Mau tak mau Olivia harus menuruti keinginan suaminya. Wanita itu sampai di depan bangunan pabrik milik keluarga Ellyas setelah diantar oleh Kim yang kembali menjemputnya sesudah mengantar Ronan ke kantor pusat perusahaan.Seperti instruksi Ronan, Olivia telah sampai lebih dulu hingga saat dia berdiri di depan gerbang, mobil hitam Laura berhenti di tempatnya menunggu."Selamat pagi, Bu." Olivia langsung menyapa ibu mertuanya begitu wanita itu turun dari kendaraannya.Laura menatapnya dengan dingin. Merasa bahwa dia tak memiliki janji untuk bertemu dengan menantunya itu."Apa yang kau lakukan di sini?""Hum... itu... aku...." Olivia tampak gugup. Dia tahu wanita paruh baya itu tak menyukainya. Namun dia bisa merasakan bahwa Laura tak pernah punya niat untuk berbuat jahat padanya."Ronan yang memintamu datang?" Laura seperti bisa membaca raut wajah gadis itu."Aku... ingin meminta maaf atas kejadian kemarin, Bu. Aku... bersikap lancang dengan meninggalkan meja makan begitu saja."Laura
Olivia merasa takjub menatap bangunan besar dan lebar yang baru saja dia masuki. Deru mesin-mesin raksasa membuatnya berdecak kagum dengan produksi massal bahan baku tekstil dengan beraneka macam warna. Kepala Olivia bahkan berputar dan kakinya sampai berjalan mundur demi bisa memperhatikan keadaan sekeliling di pabrik tersebut.Laura tersenyum getir. Namun dia bisa melihat bahwa Olivia tampak peduli dan lebih antusias dibanding Silvia yang hanya bersikap angkuh dengan memamerkan bahwa gadis itu adalah putri pemilik pabrik demi mendapatkan pengakuan dari semua orang.Kemudian Laura menambah sedikit lagi waktu pengawasan agar Olivia bisa melihat-lihat lebih lama bagian produksi sebelum akhirnya memasuki ruangan kantor."Masuklah!" Laura meminta pada Olivia melewati pintu yang baru saja dibukakan oleh Armaya. Tanpa ragu Olivia melewati Laura dan menurut untuk masuk lebih dulu. Namun tiba-tiba Olivia tercengang saat melihat beberapa orang berpakaian rapi sudah duduk seperti menyambut k
"Kau memberitahu suamiku bahwa sepupu-sepupunya mengerjaiku?" Olivia merasa tak percaya."Tentu saja, Oliv. Siapa lagi yang menyelamatkanmu selain aku, hah?" Silvia membanggakan dirinya.Malam itu Silvia sedang melihat-lihat akun sosial media miliknya. Dia yang kini mulai berteman dengan para kaum bangsawan di sosial media melihat rekaman siaran langsung yang dibuat oleh Elsa. Silvia tersenyum jahat menyaksikan adegan itu. Dia begitu menikmati gadis yang dia benci menjadi bulan-bulanan semua orang di dunia maya. Olivia pasti akan merasa malu sekali jika semua kerabat dan sahabat-sahabat keluarga Ellyas sampai mengetahui latar belakang Olivia yang sebenarnya.Dengan begitu Olivia akan mendapatkan penolakan dan intimidasi hingga akhirnya menyerah dan memutuskan untuk meninggalkan Ronan dan keluarganya.Namun tiba-tiba Silvia teringat. Ronan selalu saja punya cara untuk menyelamatkan istrinya. Bahkan menghukum siapa saja yang berani menyentuh Olivia. Silvia kemudian berbalik arah. Cepa
"Kenapa baru sampai selarut ini?" Ronan mencegat Olivia saat wanita itu ingin masuk ke kamarnya.Ronan memerintahkan Kim untuk menjemput istrinya pulang dari bekerja. Namun perjalanan yang seharusnya tidak sampai tiga puluh menit menjadi lebih dari satu jam, hingga Kim terlambat membawa istri majikannya kembali ke rumah sesuai perintah Ronan."Maaf, aku mengantar temanku dulu ke rumahnya." Olivia sedikit merasa sungkan.Setelah insiden Ronan memanggil kata 'sayang' terhadap Olivia malam itu, Olivia terpaksa mengakui semuanya. Dia dan Ronan sudah menikah. Ketiganya terperanjat heran. Seperti tak percaya.Olivia memohon agar mereka merahasiakannya. Mau tak mau mereka menuruti permintaan wanita itu. Lagipula kini mereka sudah tahu bahwa suami Olivia adalah seseorang yang berpengaruh. Tentu saja mereka harus menurut jika tidak ingin berurusan dengan Ronan Ellyas. Mereka bahkan telah menyaksikan sendiri bagaimana cara pria itu menghukum orang-orang yang telah berani mengganggu istrinya.La
Olivia terkejut saat dia dijemput paksa dua orang pria berpakaian preman di tempatnya bekerja. Gadis dengan rambut digulung ke atas ciri khas pelayan restoran itu didorong masuk ke dalam mobil.Di sana telah menunggu seorang pria dengan wajah tak kalah garang. Mobil meluncur tanpa meminta persetujuan Olivia."Siapa kalian? Kemana kalian akan membawaku?" Wajah gadis dengan rambut kecoklatan itu terlihat ketakutan."Kau harus menggantikan Silvia dengan tugasnya." Pria dengan wajah dingin itu terlihat kaku dan geram."Silvia? Ada apa dengannya? Dia berada di rumah sekarang." Olivia masih tak mengerti. "Tugas apa yang kalian maksud?"Pria itu memilih tak menjawab.Olivia semakin panik saat mobil berhenti di depan gedung hotel berbintang lima. Hatinya ketar-ketir memikirkan kalau dirinya sedang diculik dan akan dijual pada pria hidung belang.Dan firasat Olivia benar-benar kuat saat kedua lengannya diapit dua preman tadi untuk menyeretnya ke lantai atas.Ada dua orang lagi yang kini menung
Olivia meringkuk dan menangis di sel. Dia kini berada di kantor polisi. Petugas mendapat perintah untuk mengurungnya saja tanpa menyelesaikan laporan. Menunggu Ronan sadar dan memberikan keputusan apa yang akan dilakukan pada gadis itu.Entah dihukum sesuai undang-undang yang berlaku, atau korban sendiri yang akan melenyapkan nyawanya.Ronan mulai sadar dan mendapati dirinya terbaring di brangkar rumah sakit. Memegangi kepalanya yang berdenyut dan berbalut perban."Pak, anda sudah bangun?" Pria di hotel bergegas membantu atasannya yang ingin bangkit."Berapa lama aku pingsan?" "Satu hari, Pak.""Gadis itu?""Aku mengirimnya ke kantor polisi."Ronan menyipit pada bawahannya."Kim? Kau ingin mencemarkan nama baikku?"Pria yang dipanggil Kim itu langsung menunduk dan merasa bersalah."Maafkan aku, Pak. Aku melakukan kesalahan." Cepat dia mengakui perbuatannya.Tentu gadis itu akan mengoceh jika polisi sampai menginterogasinya. Menceritakan kronologi kejadian, bahwa dia datang ke hotel
Olivia berlari sekuat tenaga. Dia tak boleh tertangkap sebelum mengetahui apa yang terjadi. Olivia tak tahu kenapa Silvia bisa terlibat dengan orang-orang mengerikan seperti itu.Dia hanya bisa berlari. Tak bisa menghentikan sebuah taksi karena tak ada uang yang dia pegang. Ponsel dan dompetnya masih tertinggal di loker tempatnya bekerja. Dalam hati dia berjanji akan kembali dan menemui pria yang terluka dibuatnya untuk meminta maaf. Serta menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Seperti yang dia pikirkan, ini hanya kesalahpahaman. Asal Silvia bisa menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya, semua akan selesai. Dan Olivia akan kembali hidup normal tanpa teror seperti ini.Olivia juga akan meminta maaf pada Ronan, bila mungkin akan memberikan kompensasi meski dengan mencicil. Dengan begitu urusan mereka selesai dan tidak akan bertemu lagi di kemudian hari.Olivia begitu terkejut saat melihat Kim berdiri di seberang jalan. Pria itu masih mengejarnya. Menoleh ke kanan dan ke kiri untuk
Olivia menyandarkan diri di balik pohon untuk waktu yang cukup lama. Hingga beranjak sore, mobil dan orang-orang itu belum beranjak dari tempatnya. Olivia tak tahu sampai kapan mereka berada di sana. Tapi gadis itu tak bisa menunggu lebih lama lagi.Dengan kaki yang masih terasa pegal, Olivia bergerak menuju restoran tempatnya bekerja. Dengan mengendap-endap Olivia menuju pintu belakang, jalan masuk bagi karyawan.Namun lagi-lagi pemandangan yang sama berada di sana. Olivia kembali bersandar di bak sampah besar, merasa kalau laki-laki bernama Ronan benar-benar berusaha menemukannya.Oliva tak jadi masuk untuk mengambil tas yang berisi dompet dan juga ponselnya. Atau mungkin benda-benda pribadinya itu telah berpindah tangan pada pria-pria yang sedang menantikan kehadirannya.Olivia lalu kembali bergerak ke tujuan terakhirnya. Meski merasa sangat lelah, dia tetap harus mencari tahu apa yang terjadi. David akan menemukan jalan untuknya.*"Apa begitu sulit menemukan gadis biasa seperti d