Amora melirik mereka sambil mengerutkan keningnya. Dia tidak tahu bagaimana Dokter Giandra muncul di tempat ini yang dekat dengan apartemennya. Dia sangat tidak ingin bertemu dengan pria itu.Namun dokter Giandra datang di saat tepat saat dia pojokkan oleh mantan suaminya.“kamu menganggapmu seorang pria? Beginikah pendidikan yang di ajarkan keluarga Dwipangga padamu untuk menindas seorang wanita di pinggir jalan!”Mata Rehan menyipit menatap Giandra dan Amora. Ada tatapan curiga di matanya. Dia tersinggung dengan kata-kata tajam dari Giandra.“Ini antara aku dan Amora, kamu jangan ikut campur!” sentak Rehan tidak suka.Giandra menoleh menatap Amora,“Apa kamu ada urusan dengan dia?”Amora refleks menggelengkan kepalanya sambil mengernyitkan keningnya.Giandra kemudian menoleh menatap Rehan dingin.“Kamu lihat, apa yang kamu lakukan adalah bentuk penindasan yang bisa membawamu ke meja hukum. Ada kamera CCTV di sini yang merekam aksimu. Kamu sebaiknya pergi sebelum kami akan melaporkan
“Jangan sampai aku melihatmu berkeliaran di sekitar Amora, atau kamu akan mendapat lebih dari sekadar pukulan,” lanjutnya dengan nada mengancam.Giandra kemudian memungut barang-barang belanja Amora yang jatuh berserakan di lantai.Setelah mengumpulkan semua barang belanjaan Amora, dia meraih tangan Amora yang masih terkejut.“Ayo pergi.” Dia menggenggam tangan Amora dengan satunya sebelum berjalan meninggalkan Rehan yang berekspresi muram di belakang mereka.Rehan menatap tajam punggung Giandra Amora yang menghilang di tempat parkir.Amora hanya bisa mengikuti Giandra ke tempat parkir tanpa meronta.Giandra memasukkan semua barang belanjaan Amora ke bagasi mobil dan menuntun Amora naik ke mobil.Amora mengerutkan keningnya menolak Giandra mengantarnya pulang. dia masih canggung dengan dokter pembimbingnya setelah kejadian yang tidak mengenakan di pagi hari beberapa hari yang lalu.“Anda tidak perlu mengantarku dokter, aku bisa pergi sendiri. Apartemenku tidak jauh dari sini.”Giandra
Setelah pertemuan dengan Giandra, keesokan harinya Amora masuk kerja. Dan seperti yang dijanjikan Giandra, dokter pembimbingnya sudah diganti dengan dokter lain membuatnya lega. Amora tidak tahan harus bertemu dokter Giandra setiap hari setelah hari mereka tidur bersama.“Amoraaaa ....”Ketika Amora sedang mengecek grafik medis pasien di stasiun perawat seseorang memanggilnya. Dia berbalik dan melihat temannya berjalan cepat menghampirinya.“Waah tiga hari menghilang, dari mana saja kamu? kok balas teleponku?” katanya berdiri sebelah Amora.Amora kembali memeriksa grafik medis pasien menunduk menghindari Agnes yang tukang gosip.“Gak kemana-mana, hanya beristirahat di rumah.”Agnes mengerutkan keningnya curiga.“Masa hanya karena itu? kamu tahu nggak, waktu kamu gak masuk kerja, dokter Giandra menjadi sangat, sangat killer menakuti setiap dokter magang seperti kita. Mood-nya terus jelek sepanjang hari. Kesalahan kecil pun dia perhitungkan dengan kita. Menyebalkan sekali,” gerutu Agnes
“Amora!”Amora tersentak mendengar suara yang sangat akrab memanggilnya.Agnes secara refleks menoleh dan terkejut melihat seorang wanita yang sedang mereka bicarakan menghampiri mereka. Dia berbisik pada Amora, “Kamu mengenalnya? Dia orang aku bicarakan tadi.”Amora menarik napas dalam-dalam sebelum berbalik menghadap Olivia.Olivia tersenyum ketika berhenti di depan mereka. Dia masih terlihat anggun dan cantik seperti dulu.“Aku kira aku salah orang tadi ketika melihat kamu dari kejauhan. Ternyata beneran kamu.” Olivia menarik napas sejenak sambil tetap tersenyum.“Amora, sudah lama nggak bertemu, bagaimana kabarmu?” Dia berbicara dalam bahasa Indonesia.Agnes menatap mereka dengan tatapan ingin tahu.Amora tetap terlihat tenang menghadapi teman baik sudah yang mengambil suaminya dua tahun yang lalu. dia adalah wanita yang dicintai Rehan, dan karena dia Rehan menuduhnya menyakiti Olivia. Amora tidak tahu apa harus marah atau mengabaikannya ketika melihat Olivia.Olivia seperti tida
Melihat suaminya membelanya Olivia seolah mendapat perlindungan dan memeluk balik suaminya sambil menangis. Dia sungguh malu dan merasa terhina karena kata-kata Agnes.Tangisan membuat Rehan semakin salah paham, dia menatap Amora tajam.“Amora apa yang sudah kamu lakukan pada istriku hingga membuatnya menangis?!” Dia menatap Amora dengan marah dan menuduh.Amora seolah sudah menduga ini akan yang terjadi. Apa pun yang terjadi pada Olivia, Rehan akan selalu menuduhnya. Dia sudah tidak peduli lagi.Dia menarik tangan Agnes.“Ayo pergi, kita harus kembali bekerja.” Dia berbalik hendak meninggalkan Rehan dan Olivia yang masih menangis.“Amora, siapa yang menyuruhmu pergi!” Rehan melepaskan pelukannya dari tubuh Olivia dan menarik lengan Amora kasar membuat wanita itu mengaduh kesakitan .“Minta maaf pada istriku sekarang atau aku akan menuntutmu ke kantor polisi!”Amora meringis kesakitan akibat tarikan Rehan pada lengannya.Agnes tidak bisa menahan emosinya dan mendorong Rehan menjauh da
“Mengapa kamu nggak menjelaskan sendiri pada suami apa benar aku yang mengganggumu?” Olivia tertunduk mendengar kata-kata Amora. “A ... aku ....” dia terbata-bata sambil memegang lengan suaminya. Rehan melindunginya di belakang punggungnya sambil memelototi Amora. Amora mendengus. “Ya kamu memang seperti itu, lemah dan egois. Kamu tahu sifatmu itu membuat orang lain muak karena disalahkan hanya karena kamu menangis nggak jelas. Jika kamu memang lemah dan cengeng, setidaknya jangan membuat salah paham pada orang lain. Kamu sungguh memmbuat orang.” Olivia menatapnya dengan mata berkaca-kaca yang disambut oleh tatapan dingin dari Amora. “Kita bukan teman baik lagi sejak lima tahun lalu. tolong jangan mendekatiku lagi. Kuharap ini terakhir kali kita bertemu karena aku nggak ingin suami kamu mendatangiku lagi karena kamu menangis lagi dan menuduhku.” Amora menatap Rehan dan Olivia dengan dingin. “Dan satu hal lagi, jangan mencari Randika lagi ... karena dia bukan Liam.” Setelah meng
“Rehan Dwipangga. Omong-omong nama belakangnya sama dengan nama dokter Giandra?” Celetuk Agnes tampak berpikir.Randika tidak terlalu memperhatikan Agnes.Rehan Dwipangga, nama itu tampak akrab di telinga Randika.Itu adalah nama mantan suami Amora, orang yang sudah membuat sepupunya menderita.Matanya menatap dingin pada wanita yang masih berdiri di seberang jalan. Perempuan itu juga yang membuat Amora menderita karena menghancurkan rumah tangganya.Apa yang mereka lakukan di negara ini? Susah payah Amora meninggalkan negara kelahirannya“Ceritakan padaku perlakuan Rehan pada Amora,” ujar Randika dengan suara tenang tanpa melepaskan tatapannya dari Olivia.“Kamu akan kesal jika mendengarnya. Aku saja jengkel saat menyaksikan perlakuannya pada Amora.“Cerita saja padaku,” balas Randika dingin.Agnes mulai menceritakan kekasaran Rehan pada Amora, dan Olivia yang bermuka dua tidak mencoba meluruskan kesalahpahamannya yang membuat Rehan semakin kasar pada Amora. Agnes melebihkan-lebihkan
“Umh, terima kasih sudah menolongku tadi,” bisiknya dengan suara malu-malu sambil menatap Randika guguo.Mengangkat sebelah alisnya, setidaknya wanita itu tidak bertingkah gila seperti beberapa waktu lalu.Dia terlihat cantik dan polos, pikir Randika.Namun dia mengingat pembicaraannya dengan Agnes tentang Olivia dan waniat itu juga yang menghancurkan rumah tangga Amora.“Tidak perlu berterima kasih, aku hanya kebetulan lewat,” balas Randika acuh tak acuh. Dia berbohong karena dia sebenarnya mengikuti Olivia sejak meninggalkan kafe dan melihatnya diganggu oleh para pemuda tadi.Randika melepaskan tangan Olivia dan berbalik meninggalkan wanita itu dengan acuh tak acuh.Olivia menatap punggung, dia terlihat sedih karena pria yang mirip dengan suaminya mengabaikan dan bersikpa dingin.Dia pasti sudah meninggalkan kesan buruk pad pria itu.Olivia menggelengkan kepalanya tidak ingin menyerah dan berlari mengikuti Randika. Dia menarik lengan baju pria itu untuk membuatnya berhenti dan berba