Share

Semoga Indah Terus

Mourin, tentu saja sudah menunggu di teras rumah sewaktu kami pulang. Jangan tanyakan lagi bagaimana ekspresi wajahnya. Lebih menyeramkan dari pada Vampire, percayalah!

"Hai, Mourin, sudah lama?" Mas Arfen mengerling sayang kepadaku. "Maaf banget ya, kami ada acara mendadak tadi."

Mourin semakin memberengut, membuang muka. Bersedekap, menggoyang-goyangkan kaki pertanda sudah tidak sabar lagi menunggu.

"Ya sudah, Mas, kalau mau pulang sekarang?" aku menjauh dari Mas Arfen, berdiri di samping Mourin. "Emh, atau kalian mau masuk dulu sebentar? Aku bisa buatkan minuman hangat, mumpung tadi beli martabak te---"

"Oh, nggak. Terima kasih." Mourin menyambar tawaranku, mematah-matahkan sampai remuk. "Yuk, Mas, kita pulang? Aku sudah siapkan makan malam untuk kita di rumah. Sayang banget kan, kalau sampai terlewatkan begitu saja hanya gara-gara …?"

"Ya, sebentar ya, aku masuk dulu? Yuk, Sayang?" Mas Arfen menarik tanganku masuk ke ruang tamu. Sebenarnya tidak enak sekali dengan Mourin tetapi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status