Share

Pamit

Lembut, teduh sekaligus hangat, Mas Arfen memandangku. Waktu berkunjung masih tujuh menit lagi. Masih cukup untuk aku memberi tahu semua yang terjadi.

"Nggak apa-apa, kalau aku kasih tahu kamu Mas?" inilah pertanyaan yang akhirnya kulontarkan. "Aku takut menambah beban kamu di sini."

"Ya, nggak apa-apa dong, Sayang." Mas Arfen meyakinkan dengan memperdalam pandangan, menyelami bola mataku. "Sayang, kamu harus tahu, kamu nggak pernah membebani aku. Sungguh. Kamu hebat banget, Sayang. Sempurna. Kamu bisa menghandle semuanya dengan baik. Padahal sudah ada Tulip - Olive, lho. Aku bangga sama kamu, Sayang."

Oh, sialnya aku langsung meleleh mendengar semua yang dikatakan Mas Arfen. Saking melelehnya, sampai-sampai jantungku berdegup kencang sekali. Wah, genderang mau perang pun tidak ada apa-apanya, serius.

"Kamu nggak marah kan, Mas?"

"Marah, kenapa?"

"Ya, kalau tahu masalah yang sebenarnya."

"Nggak, dong. Kamu jujur saja aku sudah senang, Sayang."

"Beneran kamu nggak akan marah, Mas?
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status