Share

Putus Asa

Dokter yang melihat kondisi pasiennya hanya bisa menghela nafas berat. Pasti sulit untuk menerima kabar ini.

"Anda butuh istirahat untuk pemulihan. Tetap tabah dan jangan putus asa, Bu Amora." Hanya itu yang bisa dia katakan sebelum akhirnya berpamitan.

Tidak lupa dia mengingatkan suster yang berjaga untuk mengawasi kondisi pasiennya karena ada kemungkinan kalau wanita itu bisa depresi berat.

Kabar ini berkali-kali lipat membuat hati Amora hancur tak berkeping kehilangan bayi yang sudah dinantikannya. Dia marah sedih dan kecewa pada dirinya sendiri. Ada banyak yang dia sesali, tetapi semuanya terlambat karena buah hatinya telah tiada.

Amora menggertak gigi mencengkeram dadanya, air mata mengalir di pipinya mengingat bagaimana dia kehilangan bayinya yang tak lain disebabkan oleh suaminya sendiri.

Pria itu hanya menatapnya dingin di atas tangga dan meninggalkannya.

"Mengapa ...." Isak tangis di bangsal rumah sakit tersebut mulai memenuhi ruangan.

Kemarahan, kesedihan, pengkhianatan sert
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status