Setelah perdebatan panjang dengan Rehan. Giandra kemudian tetap melanjutkan langkahnya menuju ke ruang bawah darurat untuk menjenguk Oliver.Balita berusia 4 tahun tersebut masih cukup tenang ketika banyak orang asing di sekitarnya yang memeriksa dirinya, meski memang sesekali dia agak rewel dan mencari keberadaan orang tuanya. Namun demikian, dia masih bisa sedikit dikendalikan oleh para perawat dan juga dokter yang tengah bertugas.Begitu melihat kedatangan dokter Giandra ke ruangan gawat darurat saat itu, beberapa perawat langsung menyingkir dan bertanya-tanya, kenapa dokter Giandra bisa sampai ke ruangan tersebut dan langsung mendatangi balita itu.Dan melalui percakapannya dengan dokter yang tengah menangani Oliver, yang memang berjaga di ruang bawah darurat saat itu, kemudian baru diketahui bahwa dokter Giandra merupakan paman diri dari Oliver.Sebenarnya, bagian Paman tirinya tidak terlalu terlihat. Karena Giandra hanya mengatakan bahwa Oliver adalah keponakannya.“Dia memang t
kamu sebagai dokter mereka.”“Mereka membayarku untuk ilmu yang aku miliki. Bukan untuk mengajak aku berdebat seperti yang kamu lakukan sekarang. Lagipula, aku hanya mencoba untuk menerjemahkan setiap kalimat yang kamu katakana padaku barusan.”Soal kamu yang cukup keberatan ketika aku menyarankan untuk melakukan pemeriksaan terhadap anakmu dan meminta agar anakmu itu dirawat di sini selama beberapa hari. Apa aku juga salah untuk menafsirkan hal tersebut?” tanya Giandra balik kepada sang adik.Rehan yang sudah malas untuk berdebat dengan kakaknya, kemudian langsung mengambil keputusan secara sepihak tanpa meminta persetujuan dari istrinya lebih dulu, yaitu Olivia.“Ya kalau memang, Oliver lebih baik untuk melakukan perawatan secara intensif di rumah sakit selama satu sampai dua hari dan memeriksakan kondisinya lebih dalam. Aku akan mengikutinya saja. Yang penting, aku mau anakku diperiksa dengan baik dan teliti. Dan juga dipastikan bahwa dia memang baik-baik saja tanpa kekurangan satu
Sementara itu di ruangan administrasi. demi memberi kenyamanan kepada sang anak untuk beristirahat. Dan juga memberi kenyamanan untuk Olivia nantinya yang bisa saja datang ke sini dan menjaga putranya, Oliver selama di rumah sakit.Maka Rehan memilih kamar perawatan yang paling bagus di rumah sakit tersebut kamar perawatan itu adalah kamar perawatan dengan jenis sweet room. Yang terdiri dari satu bet pasien, 1 sofa besar untuk tamu, satu ruangan khusus untuk penunggu pasien yang terdapat bet besar untuk penunggu pasien tersebut bisa beristirahat.Dan juga ada televisi besar berukuran 60 inci. Serta terdapat dapur kecil dan juga bar di dalamnya untuk memenuhi kebutuhan pasien dan penunggu pasien itu sendiri.Sebenarnya pemilihan ruang perawatan itu cukup berlebihan untuk anak bayi seperti Oliver. Lagi pula, biasanya Oliver lebih suka untuk dikeloni oleh ibunya sendiri. Dan tidur di sisi sang Ibu. Jadi kemungkinan besar, Olivia akan tidur di ranjang pasien bersama dengan Oliver.Terle
Di luar daripada dia memang mengakui, bahwa Oliver adalah sosok anak yang pintar dan juga lucu. Tapi dia masih belum bisa menerima Oliver sepenuhnya sebagai keponakannya.“Bagus kalau kamu memang sudah mengerti dan menyadari hal itu. Jadi aku tidak perlu menjelaskan dan bersikap baik lagi di hadapanmu.” Giandra menjentikkan jari di depan Rehan.Setelah itu, Giandra kemudian berpamitan untuk pergi pada Rehan.“Kalau begitu, karena urusanmu di sini sudah selesai dan aku tidak perlu lagi berurusan dengan keluargamu. Aku lebih baik kembali ke pekerjaanku.”Tapi belum sampai Giandra melangkah lebih jauh untuk pergi dari tempatnya sekarang bersama dengan Rehan.Apa yang diucapkan oleh Rehan, membuat pria itu berbalik kembali dan balas menatap sang adik dengan tatapan tajam Yang seolah persiap untuk menghancurkan Rehan saat itu juga.“Tunggu dulu! Kamu bahkan belum menjawab pertanyaanku tadi.” Rehan menghentikan langkah Giandra dengan kata-katanya.“Pertanyaan yang mana maksudmu? Memang ada
Sepanjang perjalanannya kembali ke ruangan kerja pribadinya di lantai 10 dari gedung Rumah Sakit tersebut.Selama di dalam lift, Giandra masih menyimpan kekesalan dan kemarahan terhadap.Tak pernah dia sangka, bahwa dia akan bertemu dengan sosok Rehan di tempat kerjanya seperti sekarang. Padahal dia sudah jauh pergi ke tempat ini untuk bisa menghindari agar tidak lagi bertemu muka dan berurusan dengan keluarganya. Sudah bisa dipastikan, jika Rehan ada di sini dan Oliver sampai sakit hingga dirawat di rumah sakit.Maka nanti keluarga dari Dwipangga pasti ada yang akan datang untuk menjenguk anak itu. atau sekedar bertemu dengan Rehan yang memang menunggu di tempat tersebut juga.Rasanya Giandra ingin sekali mengajukan cuti selama satu bulan penuh untuk menghindar dari keluarganya sendiri. Atau orang-orang yang masih menyebutnya sebagai keluarga. sudah berapa tahun lamanya, Giandra tidak pernah lagi berurusan dengan keluarga Dwipangga. Dia terpaksa tetap menggunakan nama dari keluarg
“Lalu kenapa kalian belum pulang juga?”“Dokter menyarankan untuk kita bisa merawat Oliver di rumah sakit selama beberapa waktu. Untuk melakukan pemeriksaan lebih dalam pada Oliver, terutama di bagian CT Scan dan juga foto toraksnya. Sebab menurut dokter, untuk anak umuran segitu, masih sangat rentan jika sampai terjadi sesuatu. Dan mereka kurang bisa memperlihatkan apa yang mereka rasakan. Apakah itu rasa sakit atau semacamnya.”“Kau menyetujuinya tanpa bertanya dulu padaku?”“Akhirnya aku setuju agar Oliver bisa dirawat inap di Rumah Sakit ini selama satu sampai dua hari ke depan. Demi kebaikannya juga….”“Apa kamu yakin, kalau Oliver sudah baik-baik saja? Kalau memang dia baik-baik saja, kenapa dokter meminta hal seperti itu?” tanya Olivia yang masih terlihat begitu cemas dengan kondisi putranya.“Iya sayang… kamu tidak perlu khawatir lagi. Lagipula, Kak Giandra juga sudah Memastikan kondisi Oliver sendiri. Rehan menambahkan.“Kak Giandra? Maksudnya Kak Giandra itu, kakak kamu yang
Rehan mengirimkan seorang sopir dan juga mobil untuk menjemput istrinya Olivia. Walaupun Olivia sebenarnya bisa mengendarai mobil sendiri dan pergi ke rumah sakit tempat di mana dirinya dan Oliver berada.Tapi waktu yang sudah cukup malam, dan kepadatan lalu lintas saat ini membuat Rehan khawatir jika harus membiarkan istrinya itu menyopir sendirian di tengah kepanikannya terhadap kondisi Oliver saat ini.Setelah menelepon seorang sopir untuk menjemput sang istri, Rehan kemudian kembali fokus pada kondisi Oliver. Balita itu sepertinya baik-baik saja saat ini dan cukup tenang.Bisa dilihat Jika dia masih sibuk bermain dengan mainan yang sempat diberikan oleh Rehan sebelumnya kepada Oliver untuk menenangkannya selama menjalani pemeriksaan.“Tuan Rehan, Mari ikut kami. Adik Oliver akan segera kami antar ke ruang perawatan.” Seorang perawat kemudian mendekati Rehan dan memberitahukan hal tersebut pada pria itu.Rehan hanya menganggukkan kepala dan mengikuti langkah kaki dari si perawat te
“Baiklah, kita sudah sampai di ruangan. Jika perlu apa-apa, Anda bisa menekan bel yang ada di samping ranjang pasien. Apa ada yang masih mau ditanyakan lagi Tuan?” tanya si perawat itu kemudian.“Oh tidak… tidak perlu. Terima kasih untuk semuanya. Nanti saya akan menekan bel jika memang butuh sesuatu. Sekali lagi terima kasih.” Setelah mengatakan hal tersebut, si perawat kemudian keluar dari ruang rawat inap Oliver dan meninggalkan Oliver berdua hanya dengan Rehan saja.Sementara itu, di rumahnya kini Olivia sibuk dengan berbagai keperluan yang akan dia bawa untuk ke rumah sakit.Terlebih keperluan dari putranya, Oliver. Dia memang sempat kesal dengan Rehan, sang suami yang dia anggap sangat ceroboh karena telah membiarkan anaknya sampai mendapatkan bahaya seperti ini. Namun demikian, setelah mendapatkan kabar bahwa anaknya baik – baik saja dan Rehan juga dengan sangat b bertanggung jawab langsung membawa Oliver untuk ke rumah sakit dan memastikan bahwa putra mereka bisa mendapatkan