Share

Bencana Naufal

Bagaimana awalnya bencana itu datang menggulung, aku tidak terlalu ingat. Hari masih pagi---jam enam kurang lima belas menit---gerimis pun masih merintik dan tiba-tiba bel pintu berdering nyaring. Karena Dinda masih sibuk dengan pekerjaan di dapur, aku yang berlari ke depan membuka pintu. Takutnya itu Mama, bisa-bisa marah kalau terlambat sedikit saja, seperti biasa.

"Naufal?" aku benar-benar terpekik oleh karenanya. Tidak menyangka sama sekali dia akan bertamu sepagi ini. "Ngapain kamu pagi-pagi ke sini? Ganggu orang saja!"

Anehnya, Naufal hanya diam, tersenyum tipis dan miring. Melekatkan pandangan. Satu-satunya hal yang membuatku tersadar kalau dia dalam keadaan tak waras atau minimal tak sadarkan diri adalah penampilannya yang acak-acakan. Lebih dari berantakan dari ujung kaki sampai ujung rambut. Dia bahkan tidak mengancingkan kemeja sehingga memperlihatkan bagian dada yang berbulu tipis. Jelas, aku bergidik ngeri sekaligus menyesal, kenapa harus membukakan pintu untuknya tadi?
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status