Share

Dokter Mesum

Begitu terkejutnya aku, sehingga tak mampu berkata-kata. Sedikit pun tidak. Bahkan, aku yakin, sudah menjelma menjadi patung kayu. Setelah hampir tujuh bulan lamanya, siapa sangka akan bertemu dengan Dokter Nafsin lagi? Selama ini aku selalu berusaha untuk menghindar, lho, sungguh.

Bukan apa-apa!

Aku hanya malu, sangat malu setiap kali teringat bagaimana dulu dia berulang kali mengecup keningku. Bukan hanya itu, dia juga mencium pipi yang aku sama sekali tidak tahu dengan alasan apa.

Benar, dia dokter kandungan yang menolong persalinanku, tetapi apakah harus seperti itu? Karena empati? Apa itu tidak kebablasan namanya? OK, fine. Waktu itu aku dalam kondisi tak berdaya, kesakitan luar biasa sehingga tidak terlalu memperdulikan hal itu tetapi setelahnya? Aku perempuan baik-baik.

"Dok---Dokter Nafsin!" lega sekali rasanya, karena akhirnya bisa menjadi manusia kembali. Lebih tepatnya manusia normal dan sehat.

"Apa kabar, Bu Mirah?" Dokter Nafsin terus memandangku lurus, tajam dan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status