Share

Surat Om Bari

Sudah malam, tapi mataku masih tak mau dipejamkan. Suasana rumah begitu sunyi, hanya terdengar suara jangkrik, yang saling sahut bersahutan. Kulihat jam di dinding kamarku, sudah jam sembilan malam.

Aku bangkit, mungkin diluar akan membuatku sedikit rileks. Ya aku sangat gelisah. Tak bisa tidur memikirkan semua yang terjadi. Belum ada kepastian, siapa sebenarnya anak Pak Danu. Kalau bukan Satria, kenapa Bapak diam saja, saat aku menduga kalau Satria lah anak Pak Danu?

Kubenahi selimut Arsen sebelum aku keluar dari kamar. Kuambil gawaiku dari atas nakas. Aku belum cek ulang lagi statusku yang share foto-foto tulisan tangan Bunda di diarynya. Tadi saat baru pulang, aku sudah cek tapi belum ada komentar yang bisa jadi petunjuk. Sebagian besar komentarasuk adalah mendoakan semoga aku cepat bertemu Bunda. Dan aku aminkan, bukan hanya lewat ketikan ibu jariku. Tapi juga hatiku.

Sambil keluar dari kamar, aku melihat gawaiku. Langkah kakiku menuju ke teras rumah. "Aduh!" Karena tak melihat j
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status