Setelah kembali dari rumah orang tuanya, Ronan meminta Kim untuk berbalik arah dan menyinggahi tempat tinggal tunangannya. Ronan berpikir bahwa gadis itu pasti sedang berada di rumah karena jadwal kerjanya di pagi hari.Ronan merasa tidak sabar menunggu besok untuk memberitahukan bahwa tak ada masalah pada orang tuanya tentang jadwal pernikahan. Pria itu merasa tidak sabar melihat ekspresi terkejut pada Olivia yang membuatnya tampak begitu lucu di hadapan Ronan.Ya. Melihat Olivia merasa kesal menjadi hiburan tersendiri bagi Ronan. Namun kenyataannya, gadis itu malah berharap pernikahan itu batal dan membawa-bawa Cleo dalam masalah mereka.Ronan sempat berpikir, bahwa bisa saja, baik Cleo ataupun Olivia saling memanfaatkan untuk membuatnya membatalkan pernikahan itu.'Mereka tidak boleh bertemu lagi.'"Suruh orang mengawasi gadis itu! Laporkan padaku siapa saja orang yang bersamanya!""Baik, Pak!" Kim tak berani banyak bertanya.Olivia terduduk lemas di tepi dinding. Tiba-tiba saja ai
Silvia tersentak mendengar ucapan dari Cleo. Lututnya bergetar, gontai hingga hampir jatuh dan berlutut. Matanya menatap Cleo dengan penuh ketakutan.'Wanita itu, bagaimana dia bisa tahu tentang aku?'Melihat wajah ketakutan Silvia, Cleo semakin tergelak. Dia beranjak dari atas ranjang, kemudian berjalan mendekati gadis yang wajahnya sudah pucat pasi."Kau sudah ketahuan, Silvia. Kau ingin memanfaatkanku agar Ronan membatalkan pernikahannya, bukan? Sayang sekali karena kau melakukan itu bukan demi aku, tapi demi dirimu sendiri. Dasar gadis licik!" Cleo tersenyum sinis."Tidak. Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan, Cleo." Silvia masih berusaha mengelak. "Bagaimana mungkin aku jatuh cinta pada kakakku sendiri."Cleo tertawa semakin keras. Menganggap basa-basi Silvia tak lagi berguna di hadapannya."Aku melihat cara kau menatap pria itu, Silvia. Matamu berbinar penuh cinta. Dan kau terluka saat orang yang kau suka begitu membela gadis lain. Apa kau pikir aku bodoh?"Silvia tampak be
Cleo tersenyum getir. Wanita itu teringat saat kejadian di ruang VVIP waktu itu. Silvia yang menatap Ronan dengan penuh cinta. Juga rasa sedihnya saat pria itu membentaknya. Juga sakit hatinya saat Ronan mati-matian membela tunangannya.Cleo merasa kini saingannya bukan hanya Olivia, namun juga gadis licik yang kini tinggal di rumah besar keluarga Ellyas.'Aku tidak akan menyerah. Baik kau atau gadis kampung itu, tak akan bisa mengalahkanku. Ronan akan segera kembali bertekuk lutut padaku.'*Silvia masih terduduk lemas di lantai granit kamar mewahnya, tentu saja setelah Cleo meninggalkannya. Wanita itu berhasil membuat Silvia diam tak bergerak. Usahanya selama ini untuk menyelamatkan Olivia dari pernikahan sedarah, nyatanya hanya sia-sia.Silvia merasa begitu bodoh. Kedua pasangan itu bukanlah kakak beradik. Tidak ada larangan apa pun yang membuat mereka harus membatalkan pernikahan.Silvia menangis sejadi-jadinya. Apa yang diucapkan Cleo benar adanya. Olivia jauh lebih beruntung dal
"Ini aku, Oliv!" Olivia yang tadi sempat meronta karena tak bisa berteriak, akhirnya sedikit tenang begitu melihat siapa yang berada di hadapannya."Apa yang kau lakukan di sini, David? Bagaimana kau bisa masuk?" Olivia menepiskan telapak tangan mantan kekasihnya itu dari mulutnya."Kau lupa kalau aku pernah tinggal di sini? Aku masih menyimpan kunci cadangannya.""Benarkah? Apa kau membuat kunci duplikat itu agar Silvia bebas keluar masuk kamar ini?" sindir gadis itu.Olivia tahu, biasanya pemilik kamar akan meminta kunci dengan jumlah yang sebelumnya diberikan sebelum penghuninya keluar. Namun mustahil pemilik kamar ini diam saja saat tahu kunci kamarnya berkurang saat mengembalikannya.David hanya diam. Tak menampik apa yang Olivia tuduhkan. Karena apa yang gadis itu ucapkan adalah sebuah kebenaran. David tak memungkiri bahwa dia membuat duplikat kunci itu atas permintaan Silvia. Dengan begitu kekasih gelapnya itu bisa datang kapan saja meski David sedang tak berada di sana."Harus
Olivia tak dapat lagi menahan rasa sakit di hatinya. Saat pria yang dia cintai dan gadis yang dia percaya menusuknya dari belakang. Sekuat apa pun dia mencoba untuk tegar, tetap saja dia seorang gadis yang hatinya lemah.Dia tak bisa lagi mengelak, membiarkan David menyaksikan betapa rapuhnya hati gadis malang itu."Maafkan aku, Sayang. Aku__.""Kumohon pergilah, David. Aku tetap memilih pria itu."David tak dapat lagi berkata apa-apa. Sebanyak apa pun dia berusaha, gadis di hadapannya tetap saja keras kepala. Perasaan cinta dan rasa bersalah David tak cukup untuk membuat gadis itu dengan mudah memaafkannya. Lalu menuruti apa pun yang David katakan.David keluar dari kamar Olivia dengan langkah gontai. Tanpa dia ketahui, bahwa gambar dirinya telah diabadikan dalam sebuah video oleh seseorang dari kegelapan.*Hari yang dinantikan semua orang telah tiba. Seluruh kota geger karena mendapat undangan mendadak dari keluarga Ellyas. Hampir seluruh gadis-gadis di kota itu patah hati, karena
Semua orang bertepuk tangan dengan riuh melihat adegan romantis dari pasangan pengantin yang sedang berciuman. Sedang para gadis yang saat itu sedang patah hati masing-masing merutuk dalam hati. Tanpa mengetahui latar belakang Olivia, tentu saja mereka begitu iri dengan wanita yang terbilang sempurna itu.Dengan wajah cantik dan kulit putihnya, Olivia sama sekali tak memperlihatkan tentang kemiskinannya. Padahal gadis yang telah berubah status menjadi seorang istri itu belum sempat melakukan perawatan di klinik kecantikan seperti yang dijanjikan oleh Ronan.Jadwal pernikahan yang dipercepat membuatnya hanya merawat diri seadanya. Dia bahkan tak tahu kenapa dia melakukannya. Olivia merasa sedang melakukan pernikahan sungguhan yang seharusnya dilakukan hanya sekali dalam hidupnya.Ronan melepaskan ciumannya. Membuat mata Olivia perlahan terbuka. Pipinya kini semakin memerah saat melihat senyum seringai Ronan di hadapannya."Kau menikmatinya?" ejek Ronan sambil berbisik.Olivia gelagapan
Hingga tepat pukul sembilan, acara selesai, dan tak ada lagi tamu yang datang.Ronan merogoh saku tuksedonya begitu merasakan getar dari ponselnya. Ronan segera menjawab panggilan, begitu melihat nama siapa yang tertera di layarnya."Kau sudah menyiapkan semuanya?" Ronan bertanya dengan wajah serius.Tak ada lagi raut bahagia atau senyum yang dia tunjukkan kepada para undangan tadi.Pria yang baru saja berubah status menjadi seorang suami itu menutup panggilan setelah memastikan sesuatu.*Olivia tersentak saat tubuhnya bergoyang. Dia terkejut begitu melihat Ronan sedang menatap dirinya yang tengah terbaring di atas ranjang. Sebuah kamar presidental suite yang khusus dipesan sebagai kamar pengantin mereka.Olivia langsung bangkit dan memeriksa pakaiannya kalau-kalau ada yang terbuka. Dia merasa tenang karena pakaian pengantin itu masih sempurna membungkus tubuh mungilnya. Dia bahkan tak mengira bahwa dirinya bisa tertidur. Padahal baru saja dirinya berbaring untuk menghilangkan rasa l
Olivia benar-benar tidak mengerti apa yang suaminya sedang lakukan. Di hadapannya, David duduk terikat di kursi kayu dengan wajah lebam dan penuh darah. Olivia bahkan hampir tak mengenali mantan kekasihnya itu."David! Kenapa kau bisa berada di sini? Apa yang terjadi padamu?" Olivia histeris melihat keadaan pemuda itu yang sudah tak berdaya.David memandang sendu pada Olivia. Gadis yang baru saja menikah dengan pria mengerikan yang memerintahkan orang untuk menculik dan menghajarnya hingga hampir mati seperti itu."O_Oliv." Suaranya terdengar parau. "Apa yang anda lakukan, Tuan? Tolong lepaskan dia. Dia bisa mati." Olivia bangkit dan memohon pada suaminya.Ronan melangkah pelan mendekati kedua orang itu, lalu menatap Olivia dengan penuh amarah."Kau mengkhawatirkan kekasihmu?" sindirnya dengan nada dingin. Ronan sedang tidak terlihat bermain-main."Apa yang anda katakan? Bukankah kita sudah pernah membahasnya? Aku dan David sudah tak ada hubungan apa pun lagi.""Kau pikir aku percaya