"Kakak kue nya udah datang, ini mau diletakkan di mana?" Arshan mengangkat kue stroberi di tangannya pada Zanna yang tengah menempelkan balon-balon huruf di atas jendela dengan Arhan yang memegangi tangganya."Di atas meja aja Dek, setelah itu kamu lihat ke luar ya. Pastikan Mamah dan Papah belum pulang"Arshan mengangguk dan meletakkan kue tersebut ke atas meja.Ia sempat melihat hasil dekorasi sang Kakak yang menyulap ruang keluarga rumah mereka dengan hiasan yang menurutnya cukup cantik.Hari ini adalah hari ulangtahun pernikahan Teresia dan Arga yang ke dua puluh tahun.Saat ini keduanya tengah pergi ke rumah Kakek mereka dan kesempatan itu Zanna gunakan untuk mengajak kedua adiknya untuk menyulap ruang keluarga mereka untuk memberikan kejutan untuk orangtua mereka."Selesai!!" pekik Zanna merasa senang saat ia selesai menempelkan balon-balon huruf di atas gorden ruang keluarga."Bagus gak Dek?"Arhan ikut melihat dekorasi sang Kakak dan memberikan anggukan kuatnya."Bagus! Kakak
"Bersihkan dulu namamu dari berita-berita yang tersebar di media! Buktikan kamu bukan seorang gay! Jika dalam waktu satu minggu para wartawan dan media masih membicarakanmu terpaksa aku harus mencoretmu dari ahli waris keluarga Anata!"Arga mengepalkan kedua tangannya erat. "Aku bukan gay! Aku tidak mencintai sesama jenisku sendiri!""Tapi kamu tak menolak untuk disentuh para laki-laki! Itu tetap membuktikan kamu seorang gay, kamu memiliki kesimpangan! Bersihkan namamu dengan caramu atau turuti kata-kataku agar berita ini cepat pudar"Arga menahan kekesalannya di dalam hati, berhadapan dengan orangtua satu ini harus terus membuatnya menahan sabar demi warisan yang sebentar lagi akan didapatinya."Menikah dengan Teresia, meski hanya di atas kertas, biarkan orang-orang tau bahwa kamu bukan gay, seperti apa yang mereka bayangkan!"Arga melirik Ayahnya yang berbicara padanya. Haruskah dia menerima hal ini?Jika ia tak ingin namanya dicoret dari ahli waris dia memang harus menerimanya ...
Memiliki hutang budi itu sungguh tak mengenakan!Yaaa, karena akan ada saatnya hutang itu harus dibayar! Seperti saat ini ..."Saya pernah menolong kamu bukan? Apa keinginan yang saya minta sangat berat untuk kamu wujudkan?"Teresia mendesis pelan dan merasa tak enak untuk menolak keinginan pria tua yang kini tengah berbicara dengannya."Maaf Tuan, tapi jika menikah ...""Kehidupan kamu akan terjamin, kamu akan memiliki tempat tinggal tetap dan makan enak setiap harinya, kamu tak perlu lagi susah-susah mencari pekerjaan. Tolong saya, hanya ini permintaan saya atas apa yang pernah kamu tawarkan dulu, atas balasan terimakasih mu sama saya"Teresia menghela napas dan memejamkan kedua matanya. Jika kembali dipikirkan, tak ada rugi baginya untuk menerima tawaran pernikahan yang diajukan Ayah Romi Anata, si pria kaya raya yang memiliki aset berlimpah di negri ini.Teresia beruntung bisa bertemu dengan sosok Ayah Romi saat dirinya sudah patah semangat untuk hidup karena lilitan hutang dan ke
"Ini sudah ketiga kalinya kamu bertengkar dengan para pelanggan! Apa yang harus aku dengarkan alasanmu kali ini Teresia?"Teresia meringis pelan ia menundukan kepalanya karena tau orang di depannya tengah benar-benar marah padanya. "Maaf Bu, tapi laki-laki itu duluan yang kurang ajar sama saya! Dia bahkan melecehkan saya, tidak mungkin saya diam saja-" "Kamu tau dia orang penting?! Bagaimana jika dia melaporkan club ini dan nanti menutup tempat ini?! Apa kamu mampu membayar semua kerugiannya?!" wanita dengan dandanan full make-upnya itu memarahi Teresia dan benar-benar kesal pada Teresia yang baginya menjadi saingannya, hanya karena beberapa pria yang ditaksirnya justru memilih jatuh cinta pada Teresia. "Aku akan memecatmu!" Kedua mata Teresia terbuka lebar, lagi? Haruskah dia kembali mencari pekerjaan baru lagi? "Tapi Bu-""Pergi sekarang!" Teresia mengepalkan kedua tangannya, tatapan ramahnya sudah menghilang, kini ia menatap wanita di depannya dengan pandangan kesalnya. Apa
Arga melirik kesal pada sang Ayah yang memaksa dia untuk ikut bertemu dengan seorang wanita. Wanita yang sebentar lagi akan dinikahkan olehnya, hanya demi memulihkan nama baik keluarga mereka, membuktikan pada kerabat dan seluruh client sang Ayah bahwa Arga bukanlah seorang gay. Jika bukan karena nasib hak waris dan kekuasaan Ayahnya yang akan diserahkan padanya, Arga pasti sudah menolak hal ini! Arga tak mengerti mengapa Ayah Romi sampai harus memaksa dia tinggal dengan wanita asing yang mungkin bisa membangkitkan lagi kenangan buruknya tentang wanita. "Perlihatkanlah wajah ramahmu Arga!" Ayah Romi menegur cucunya saat terlihat betapa muramnya wajah Arga. "Sedang ku usahakan Ayah" gerutu Arga pelan. Ayah Romi mendesah pelan, kenyataannya Ayah Romi sendiri khawatir untuk menikahkan Arga dengan seorang wanita asing, yang bahkan ia belum mengenal baik pada wanita ini. Terlebih mengingat masalalu yang pernah menimpa putra tersayang sehingga mencipta trauma berat bagi Arga jika menya
"Apa yang kamu lakukan di sini?!" Arga menajamkan kedua matanya dan mengepalkan kedua tanganya erat setelah melihat sosok Teresia memasuki ruangan kerja Ayahnya."Eh penguntit! Harusnya lo yang ngapain di sini?!"Ayah Romi terbatuk pelan ketika mendengar panggilan yang Teresia gunakan untuk Arga.Membuat kedua pasang mata menatapnya bingung.Entah apa yang terjadi pada putranya dan wanita tersebut sehingga Teresia bisa memanggil putranya dengan panggilan penguntit.Karena bagaimanapun, Arga tidak mungkin menguntit seorang wanita jika pria itu selalu takut dan tak nyaman di dekat wanita.Wajah Arga memerah penuh kekesalan, dan belum pria itu membuka suara untuk membalas ucapan tak sopan Teresia, Ayah Romi rupanya menengahi dan menyudahi pertikaian di antara keduanya. "Arga cukup! Teresia kemarilah" panggil Ayah Romi pada Teresia agar mendekat. Teresia mendengus menatap Arga dan melangkahkan kakinya mendekat pada sofa tempat Ayah Romi duduk. Ia melintasi sosok Arga yang hanya Teresia
"Jadi benar-benar karena uang, kamu menerima tawaran Ayah?" sinis Arga bertanya pada Teresia. Arga menghampiri sosok Teresia yang tanpa malu duduk di dapur rumahnya unuk meminta dibuatkan makan pada juru masak rumahnya. "Iya! Tadi gue udah bilang kan?" balas Teresia merasa kehadiran Arga mengganggu mood baiknya yang tidak sabar untuk mencoba masakan enak dari seorang chef profesional yang dipekerjakan di rumah pribadi Ayah Romi."Gue bisa kasih lo uang yang banyak, tapi bilang sama Ayah kalau lo nolak dan menyerah!" Teresia memutar kursinya menghadap pada Arga yang berdiri di sampingnya "dengar! Kita baru aja tanda tangan perjanjian nikah! Dan lo mau gue buat nyerah?! Gak akan! Lagian uang yang lo kasih pasti lebih sedikit dari Ayah lo! Pria tua itu sudah janji mau kasih setengah warisannya ke gue!" bangga Teresia di akhir kalimatnya. Arga menggeram kesal, dan bibirnya berkedut jengkel melihat Teresia justru keasikan bermain dengan kursi putar itu dan menghiraukannya. "Hanya uang
"Hai Chef Radit, lama tidak bertemu! Dimana Chef Artur?"Tak hanya Chef Raditya, Teresia juga ikut menoleh ke asal suara yang memanggil Chef Radit dari arah belakangnya.Pria tinggi yang berpenampilan santai dengan kaos oblong dan celana pendek nya itu berjalan dan duduk di kursi sebelah Teresia dengan kedua pandang yang masih menatap pada Chef Radit."Tuan Revo, lama tidak bertemu! Saat ini Artur sedang berbelanja Tuan"Pria itu yang bernama Revo!Teresia mengamati sosok Revo yang masih berbicara dengan Chef Radit, menduga-duga jika laki-laki di sampingnya juga ikut memiliki kesimpangan yang sama seperti Kakaknya itu.Merasa diperhatikan, Revo melirik ke sampingnya dan kedua matannya membulat sempurna melihat sosok Teresia yang kedapatan tengah menatapnya dengan lekat seolah menilainya."Logayjuga?" tanpa dicegah, pertanyaan itu meluncur mulus dari bibir Teresia untuk Revo yang