Satu kata yang Arga bisa deskripsikan untuk Teresia, Ajaib! Ya gadis itu terus mengeluh pusing dan mual saat berada di pesawat dua jam lalu, namun saat mereka sudah landing dan tiba di Villa yang di pesan Ayah Romi, semua rasa lelah dan sakit yang Teresia derita selama di pesawat hilang begitu saja. Justru Gadis itu nampak terlihat sangat sehat karena bisa berlarian kesana kemari demi bisa mengambil gambar dengan kamera ponselnya. "Villa nya besar! Ayah memang hebat dalam memilihnya" Teresia menghempaskan tubuhnya pada kursi santai yang berada di depan kolam renang pribadi dengan pemandangan ke pantai dan laut lepas. Arga sendiri berdecak pelan mengetahui jika kamar yang dipesan hanya satu dan itu terpaksa ia harus tidur satu ranjang lagi dengan Teresia. Beberapa malam belakangan ini, Arga selalu tak bisa tidur nyenyak karena di atas ranjang yang sama ia tertidur dengan seorang wanita. Jika ia pikir Teresia akan berlaku malu-malu dengannya, saat pertama kali mereka tidur satu ran
Baru saja mau diajak berkenalan oleh dua pria asing yang berusaha kuat mengerti bahasa Teresia, namun mendadak perasaan aneh menyusup ke dalam hatinya. Sebuah perasaan risau dan khawatir yang membuatnya tak nyaman, membuat Teresia harus pamit pada kedua pria tampan yang ingin mengajaknya berkenalan tersebut. Tadi Teresia meninggalkan Arga begitu saja, dan entah kenapa Teresia jadi mendadak mengkhawatirkan Arga yang seharusnya tak ia pedulikan. Teresia hanya kembali sejenak untuk melihat pria itu, setelahnya dia akan meminta Arga untuk berhenti mengikutinya berlibur sendiri. Ya hanya itu!Pemandangan di depan sana memuat kening Teresia berkerut dalam. Teresia melihat Arga, Arga terlihat kebingungan dengan wajahnya yang panik bercampur ketakutan. Kaki Teresia yang perlahan bergerak pelan menjadi langkah cepat untuk memeriksa keadaannya. Apakah pria itu baik-baik saja? "Arga!" Teresia menyentuh lengan Arga mencoba menyadarkan pria itu bahwa ada dirinya di samping pria tersebut. Ar
Arga membuka kedua matanya perlahan, saat pandangannya mulai jelas ia melihat sekelilingnya yang gelap dan mencoba menebak dimana dia berada. Ini di villa tempatnya menginap dengan Teresia. Melihat lampu-lampu yang tak dinyalakan oleh gadis itu membuat Arga berdecak kesal. Namun saat ia ingin bangkit, Arga baru sadar bahwa tangan kanannya tertaut dengan tangan seseorang yang menyalurkan rasa hangat dalam genggaman tersebut. Arga melihat pada tanganya dan kemudian pada sosok Teresia yang rupanya ikut tertidur di sampingnya dengan sangat lelapnya. Awalnya Arga ingin bangkit dan menyalakan pendingin ruangan serta lampu kamar karena terasa gelap dan panas, dan hanya ada cahaya yang berasal dari bintang dan bulan di luar sana yang langitnya sedang cerah. Namun jika harus melepas genggaman tangannya dengan Teresia sebagian hatinya ada yang tidak rela. Genggaman hangat itu menghilangkan mimpi buruknya, menenangkan hatinya. Arga tidak tau apa yang spesial dari Teresia hingga gadis itu ber
Teresia cukup senang bahwa Arga tak benar-benar membawanya makan di warteg. Karena jika harus makan di warteg mereka tak perlu jauh-jauh datang ke Bali. Dan lagi, sebelum menjadi istri Arga, makanan warteg sudah menjadi makanan keseharian Teresia. Makan di sebuah restoran yang pelanggannya terdiri dari banyak turis asing membuat Teresia berdecak senang. Karena bisa mencuci matanya dengan sekumpulan pria-pria tampan yang cukup menggoda. Bahkan ada yang terang-terangan menyapa dan mengedipkan mata padanya membuat Teresia terkekeh geli. Saat ia pergi ke kamar mandi pun ada seseorang yang meminta berkenalan dengannya, namun karena keterbatasan bahasa, Teresia hanya bisa menyebutkan namanya saja."Dia ganteng banget gak sih?" Teresia menyanggah wajahnya dengan tangannya dengan kedua mata yang fokus menatap pria berkebangsaan asing yang juga tengah menatapnya dengan memberikannya senyum hangat. Arga yang tengah menyuapkan sendok ke dalam mulutnya berhenti sejenak dari kegiatannya dan
Karena apa yang Arga katakan saat di mobil, setelah itu Teresia tak pernah lagi menangapi godaan pria yang ditemuinya di tempat wisata.Meski keinginannya begitu besar untuk menanggapi mereka namun saat teringat ucapan Arga jika bisa-bisa ia diculik dan dijadikan teman tidurnya membuat Teresia takut.Jika Teresia bisa berpikir lebih dalam, dia sesungguhnya tak perlu takut berlebih karena dia bisa menolak andai hal itu benar terjadi.Namun salahkan Arga yang berhasil membuat keraguan di hatinya begitu besar.Kini sisa satu hari dari liburan mereka yang dihabiskan di Bali. Dan sejak pagi entah kemana sosok Arga pergi dan Teresia hanya bisa berguling malas di atas ranjang tanpa melakukan apapun.
Ciuman Arga makin intens, bahkan wajah keduanya sudah memerah.Hingga Arga harus menyudahi ciumannya ketika ia dan Teresia harus menghirup udara.Arga menjauhkan wajahnya yang memerah dan menatap wajah Teresia yang tak kalah merahnya dengannya, dengan wajah gugupnya."Kenapa kamu cium aku?" bisik Teresia terengah mengambil banyak napas."Karena aku ingin!" jawaban singkatnya, sebelum Arga layangkan bibirnya pada leher jenjang Teresia yang terbuka lebar meminta untuk disinggahi oleh bibirnya.Teresia menggeram pelan dan menekan bahu Arga. Kedua matanya terpejam dengan bibir yang sedikit terbuka.Arga mencium dan menghisap kuat lehernya membuat Teresia memekik sakit namun tak ada niatan gadis itu untuk menyudahi apa yang Arga lakukan. "Tere .." Teresia membuka kedua matanya dan menatap Arga yang ciumannya kini turun ke dadanya dengan tatapan berkabut. Apakah dia salah dengar tadi? Teresia mendengar Arga menyebutkan namanya tadi meski dengan suara lirih, tapi telinganya masih menangku
Arga menarik dirinya dan duduk bersimpuh di depan kedua kaki Teresia yang terbuka lebar. Mendadak keraguan itu datang ke dirinya sendiri saat ia ingin membuka pakaiannya di depan Teresia. Teresia yang masih rebah di depan Arga bisa melihat wajah gugup Arga dan itu memancing rasa penasarannya dengan pria itu. Arga terlihat mencengkram erat ujung kaosnya dan tidak melakukan apapun. Teresia bingung dan kemudian ikut duduk di depan Arga. "Kenapa?" tanyanya dengan napas yang sedikit memburu. Arga melirik Teresia dengan kedua sorot gugupnya itu, pria itu menggeleng dan memilih untuk membuka celana pendeknya saja tanpa menyertakan kaosnya membuat Teresia berkerut bingung. Terlebih saat Arga tidak malu menunjukan miliknya yang sudah berdiri tegak menantang di hadapannya. "Ayo lakukan!" ucap Arga yang suaranya terdengar bergetar di telinga Teresia, entah pria itu benar-benar gugup atau sedang teransang berat. Teresia menahan dada Arga, dia merasa aneh melihat perubahan mimik wajah Arga
Arga tidak tau mengapa efek ciuman yang dimulai dari Teresia bisa terasa dahsyat di tubuhnya. Gairahnya yang sempat padam kini bangkit tiba-tiba membuatnya sangat menginginkan Teresia, terlebih bagaimana Teresia yang menciumnya tidak ahli sama sekali.Arga menahan wajah Teresia saat gadis itu ingin mengangkat wajahnya dan menjauhkan bibirnya, Arga menekan lebih dalam ciumannya dan mengambil alih tentunya dari ciuman Teresia yang amatiran tersebut. Sampai akhirnya ia dan Teresia membutuhkan napas barulah Arga melepas ciuman tersebut, membuat Teresia terengah dan mengambil napas sebanyak mungkin. Arga mengamati Teresia yang duduk tak mengenakan sehelai benangpun di atas tubuhnya. Hanya melihatnya saja kejantanannya di bawah sana sudah begitu tegang dan membuat Arga sangat menginginkan Teresia. "Sial!" makinya pelan, kemudian ia kembali bangkit menjatuhkan Teresia ke sisi ranjang yang lain. "Ayo kita mulai hidangan utamanya!" serak Arga yang kemudian mengambil posisi di depan milik