Share

Laki-laki Jahanam

Mendengar Dinda berteriak seperti itu, sontak aku berjalan cepat kembali ke ruang tamu. Dalam hal ini aku masih bisa bersabar meskipun sempat naik spaning juga. "Ada apa sih, Din? Jangan teriak-teriak ah, Tulip - Olive masih tidur! Kasihan kan, kalau terbangun? Saya belum mandi, masa sudah langsung ngasih nenen, sih? Mana masih keringatan begini, lagi?"

"Maaf, Bu." katanya polos dengan perasaan bersalah tersirat di bola matanya. "Ini, yang dari Dokter Nafsin isinya gaun pesta."

Deng, dong!

Gaun pesta, maksudnya? Wah, semakin tidak beres laki-laki yang satu itu, harus segera dibereskan.

"Tolong kamu kirim kembali ke alamatnya ya, Din. Segera, hari ini juga. Gimanapun caranya, saya nggak mau tahu." rasa marah dalam dadaku sudah benar-benar memuncak sekarang. Sudah seperti lahar yang muncrat-muncrat di mulut gunung Merapi. "Ini, ongkos kirimnya. Ingat ya, Din, harus hari ini juga kamu kirim balik!"

"Tapi, Bu, di sini nggak ada alamat pengirimnya." Dinda terlihat sangat takut tapi lali
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status