“Mengapa kamu nggak menjelaskan sendiri pada suami apa benar aku yang mengganggumu?” Olivia tertunduk mendengar kata-kata Amora. “A ... aku ....” dia terbata-bata sambil memegang lengan suaminya. Rehan melindunginya di belakang punggungnya sambil memelototi Amora. Amora mendengus. “Ya kamu memang seperti itu, lemah dan egois. Kamu tahu sifatmu itu membuat orang lain muak karena disalahkan hanya karena kamu menangis nggak jelas. Jika kamu memang lemah dan cengeng, setidaknya jangan membuat salah paham pada orang lain. Kamu sungguh memmbuat orang.” Olivia menatapnya dengan mata berkaca-kaca yang disambut oleh tatapan dingin dari Amora. “Kita bukan teman baik lagi sejak lima tahun lalu. tolong jangan mendekatiku lagi. Kuharap ini terakhir kali kita bertemu karena aku nggak ingin suami kamu mendatangiku lagi karena kamu menangis lagi dan menuduhku.” Amora menatap Rehan dan Olivia dengan dingin. “Dan satu hal lagi, jangan mencari Randika lagi ... karena dia bukan Liam.” Setelah meng
“Rehan Dwipangga. Omong-omong nama belakangnya sama dengan nama dokter Giandra?” Celetuk Agnes tampak berpikir.Randika tidak terlalu memperhatikan Agnes.Rehan Dwipangga, nama itu tampak akrab di telinga Randika.Itu adalah nama mantan suami Amora, orang yang sudah membuat sepupunya menderita.Matanya menatap dingin pada wanita yang masih berdiri di seberang jalan. Perempuan itu juga yang membuat Amora menderita karena menghancurkan rumah tangganya.Apa yang mereka lakukan di negara ini? Susah payah Amora meninggalkan negara kelahirannya“Ceritakan padaku perlakuan Rehan pada Amora,” ujar Randika dengan suara tenang tanpa melepaskan tatapannya dari Olivia.“Kamu akan kesal jika mendengarnya. Aku saja jengkel saat menyaksikan perlakuannya pada Amora.“Cerita saja padaku,” balas Randika dingin.Agnes mulai menceritakan kekasaran Rehan pada Amora, dan Olivia yang bermuka dua tidak mencoba meluruskan kesalahpahamannya yang membuat Rehan semakin kasar pada Amora. Agnes melebihkan-lebihkan
“Umh, terima kasih sudah menolongku tadi,” bisiknya dengan suara malu-malu sambil menatap Randika guguo.Mengangkat sebelah alisnya, setidaknya wanita itu tidak bertingkah gila seperti beberapa waktu lalu.Dia terlihat cantik dan polos, pikir Randika.Namun dia mengingat pembicaraannya dengan Agnes tentang Olivia dan waniat itu juga yang menghancurkan rumah tangga Amora.“Tidak perlu berterima kasih, aku hanya kebetulan lewat,” balas Randika acuh tak acuh. Dia berbohong karena dia sebenarnya mengikuti Olivia sejak meninggalkan kafe dan melihatnya diganggu oleh para pemuda tadi.Randika melepaskan tangan Olivia dan berbalik meninggalkan wanita itu dengan acuh tak acuh.Olivia menatap punggung, dia terlihat sedih karena pria yang mirip dengan suaminya mengabaikan dan bersikpa dingin.Dia pasti sudah meninggalkan kesan buruk pad pria itu.Olivia menggelengkan kepalanya tidak ingin menyerah dan berlari mengikuti Randika. Dia menarik lengan baju pria itu untuk membuatnya berhenti dan berba
Mendengar kata-kata Randika, Olivia dengan cemas menghapus air matanya.“Aku tidak akan menangis lagi. Aku memang seperti sejak kecil, aku cengeng dan perasaanku sangat sensitif.”“Lebih baik kamu mengubah kebiasanmu karena itu membuat orang lain jengkel. Tidak semua orang seperti suamimu yang suka dengan hobimu yang suka menangis,” sindir Randika tanpa basa-basi.Olivia tersentak menatap Randika dengan tatapan terkejut.“Bagaimana kamu tahu aku sudah menikah?”Randika tidak menjawab, dan berbalik meninggalkannya.Olivia tertunduk. Pria yang disukainya sudah tahu dia bahwa dia sudah menikah.Pasti wanita yang ditemuinya di rumah sakit atau Amora yang memberitahunya. Mengapa Amora tidak memberitahunya bahwa dia mengenal Randika.Amora tahukan betapa dia mencintai Liam. Jika dari awal Amora memberitahunya, dia tidak perlu menikah dengan Rehan.Olivia menyalahkan Amora dalam hatinya tanpa memikirkan dirinya yang egois.“Apa yang kamu tunggu, apa kamu ingin tetap di situ?” Suara Randika t
ora berjalan dengan sedikit menunduk, berharap agar Sofia Tidak mengenali wajahnya meski itu adalah suatu kemustahilan. Amora hanya ingin menjalankan pekerjaan ini dengan baik dan melupakan Dari mana asal usul pasien yang akan dirawat sekarang.Saat dia akan melewati pintu, lengannya mendadak ditarik. Dia hampir mamak karena terkejut, beruntung dia bisa menahannya.Sofia yang dari beberapa jarak menatap dua dokter yang berjalan ke ruangan di mana suaminya dirawat itu, jelas tanpa memiliki dugaan tentang apa yang dia lihat. Awalnya Sofia berusaha menepis tentang hal itu, tetapi semakin dekat jarak antara dirinya dengan wanita berjas dokter itu dia semakin yakin.Wanita tersebut adalah Amora, mantan menantunya yang sangat Dia benci."Apa yang kamu lakukan di sini?!" Jelas aja itu pertanyaan yang sudah pasti dengan jawaban. Sofia hanya terkejut dan tidak menyangka melihat pemandangan seperti ini.Sofia lantas memindai penampilan Amora dengan tatapan tidak suka. "Bagaimana bisa kamu jadi
"Apa katamu?! Sekali lagi ulangi kata-katamu tadi!" Rehan mengeras dan sorot matanya menusuk tepat ketika dia berhadapan dengan Amora."Aku tidak mengulangi kata-kata yang sudah aku lontarkan Aku juga yakin kalau keturunan keluarga Dwipangga tidak mungkin tuli ya kan?" Amora dengan santai tersenyum menyeringai.Saat itulah Rehan tanpa berpikir panjang langsung mendorong Amora dengan kasar hingga membuat tubuh wanita itu terjerembab di atas lantai. "Dasar wanita tidak tahu diri!"Semua orang terkejut, beberapa perawat yang sedang bertugas pun memetik histeris karena melihat salah satu dokter di sana mendapat perlakuan buruk dari keluarga pasien. Namun, hal tersebut tidak lantas membuat wanita malang itu mendapat pembelaan yang layak.Dengan adanya seseorang yang dirawat di ruang VIP itu jelas menandakan bahwa keluarga Dwipangga bukanlah keluarga sembarangan. Di mana hal itu sangat berpengaruh bagi mereka yang hanya bekerja dengan tugas melayani pasien.Dokter William bahkan tidak berku
Bagaimanapun juga, permasalahan ini adalah urusan pribadi yang seharusnya tidak dibawa-bawa karena pekerjaan tetapi siapa yang peduli akan hal itu? Sofia tidak pandang bulu jika sudah menyangkut tentang kebencian terhadapnya.Amora masih tergolong baru di rumah sakit ini, sehingga akan sangat buruk citranya jika sampai terjadi masalah yang bahkan membawa hukum. Dia tidak marah sama menyesal karena sudah menjawab atau melawan ucapan Sofia kepadanya tadi, tetapi dia juga harus mengambil langkah agar rumah sakit ini tidak mengalami masalah."Tidak bisa semudah itu Nyonya. Mau bagaimanapun Amora tetap saja memiliki hak hak untuk menangani pasien." Dokter William terlihat kewalahan."Jadi, kalian akan lebih memilih membiarkan pasien VIP ini mencari rumah sakit lain? Itu bisa membuat nama baik rumah sakit ini menjadi buruk." Sofia tersenyum mengejek ketika melihat ekspresi wajah dokter William yang mendadak berubah."Baiklah kalau begitu," jawab Amora. "Saya akan mengundurkan diri dan mengi
Giandra melirik Amora yang saat ini hanya terdiam, tetapi kepala wanita itu masih tegak. Ada senyum samar yang tidak dapat dilihat oleh orang-orang yang berada di sana."Tidak ada aturan yang menyebutkan bahwa seorang yatim piatu tidak bisa menjadi dokter beasiswa bisa didapatkan dengan berbagai cara yang tentu saja tanpa harus melanggar aturan hukum yang berlaku. Dan lagi menjadi dokter tidak semudah hanya dengan memalsukan dokumen pendidikan.” Giandra kembali menatap ibunya."Dia juga berkompeten dengan gelarnya sebagai dokter seperti yang anda tahu bahwa rumah sakit ini adalah yang terbaik tidak mudah untuk masuk ke sini, kecuali mendapatkan rekomendasi dari yang sudah berpengalaman dan tentu saja dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh orang tersebut," lanjut Giandra menjelaskan.Sofia bungkam, diamnya menunjukkan betapa dia tidak menyangka bahwa putranya akan lebih membela Amora dibanding dirinya. Terlebih hal itu menunjukkan betapa sempit pemikiran Sofia yang berada di k