Teresia sudah selesai membersihkan tubuh, dirinya juga sudah selesai berkemas menggunakan pakaian yang menurutnya paling bagus.Siang ini dia akan pergi berbelanja banyak pakaian baru untuk dibawanya berlibur sore nanti. Teresia akan menemui Ayah Romi dan menuntut haknya untuk menghabiskan uang milik orangtua tersebut.Sentuhan terakhir di wajahnya, Teresia memoles lipstik miliknya membuat bibirnya lebih cerah dan berwarna. Setelah dirasa ia sudah lebih cantik dan siap, barulah Teresia berjalan menuju pintu kamar"Astaga hari yang gue pikir gak akan pernah datang sekarang bisa jadi kenyataan!" pekiknya menahan kesenangan.Namun ketika tangannya memegang kenop pintu dan mencoba menariknya, senyum perlahan luntur dari wajahnya.Pintu tersebut tidak bisa terbuka!Teresia kembali menarik dan mendorong pintu tersebut lebih kuat, namun hasilnya tetap sama. Pintu tersebut memang terkunci dari luar."Arga b
Setelah mendapat pelepasannya yang tak meninggalkan perasaan puas di rumah Sony, justru yang Arga rasakan hanya perasaan hampa dan sebuah perasaan salah. Dia lansung bergegas pergi tanpa menghiraukan panggilan Sony yang memintanya tinggal dan tetap bersamanya. Arga pergi ke club favoritnya untuk memesan minum. Ia sedang kalut dengan pikirannya sendiri mengenai seseorang wanita asing yang sangat aneh dan masuk ke dalam hidupnya. Wanita itu Teresia, tidak membuatnya takut, tidak membuatnya mual dan tidak mengingatnya tentang trauma masalalunya jika ia melihat gadis itu. Apakah Teresia adalah wanita pilihan Tuhan yang diberikan untuknya? Arga masih mencoba mendalaminya dan perlahan-lahan akan menerima Teresia. Hanya saja ia sedikit kesal pada gadis itu yang bersikap tidak seperti wanita pendiam melainkan sangat berisik dan menyebalkan. Merasa sudah cukup untuk minum, karena Arga tidak ingin mabuk berat di siang hari. Arga berpikir untuk
"Arga temui Ayah di ruang kerja Ayah sekarang!" Arga baru saja masuk ke dalam rumahnya ketika ia selesai membakar habis seluruh baju Teresia, tak ada perasaan bersalah sama sekali di dalam benaknya setelah melakukan hal tersebut. Kejam? Ya, kini Arga sedang melakukan peran sebagai ibu tiri. Entah kenapa Arga ingin sekali melihat gadis itu marah dengannya dan Arga melakukan hal kekanakan tersebut, namun bukannya marah Teresia justru menangis.Tapi tak berlansung lama karena gadis itu kehilangan kesedihannya dan lansung pergi meninggalkannya. Menyingkirkan sejenak tentang Teresia, Arga kini lebih mempertanyakan tentang apa yang ingin Ayahnya bicarakan dengannya, sampai harus memanggilnya ke ruangan kerjanya. "Kak" Arga menghentikan sejenak langkahnya mendengar suara Revo yang memanggilnya dan menahan ia untuk berjalan. "Ada apa?" "Kamu tidak menemani istrimu?" Arga berdecak pelan mendengar Revo yang terus saja membahas Teresia dengannya. "Aku tidak mau menganggapnya sebagai is
Dua hari setelahnya, Teresia sudah siap dengan koper besarnya berisikan banyak baju yang baru ia beli untuk ia bawa ke Bali, tentunya juga berbagai macam bikini yang baru dibelinya untuk ia coba pakai di pantai nanti.Teresia ingin menggoda bule-bule di Bali, mungkin jika ada dari mereka yang tertarik padanya Teresia bisa meninggalkan Arga dan memilih bersama para bule tersebut. Memikirkan itu membuatnya terkikik geli sendiri hingga Arga yang diam-diam meliriknya berkerut dahi. Tak hanya dengan sikapnya yang aneh, Arga melirik Teresia dengan koper besarnya seolah Teresia ingin pulang kampung dengan waktu yang lama.Padahal ia dan Teresia hanya akan pergi berlibur selama lima hari, meski Ayahnya meminta Arga memperpanjang liburannya, namun Arga tak menginginkan itu."Nikmati liburan kalian ya!" Ayah Romi mengusap kepala Teresia dengan lembut yang diangguki gadis itu dengan senyum cerah di bibirnya."Aku akan membeli banyak oleh-oleh untuk orang rumah"Ayah Romi terkekeh pelan mendenga
Satu kata yang Arga bisa deskripsikan untuk Teresia, Ajaib! Ya gadis itu terus mengeluh pusing dan mual saat berada di pesawat dua jam lalu, namun saat mereka sudah landing dan tiba di Villa yang di pesan Ayah Romi, semua rasa lelah dan sakit yang Teresia derita selama di pesawat hilang begitu saja. Justru Gadis itu nampak terlihat sangat sehat karena bisa berlarian kesana kemari demi bisa mengambil gambar dengan kamera ponselnya. "Villa nya besar! Ayah memang hebat dalam memilihnya" Teresia menghempaskan tubuhnya pada kursi santai yang berada di depan kolam renang pribadi dengan pemandangan ke pantai dan laut lepas. Arga sendiri berdecak pelan mengetahui jika kamar yang dipesan hanya satu dan itu terpaksa ia harus tidur satu ranjang lagi dengan Teresia. Beberapa malam belakangan ini, Arga selalu tak bisa tidur nyenyak karena di atas ranjang yang sama ia tertidur dengan seorang wanita. Jika ia pikir Teresia akan berlaku malu-malu dengannya, saat pertama kali mereka tidur satu ran
Baru saja mau diajak berkenalan oleh dua pria asing yang berusaha kuat mengerti bahasa Teresia, namun mendadak perasaan aneh menyusup ke dalam hatinya. Sebuah perasaan risau dan khawatir yang membuatnya tak nyaman, membuat Teresia harus pamit pada kedua pria tampan yang ingin mengajaknya berkenalan tersebut. Tadi Teresia meninggalkan Arga begitu saja, dan entah kenapa Teresia jadi mendadak mengkhawatirkan Arga yang seharusnya tak ia pedulikan. Teresia hanya kembali sejenak untuk melihat pria itu, setelahnya dia akan meminta Arga untuk berhenti mengikutinya berlibur sendiri. Ya hanya itu!Pemandangan di depan sana memuat kening Teresia berkerut dalam. Teresia melihat Arga, Arga terlihat kebingungan dengan wajahnya yang panik bercampur ketakutan. Kaki Teresia yang perlahan bergerak pelan menjadi langkah cepat untuk memeriksa keadaannya. Apakah pria itu baik-baik saja? "Arga!" Teresia menyentuh lengan Arga mencoba menyadarkan pria itu bahwa ada dirinya di samping pria tersebut. Ar
Arga membuka kedua matanya perlahan, saat pandangannya mulai jelas ia melihat sekelilingnya yang gelap dan mencoba menebak dimana dia berada. Ini di villa tempatnya menginap dengan Teresia. Melihat lampu-lampu yang tak dinyalakan oleh gadis itu membuat Arga berdecak kesal. Namun saat ia ingin bangkit, Arga baru sadar bahwa tangan kanannya tertaut dengan tangan seseorang yang menyalurkan rasa hangat dalam genggaman tersebut. Arga melihat pada tanganya dan kemudian pada sosok Teresia yang rupanya ikut tertidur di sampingnya dengan sangat lelapnya. Awalnya Arga ingin bangkit dan menyalakan pendingin ruangan serta lampu kamar karena terasa gelap dan panas, dan hanya ada cahaya yang berasal dari bintang dan bulan di luar sana yang langitnya sedang cerah. Namun jika harus melepas genggaman tangannya dengan Teresia sebagian hatinya ada yang tidak rela. Genggaman hangat itu menghilangkan mimpi buruknya, menenangkan hatinya. Arga tidak tau apa yang spesial dari Teresia hingga gadis itu ber
Teresia cukup senang bahwa Arga tak benar-benar membawanya makan di warteg. Karena jika harus makan di warteg mereka tak perlu jauh-jauh datang ke Bali. Dan lagi, sebelum menjadi istri Arga, makanan warteg sudah menjadi makanan keseharian Teresia. Makan di sebuah restoran yang pelanggannya terdiri dari banyak turis asing membuat Teresia berdecak senang. Karena bisa mencuci matanya dengan sekumpulan pria-pria tampan yang cukup menggoda. Bahkan ada yang terang-terangan menyapa dan mengedipkan mata padanya membuat Teresia terkekeh geli. Saat ia pergi ke kamar mandi pun ada seseorang yang meminta berkenalan dengannya, namun karena keterbatasan bahasa, Teresia hanya bisa menyebutkan namanya saja."Dia ganteng banget gak sih?" Teresia menyanggah wajahnya dengan tangannya dengan kedua mata yang fokus menatap pria berkebangsaan asing yang juga tengah menatapnya dengan memberikannya senyum hangat. Arga yang tengah menyuapkan sendok ke dalam mulutnya berhenti sejenak dari kegiatannya dan