Share

Mantan Kakak Iparku, Suamiku
Mantan Kakak Iparku, Suamiku
Penulis: Queen Moon

Teman makan Teman

“Kamu ke sana lagi?” Amora memegang perutnya hamil tujuh bulan melihat sang suami mengemas pakaiannya ke dalam tas.

“Iya, Olivia masih sakit dan belum siuman. Aku khawatir jika dia bangun dan mendengar berita Liam meninggal, dia akan depresi. Aku harus ada di sana dan menjaganya,” balas Rehan acuh tak acuh tanpa menatap Amora, sibuk memasukkan pakaiannya dalam tas.

Beberapa hari yang lalu, Liam, suami Olivia meninggal dalam kecelakaan bersama sang istri. Olivia terbaring di rumah sakit masih belum sadar. Sejak menerima berita itu Rehan tinggal di rumah sakit untuk merawat Olivia.

 Amora merasa aneh melihat Rehan merawat Olivia sampai berhari-hari. Dia mencoba berpikir positif karena Rehan dan Olivia adalah masa kecil.

Tapi apa wajar jika Rehan lebih peduli pada Olivia dibandikan dia, istri?

Amora sangat resah melihat perhatian suaminya pada wanita lain meski itu adalah teman masa kecilnya.

Dia tidak ingin Rehan pergi. Jadi menahan dan memohon agar dia tetap tinggal.

“Olivia punya keluarga sendiri. Mereka bisa menjaga dan merawatnya. Bisakah kamu tinggal di rumah?” Dia menatap Rehan memohon dan meraih tangannya.

“Aku takut sendirian.”

Rehan menepis tangannya dan menatapnya kesal.

“Jangan manja. Ada pembantu di rumah yang bisa temani kamu,” katanya tidak sabar menutup tasnya.

“Kamu adalah suamiku. Nggak bisa kah meluangkan waktu untukku? Kamu lebih banyak berada di rumah sakit merawat Olivia. Aku sedang hamil,” keluhnya mengelus perutnya yang buncit. Dia merasa tidak nyaman dengan kenyataan Rehan merawat Olivia.

“Orang lain akan mengira Olivia istrimu dan bukan aku,” bisiknya lirih.

Dia bisa toleran Rehan lebih peduli Olivia karena mereka adalah sahabat masa kecil dan keluarga mereka dekat.

Namun Rehan sampai tinggal beberapa hari di rumah sakit dan kepeduliannya pada Olivia membuatnya cemas.

Rehan menatapnya tajam. Ketika matanya menatap perut Amora, matanya bersinar muak.

“Dengar, aku benci mengulang kata-kataku. Jangan gunakan kehamilanmu untuk mengekangku. Sudah bersyukur aku menikahimu. Jangan melewati batasmu.”

“Antara kamu dan Olivia, aku lebih peduli dengan Olivia. Jangan pernah membandingkanmu dengannya!”

Setelah mengatakan itu dia mengambil tasnya dan mendorong Amora menyingkir dari jalannya. Dia membanting pintu kamar dengan kasar.

Amora terjatuh di atas tempat tidur memandang pintu kamar yang tertutup. Air mata mengalir di pipinya mengingat kata-kata menyakitkan suaminya.

“Rehan, aku harus apa lagi agar kamu mencintaiku ....” bisiknya lirih.

Selama pernikahannya dia hanya menerima sikap dingin Rehan.

Dia mengerti Rehan tidak mencintainya dan pernikahan mereka adalah tanggung jawabnya karena tidak sengaja menghamili Amora.

Namun Amora telah mencintainya sejak mereka duduk di bangku kuliah. Dia tidak bisa menahan sakit di hatinya karena suaminya lebih peduli dengan Olivia, yang juga sahabat Amora.

....

Rehan tidak pulang selama beberapa hari. Amora sudah terbiasa ditinggal oleh Rehan, entah itu karena pekerjaan atau dia ingin menjauhinya.

Amora mencoba menenangkan perasaannya bahwa tidak ada yang terjadi antara Rehan dan Olivia.

Amora melakukan olah raga paginya berjalan-jalan di sekitar Komplek perumahan. Ini akan membantunya saat tiba waktu melahirkan.

“Ah, Amora ... jalan-jalan lagi?” Salah satu dari ibu-ibu yang berkumpul dan mengobrol depan halaman rumah tetangga menyapa Amora.

Amora berhenti. Dia menoleh melihat sekelompok ibu-ibu tengah berkumpul dekat pagar pendek salah satu rumah.

Dia  tersenyum dan mengangguk menyapa mereka.

“Kok sendiri? Kenapa nggak ditemani suamimu?” tanya ibu lain iseng.

Amora mencoba tersenyum.

“Rehan sibuk dengan pekerjaan.”

“Masa? Pas aku ke rumah sakit jenguk anakku, aku sering lihat suami kamu berseliweran di rumah sakit tiap hari. Pas aku tanya, dia bilang merawat Olivia yang habis kecelakaan,” ujar tetangganya yang lain dengan ekspresi sinis.

Mereka saling mengenal karena Olivia dan suaminya juga tinggal di Komplek rumah ini.

“Iya, aku juga lihat muka Rehan kelihatan lelah pas ngenguk Olivia. Dia nggak pernah ninggalin kamar rawat Olivia.”

"Kok dia peduli sama istri orang, sama istri sendiri yang lagi hamil ditinggalin di rumah sendirian. Amora kok kamu tahan banget sama suamimu gitu perhatian sama perempuan lain."

"Kasihan banget sih kamu sebagai istrinya, suami gak peduli gitu malah rawat istri orang."

Ibu-ibu lain juga menyahutnya dan menatap Amora prihatin.

Deg, jantung Amora berdegup kencang mendengar kata-kata ibu-ibu itu.

Amora tersenyum palsu.

“Olivia baru saja kecelakaan dan suaminya meninggal. Rehan dan Olivia sudah berteman lama. Suamiku khawatir Olivia akan terguncang dan merawatnya. Aku nggak bisa datang juga karena lagi hamil.”

Ibu yang berwajah sinis berkomentar.

“Kamu percaya itu? Bahkan orang buta pun tahu ada yang aneh dengan Rehan. Orang waras mana yang mau merawat istri orang lain sampai berhari-hari gak pulang,  sementara istrinya sendiri sedang hamil nggak dipedulikan.”

Mereka tahu selama beberapa hari mobil Rehan tidak lewat Komplek yang menandakan pria itu tidak pulang.

Ibu-ibu lain mengangguk.

“Jangan begitu toleran Amora, bisa saja suamimu suka sama Olivia, atau ada hubungan rahasia di antara mereka.”

“Suami Olivia juga sudah meninggal, dan dia jadi janda. Siapa tahu dia bisa merebut suamimu. Kamu harus berhati-hati.”

“Pria suka yang baru dan membuang yang lama. Olivia masih cantik dan muda. Dia juga berasal dari keluarga kolongmerat. Aku dengar para pria di kompleks ini banyak ngomongin Olivia sebagai istri idaman. Aku jengkel banget dengar suamiku juga ngomong kayak gitu."

"Suami aku juga."

“Hati-hati Amora. Suami Olivia sudah meninggal, dan dia janda sekarang. Jaga suami kamu jangan sampai terjerat sama Olivia. Jangan termakan omongan yang bilangnya hanya teman. Teman bisa makan teman.

Kata-kata mereka membuat Amora gelisah.

Amora tahu tentang sikap perhatian Rehan pada Olivua tapi ia tidak ingin mengakuinya bahwa suami tertarik pada sahabatnya. Tapi sekarang ibu-ibu di komplek ini terang-terengan menyebut suaminya tertarik dengan Olivia sangat menusuk hatinya.

Dia kerap kali menemukan suaminya menatap Olivia bahkan saat dia dan Liam di sekitar.

Amora berkeringat dingin, hatinya sangat gelisah dan nyeri menyengat hatinya membuat matanya memanas. Dia menundukkan kepalanya dia tidak ingin memperlihatkan matanya yang berkaca-kaca.

“Amora, kamu harus berhati-hati jaga suami kamu. Nggak mudah mencari suami tajir seperti Rehan.” Ibu muda berwajah sinis berkata sambil melirik penampilan Amora sambil berdecak. Ada tatapan iri dan menghina di matanya.

Amora tersenyum pahit. Ya, dia hanya anak yatim miskin yang mendapat jackpot menikahi Rehan, putra kedua kolongmerat Dwipangga yang bakal dinobatkan jadi pewaris Perusahaan Abdi GWP Group.

Meski belum menjadi CEO di perusahaan keluarganya, dalam beberapa tahun Rehan akan memimpin perusahaan keluarganya.

“Aku kasihan sama kamu. Kamu sibuk merawat kandunganmu tapi suami kamu merawat wanita lain.” Salah satu wanita itu berkata menatap Amora prihatin.

“Jika itu suamiku, aku sudah mencak-mencak menyeretnya pulang dan memberi wanita itu pelajaran.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Hanik Suyanti
baru nyimak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status