Share

Terlanjur

Mas Arfen belum bangun, saat Mourin meneleponku dan menanyakan kenapa dia tak pulang semalam, walaupun hanya sebentar. Dia juga setengah marah kepadaku. Menuduh bahwa akulah yang sudah menahan Mas Arfen.

"Bukan begitu, Mourin. Mas Arfen memang nggak mau pulang."

"Halah, kayak aku nggak tahu saja gimana kamu?" bantah Mourin dengan ketegasan super. "Kamu pasti bermanja-manja kan, sama Mas Arfen, nggak mau ditinggal? Oh, aku tahu, kamu pasti sudah gatal bangat ya, pingin dicelup?"

Klik!

Ha, apa?

Oh, my God!

Kata-kata macam apa itu, murahan sekali? Mourin pasti lupa, Bahasa menunjukkan Bangsa. Kata-kata adalah cerminan dari pemiliknya. Satu lagi, pasti dia tak paham tentang ilmu tuding menuding. Di mana satu jari terarah kepada orang lain, maka empat jari menunjuk kepada diri sendiri. So, untuk apa aku meladeninya? Buang-buang energi!

[Kamu takut ya, Mirah?]

Namanya juga Mourin, bukannya malu atau bagaimana, dia malah menyerangku di chat room. Baik, baik. Cukup abaikan saja, tak perl
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status