Kedatangan Kedua SepupukuAku dan ibu, akhirnya sampai di rumahku pukul setengah sebelas malam."Ibu mau tidur di sini sama aku, atau di kamar tamu.yang bekas dipakai Lisa? Tapi belum kubersihkan sih. Hehehe," tanyaku pada Ibu."Tidur di sini saja deh, sama kamu, Nit," jawab Ibu.Setelah melaksanakan shalar isya, kami berdua pun langsung berbaring. Badan dan pikiranku, rasanya amat lelah sekali hari ini. Karena sejak semalam juga, aku tak bisa tidur dengan nyenyak."Nit, berarti Tuhan itu masih sayang sama kamu. Buktinya hingga saat ini kamu belum hamil dan sekarang juga, kamu ditunjukkan jika Budi itu, bukan pria yang pas untukmu," ucap Ibu beberapa saat sebelum tidur."Iya, Bu. Benar sekali, aku sangat bersyukur, meski awalnya semua terasa menyakitkan. Mulai saat ini, aku ingin memulai lembaran baru. Temani aku menata hidup ini ya, Bu.""Tentu saja, Bismillah saja. Insyaallah kedepannya, hidupmu bakal bahagia dan sukses, Nit," ucap Ibu sambil mengusap pucuk rambutku.***************
Budi ( Pov Author)Budi Santoso atau yang lebih akrab dipanggil Budi itu. Kini harus kembali masuk ke rumah sakit jiwa, seperti tiga setengah tahun yang lalu. Namun, kali ini orang tuanya pesimis jika Budi bisa sembuh lagi seperti sedia kala. Pasalnya, kali ini sepertinya syaraf Budi makin rusak saja, dan dengan gejala lebih mengerikan dibandingkan dulu."Pak, ini bagaimana anak kita? Aku takut dia nggak bisa sembuh lagi kali ini," ucap Bu Lastri, ibunya Budi."Aku juga berpikiran seperti itu, Bu. Sepertinya kita tak bisa melihat anak kita ini, seeperti sedia kala," ucap Pak Muji, bapaknya Budi."Dua kali, dia kayak gini. Tapi kali ini sungguh keterlaluan, dan sekali lagi karena sebab yang sama, yaitu wanita.""Iya, Bu. Tapi mau bagaimana lagi, toh memang begitu adanya. Sebisa mungkin kita sudah menutupi penyakitnya ini. Berharap agar bisa aman hingga selamanya, eh tapi dengan kedatangan si Lisa itu, semuanya jadi hancur berkeping-keping!" Pak Muji keliahatan amat emosi.Sementara saa
Pov Lisa"Gimana, Mbak? Si Nita mau 'kan ngajak aku ikut pulang ke rumahnya?" tanyaku pada Mbak Linda sore itu, tepat saat acara empat puluh harian meninggalnya ibu."Sudah pasti dia mau dong. Secara, siapa sih yang nggak tertipu dengan mulut manisku? Apalagi cuma si Nita yang selalu sok dermawan itu, hahaha," ucap Mbak Linda bangga."Bagus deh kalau begitu, sudah nggak sabar deh aku menyaksikan kehancuran rumah tangga si Nita itu. Sok baik, sok kaya juga. Dasar keturunan pelakor!" ucapku sengit.Aku, mbak Linda dan juga almarhum Mama, sebenarnya sudah sejak lama ingin menghancurkan rumah tangga Lisa, tapi sayang rasanya untuk masuk ke rumahnya, atau mengganggu suaminya itu, amat sulit.Dan kini, ketika mama sudah tiada, justru kesempatan itu akhirnya datang, dan tentu saja, aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Kalau bisa sih, aku ingin menghancurkan seluruh hidupnya, agar dia tak bisa punya anak, jadi garis keturunan pelakor itu, akan habis, hahaha.Tunggu hingga aku bisa
Pov Author"Kok bisa sih, Bu kita memiliku saudara seperti mereka itu?" ucap Nita sambil mengajak ibunya masuk."Namanya itu sudah takdir, Nit. Di syukuri saja, karena dengan adanya saudara yang sifatnya seperti mereka, jadi kita bisa mengambil hikmahnya. Dan bisa dijadikan acuan saat kita ingin melakukan sesuatu yang salah, agar kita bisa lebih mawas diri."Nita sangat membenarkan apa yang ibunya katakan itu, dan dia pun berjanji dalam hati untuk lebih berhati-hati lagi dalam melangkah. Seperti kesalahan terbesar dalam hidupnya saat memilih Budi sebagai suaminya, dan membawa Lisa masuk ke dalam rumahnya."Ayo, antar ibu pulang, Nit. Ini sudah siang loh, sekalian ibu mau kulakan," ujar sang ibu.Nita pun mengangguk dan kemudian kedua wanita itu gegas bersiap-siap, untuk segera pulang. Rencananya, Nita untuk sementara waktu ini akan tinggal di rumah ibunya, demi untuk melupakan semua kejadian pahit ini. Jadi kini, dia juga merapikan beberapa barang masuk ke dalam lemari, agar tak rus
BAB 24Pov AuthorTanpa basa-basi sedikitpun, Nita dan Bu Dewi langsung bergegas pergi ke rumah sakit setelah mendapatkan kabar yang cukup mengejutkan dari pihak kepolisian.Walau hubungan mereka tak terlalu baik dengan Lisa serta Linda. Namun tak sekalipun Nita dan Bu Dewi menutup mata atas ikatan persaudaraan yang sudah lama terjalin.Ada sesak yang kian terasa di dalam hati Nita. Walau sebenarnya dia merasa sangat marah serta kecewa atas perlakuan buruk yang telah dilakukan oleh kedua kakak beradik itu, namun dia tak bisa menepis bahwa selama ini mereka juga pernah melakukan hal yang baik walau nyatanya hanya didasari dengan kepalsuan karena rasa iri dengki serta dendam yang tercipta akibat kesalahpahaman di masa lalu.Nita menatap jalanan yang kini tampak macet karena sempat terjadi kecelakaan. Hatinya kembali teriris saat melihat lumuran darah di aspal.Nita lantas meremas pelan jemari. Bu Dewi yang sejak tadi juga tampak cemas mulai melirik ke arah putrinya."Nita," panggilnya.
Bab 25Kebisingan di rumah sakit seolah tak mengganggu Nita. Sejak tadi dia terus saja diam dan merenungi segala hal yang baru saja terjadi.Bu Dewi pergi untuk mengurus segala hal yang berhubungan dengan jenazah Linda. Sebelumnya, Bu Dewi sudah berpesan pada putrinya untuk ikut. Namun Nita bersikeras untuk tetap berada di sekitar ruangan Lisa.Jangan tanya lagi seberapa besar terpukulnya wanita itu. Walau Nita telah berperang dingin dengan Lisa dan mendiang Linda, hatinya tetap saja terasa sakit saat keluarganya pergi dari dunia untuk selamanya.Mungkin, Linda memang melakukan kesalahan dan berencana untuk menghancurkan hidup Nita. Tapi tetap saja maaf serta kesempatan atas untuk diberikan untuknya.Nita tahu dengan jelas kalau setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Bahkan dirinya sendiri juga pastilah pernah melakukannya.Nasi telah menjadi bubur dan nyawa seseorang yang telah melayang tidak bisa kembali.Nita meremas jarinya sendiri agar bisa menekan perasaan bersalah yang
Bab 26Nita berjalan dengan langkah kesal karena dia masih teringat dengan gombalan yang sempat terlontar dari mulut Dimasta. Pria yang baru dikenalnya beberapa saat lalu itu bahkan tanpa malu sedikitpun langsung mencoba menggodanya dengan kalimat yang terdengar memuakkan.Andai bukan karena mengingat kebaikan Pak Ardi, Nita pasti tak akan mau mengenal Dimasta. "Kenapa dia sangat menyebalkan, sih?! Bahkan sampai berani menggombal padahal baru mengenal beberapa menit yang lalu. Sudah bisa dipastikan dia pria dengan mulut manis!"Kesal, itulah yang tengah dirasakan oleh Nita.Dia lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling saat sampai di parkiran rumah sakit. Biasanya ada ojek di sekitar rumah sakit. Selamat entah mengapa kali ini Nita tak menemukannya sama sekali.Nita menghela napas perlahan. Untungnya dia berhasil pergi dan menjauh dari pria menyebalkan seperti Dimasta. Sekarang dia hanya perlu mencari ojek taksi dan pulang ke rumah agar bisa mengikuti prosesi pemakaman jenazah Mb
Bab 27Begitu Nita pergi ke ruang tamu, tampak mantan mertuanya duduk di salah satu bangku plastik yang telah disediakan.Bu Sri, mantan ibu mertua Nita, menoleh dengan tatapan sendu saat menyadari kedatangan Nita. Wanita paruh baya itu sangkar langsung beranjak berdiri dari tempat duduknya dan mendekat erat tubuh Nita."Sabar ya, Nit. Semua ini sudah takdir," ujarnya lirih.Nita hanya bisa menganggukan kepalanya perlahan sambil menepuk pelan pundak Bu Sri. Setelahnya, dia segera melepaskan pelukan dan beralih menatap sosok pria paruh baya yang sejak tadi melihatnya.Nita mengangguk pelan sambil mengulas senyum tipis sebagai tanda hormat, meski pria paruh baya itu kini telah menjadi mantan mertuanya sekalipun."Pak," panggilnya lirih sambil mengulurkan tangan dan berniat untuk berjabat tangan.Pak Cahyo tanpa basa-basi langsung menjabatnya. Sedangkan Bu Sri kini mengusap sisa air mata yang sempat menghiasi wajahnya.Bu Sri dan Pak Cahyo kembali duduk, Nita meraih bangku dan duduk bers