Share

Sampai di Kalimantan

"Um … Abang sedang repot hari ini," ucapnya, terkesan enggan memenuhi janjinya padaku untuk menemui R Wulandari.

"Ya udah. Hari Minggu ya. Deal," kataku langsung, tepat saat makanan yang kami pesan datang.

Aku tak mau lagi menunda-nunda. Aku ingin memastikan, apakah R Wulandari adalah bundaku?

Laki-laki berkacamata di hadapanku kelihatan sekali bingung. Raut wajahnya tak bisa bohong. Kenapa sih, dia harus keberatan kasih tau rumah Bunda?

"Ok, kita makan dulu. Nanti lagi ngobrolnya," kata Bapak. Makanan yang kami pesan sudah datang, diantar oleh dua orang waiters.

"Iya nih, aku udah laper," kataku. Kuabaikan ekspresi Bang Dion yang mendadak jadi diam. Maaf Bang, tapi aku harus secepatnya ketemu R Wulandari.

Kami makan dengan khidmat. Bang Dion yang biasa selalu menghidupkan suasana, kini diam saja. Bahkan tampak tak berselera, tapi terpaksa juga dia menghabiskan makanannya.

Aku dan Bapak berulang kali saling melirik. Mungkin Bapak juga menyadari perubahan Bang Dion. Ada apa seben
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status