cabang. Aku yang sedang mengerjakan beberapa laporan, diminta untuk segera ke ruangan Pak David."Alhamdulillah, sudah jauh lebih baik, Pak," jawabku sambil sedikit tersenyum. Aku memang memanggil Om Handoko dengan panggilan Pak jika di kantor. Aku tidak ingin semua orang tau jika aku tinggal serumah dengannya."Bagus. Kamu memang harus cepat sembuh, karena banyak sekali pekerjaan yang sedang menanti," balas Om Handoko lagi. Aku hanya membalasnya dengan senyuman."Jadi Om sengaja manggil kamu ke sini biar Pak David tau yang mana kamu," sambung Om Handoko yang membuatku mengernyit heran."Iya, Ali. Ternyata Pak Handoko tidak salah pilih, dia tau mana karyawan mana yang punya kualitas bagus," timpal Pak David yang membuatku semakin penasaran. Karena aku tid
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 24POV Aini"Mau apa kalian ke sini?" Terdengar suara teriakan Salma dari luar. Aku yang sedang menidurkan Anto segera bangkit dari tempat tidur. Setelah memastikan Anto terlelap dalam tidurnya, aku segera keluar dari kamar.Kamar kami memang berada di lantai dua, karena lantai pertama sudah penuh dengan baju dan gudang tempat penyimpanan kain dan manekin."Ibu, Abang …." Teriakan Salma kembali terdengar. Aku segera lari dan turun ke bawah untuk melihat apa yang terjadi. Rasanya dadaku sangat sesak karena berlari dan menuruni tangga dengan cepat."Pergi! Pergi dari sini!" "Ada apa, Sayang?" Suaraku tercekat saat melihat siapa yang datang dan yang membuat Salma marah-marah."Ibu, tolong usir mereka, Bu. Jangan biarkan mereka masuk dan kembali mengusik hidup kita," ucap Salma sambil menangis. Aku segera memeluknya, dan berusaha menenangkannya yang masih terisak.Mas Rahman dan wanita itu berdiri di depan kami dengan senyum mengejek. Jujur saja, luka ini
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 25POV AliAku memacu motorku dengan kecepatan tinggi. Tidak lagi aku pedulikan keselamatan diri. Yang ada dipikiranku saat ini hanyalah Mia dan Ibu. Kenapa Ayah dan wanita itu sangat ingin membuat keluargaku hancur dan sedih. Apa sebenarnya motif dibalik semua ini. Apakah ini maksud perkataan Ayah tadi di kantor. Dia mengatakan akan mengurangi beban ku.Itu artinya dia mengambil Mia untuk membuatku dan Ibu menjadi semakin terluka dan tersiksa. Tidak terasa air mataku luruh, entah sudah berapa kali aku harus menangis sendiri seperti ini. Aku harus menahan semua penderitaan yang penyebabnya adalah Ayahku sendiri. Aku tidak mengenalnya lagi, Ayah sudah sangat berubah.Tidak pernah terbayangkan sebelumnya jika keluarga kami akan seperti ini. Ayah memang bukan Ayah yang terbaik selama ini. Tapi dia juga tidak pernah menjadi Ayah terburuk seperti sekarang.Setelah menempuh perjalanan dari rumah Om Handoko ke toko. Aku segera memarkirkan motor di depan, aku
"Aku sudah siap, Bang. Ayo," seru Salma yang kembali lagi dengan jaket dan celana panjang. Kami semua tercengang melihatnya yang turun dan berjalan santai ke luar rumah."Eh, mau kemana kamu. Siapa yang ajak?" tanyaku menarik ujung jilbabnya."Aduh, Bang. Kalau kita bertengkar, kelamaan. Mia keburu dikunci di rumah Mak lampir itu. Ayo," seru Salma santai. Dia melangkah keluar dan langsung duduk di atas motor yang masih terparkir. Aku melihat ke arah Ibu, dia hanya mengangguk dan tersenyum.Aku mendesah panjang melihat kelakuan Salma. Perempuan keras kepala yang membuatku susah untuk menolak semua permintaannya. Aku segera naik ke atas motor dan memakaikan helm pada Salma. Biarlah dia saja yang memakainya."Ayo cepat, Bang. Aku sudah tidak sabar memberikan pelajaran pada Mak Lampir itu," seru Salma saat motor kami sudah di jalanan. Aku tersenyum mendengar ocehan Salma yang sangat antusias untuk bertemu lagi dengan Ayah dan istri barunya.Aku kembali memacu motor dengan kecepatan tinggi
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 26POV Ali"Haha. Gitu dong, tau diri kalau di usir!" ejek wanita itu lagi.Saat sudah agak jauh, Salma kembali membalikkan badannya. Dia menyeringai, aku tidak bisa menebak apa rencana Salma. Tiba-tiba dia berlari kencang dan melompat ke arah wanita itu. Kami semua terkejut melihat Salma yang menjambak rambut wanita itu sambil memakinya. Aku tersenyum melihat tingkah Salma, dengan cepat aku memegang Ayah agar tidak bisa membela wanitanya itu. Ayah, kami datang untuk membalas luka yang sudah kalian torehkan di hati Ibu."Ini karena Anda sudah menyakiti Ibu saya. Dasar Mak lampir. Rasakan ini," teriak Salma seperti orang kerasukan."Mas, tolong aku, Mas," teriak wanita itu kesakitan."Lepaskan, Ali. Tante Maya bisa mati di tangan Salma. Kalian akan masuk penjara," bentak Ayah memberontak karena tangannya aku pegang."Tidak apa, Ayah. Kami akan lebih senang di penjara daripada melihat kalian hidup," jawabku menyeringai lebar. Padahal nyatanya, aku juga
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 27POV Ali"Assalamualaikum, Ibu." Setelah menempuh perjalan sekitar satu jam, akhirnya aku dan Salma sampai di rumah. Kami berhasil membujuk Mia agar mau pulang bersama kami. Sebenarnya perjalanan dari rumah Ayah ke sini hanya membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit. Hanya saja karena Mia berontak dan terus menangis. Salma kualahan menghadapi Mia yang melawan terus."Walaikumsalam," jawab Ibu dari dalam. Pintu terbuka dan menampakkan Ibu dengan wajah sembab dan juga mata merah. Aku tau Ibu menangis dari tadi."Ya Allah, Mia," ucap Ibu yang langsung meraih Mia dari gendonganku. Ibu mencium Mia berkali-kali. Kembali air mata Ibu jatuh. Aku terenyuh melihat betapa takutnya Ibu kehilangan anak-anaknya."Ibu, Mia mau tidul sama Ayah. Mia mau ke tempat Ayah," rengek Mia saat kami sudah duduk di ruang belakang. Ruang yang dijadikan tempat menerima tamu oleh Ibu."Kalau Mia tidur sama Ayah. Terus Ibu tidur sama siapa, Nak?" tanya Ibu dengan suara bergetar.
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 28POV Rahman"Aku benar-benar nggak habis pikir sama kamu, Mas. Bisa-bisanya kamu kalah dengan anak sendiri," gerutu Maya yang kesal karena aku tidak bisa mempertahankan Mia di sini. Dia dari tadi terus mondar-mandir tidak tentu arah. Aku sampai pusing melihatnya marah-marah."Ya mau gimana lagi, Sayang. Ali terlalu kuat kalau jadi lawanku," jawabku membela diri. Aku tidak suka dari tadi Maya terus saja menyalahkan aku."Karena kamu lemah, Mas. Lemah! Nggak bisa diandalkan tau nggak?" bentak Maya sambil menatapku tajam."Aku sudah tua, Maya. Tenagaku pasti kalah dengan Ali yang jago beladiri. Kamu tau itu," belaku lagi sambil sedikit menunduk. Jujur sebenarnya aku sangat kesal karena Maya terus saja merendahkan aku begini. Dia selalu saja memaki dan menghinaku jika ada keinginannya yang tidak kesampaian. Berbeda sekali dengan Aini yang lembut dan penurut. Untung saja dia kaya dan bisa mencukupi semua kebutuhanku. Jika tidak, mana mungkin aku masih mau