Share

27. Kalau Aku Jadi Kamu

“Bang, Vania mau ikut!” Suara teriakannya yang sedikit parau masih terdengar jelas. Aku tak menoleh, terus mantap melangkah maju menuju mobil. Alih-alih merasa senang, aku malah was-was dengan perubahan sikapnya itu.

“Vania kenapa, kok nangis-nangis gitu?” tanya Kak Fitri ketika aku sudah duduk di bangku depan, di samping Bang Tamrin. Kak Fitri duduk di bangku belakang, memangku kepala Adelia. Keponakanku itu tampak tertidur pulas.

“Gak tau, Kak. Tiba-tiba pengen ikut Dani pulang katanya. Sampe peluk-peluk segala. Dani jadi sedikit risih,” jawabku sambil memasang seat belt.

“Terus, keputusanmu gimana?” Kak Fitri tak henti bertanya. Aku memandang keluar jendela. Kendaraan yang lalu lalang tampak berebutan ingin saling mendahului.

“Dani minta waktu dua hari, Kak.” Terdengar helaan napas lega Kak Fitri. Sementara Bang Tamrin hanya diam, pandangannya fokus ke jalanan yang sedikit ramai.

“Apa yang akan kamu lakukan, Dan?”

“Dani ingin memastikan sesuatu dulu, Kak. Semoga ada titik terangn
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status