Setelah memesan, dia lebih memilih untuk duduk di depan meja bar tender alih-alih bergabung di tengah sekumpulan manusia yang sedang menikmati alunan musik disco dengan tarian yang heboh."Aku pikir kamu tidak akan ke sini lagi Setelah sekian lama Amora."Pelayan itu adalah salah satu kenalan Amora di kota ini. Seperti yang dikatakan oleh pria jatuh tertinggi dengan rambut blonde itu, Amora sudah lama tidak menghabiskan malamnya di tempat seperti ini."Banyak hal yang terjadi di luar rencana. Ketika hal buruk sedang menimpa diri seseorang alkohol adalah yang terbaik sebagai jalan tercepat untuk melupakan." Amora membalasnya dengan suara rendah, hampir tertutup oleh alunan musik yang sangat keras di sana."Kamu terlihat sangat kacau," komentar lelaki itu."Ya. Aku sedang tidak ingin terlihat baik saja." Karena selama ini yang dia lakukan hanyalah menutupi rasa sakit yang dia rasakan. Malam ini dia akan melepas semua beban, meski hanya seperkian saja.Bagi Amora, beban itu hanya akan be
"Tok tok tok dokter Giandra! Buka pintunya tanda seru anak magang ingin bertamu!" Dia bertingkah seperti anak kecil yang sedang mengajak temannya untuk bermain. Beberapa kali dia membenturkan kepalanya ke daun pintu yang masih tertutup dengan mata yang terpejam.Pintu itu mendadak terbuka dari dalam hal tersebut membuat Amora hilang keseimbangan. Diandra yang sudah bersiap untuk menopang tubuh wanita itu mendapat serangan mendadak.Amora seolah-olah sengaja menjatuhkan diri kepelukan Giandra dan memeluk tubuh akar lelaki itu dengan sangat."Kamu mabuk?" Giandra mencium aroma alkohol yang menyengat."Aku sangat benci keluargamu, Bagaimana bisa mereka merendahkan ku seperti ini!" Masih di posisi yang sama, Amora berteriak dan sesekali menangis histeris.Karena takut hal itu dapat mengambil perhatian banyak orang akhirnya Giandra membawa masuk Amora dan membiarkan wanita itu melakukan apa saja yang dia mau."Aku ingin keluarga Dwipangga hancur! Sehancur-hancurnya!" Amora masih meracau sa
Amora terpaku melihat mantan suaminya pagi-pagi di apartemen Giandra.“Kamu ... apa yang kamu lakukan di sini?!” Suara Rehan terdengar terkejut. Matanya menyipit melihat Amora hanya mengenakan kameja putih yang kebesaran milik seorang pria di tubuhnya yang mungil. Hanya dengan melihat penampilannya saja membuat pikiran Rehan berkeliaran.Dia menatap Giandra dan Amora dengan tatapan tidak percaya.“Apa yang sebenarnya kalian lakukan?!” Dia kemudian melirik Amora dengan tatapan marah dan merendahkan.“Mengapa dia ada di sini dan mengenakan kemejamu?!” serunya pada Giandra sambil menunjuk Amora.Giandra membalas dengan acuh tak acuh sambil merangkul pinggang Amora dengan mesra.“Di ada di sini atau tidak, bukan urusan kamu.”Balasan Giandra justru memicu amarah Rehan dan sikap mesra yang ditunjukkan dua orang di depannya membuat lelaki itu semakin marah.“Apa kamu tahu siapa dia?!”“Ya, aku tahu. Lalu kenapa?” balas Giandra menantang.Rehan ingin membalasnya dengan marah lalu teringat Am
Giliran Amora yang tertawa mencemooh.“Terserah kamu ingin percaya atau tidak. Kamu pikir semua wanita tergila-gila denganmu?” cibirnya dingin.Rehan tidak bisa menerima bahwa mantan istrinya tidur dengan kakak kandungnya.“Dari semua orang, mengapa kamu mendekati Giandra? dia kakak kandung yang berarti adalah mantan kakak iparmu! Apa tidak ada pria yang lebih baik di dunia ini sampai kamu tidur dengan mantan kakak iparmu?! Nggak kusangka kamu perempuan murahan seperti ini!” Serunya marah memandang rendah Amora. Namun kecemburuan membuncah di dadanya.“Tutup mulutmu!” Amora maju mendorong Rehan dengan marah, tidak terima dengan penghinaan dari mantan suaminya.“Memang ada banyak pria di dunia. Tapi tidak ada orang setulus Giandra. Giandra seratus kali lebih baik baik daripada siapa pun, bahkan kamu tidak bisa dibandingkan dengannya!”Apa yang paling dibenci Rehan adalah dibanding-bandingkan dengan saudara laki-lakinya. Ucapan Amora sangat menusuknya dan membangkitkan amarahnya.“Tutup
“Dia sudah menyakitiku berkali-kali, tapi aku ....” Amora tidak melanjutkan kalimatnya. Dia mengusapnya wajahnya sedih.“Aku bodoh masih memiliki perasaan pada pria itu,” bisiknya lirih.Kata-kata Rehan sungguh sangat menyakiti hatinya. Dia bisa saja mengabaikan kata-kata mantan suaminya.Tubuh Giandra menegang. sorot matanya menjadi suram mendengar ucapan Amora.Dia iri dengan adiknya. Bahkan setelah menyakiti Amora, wanita itu masih menyimpan perasan padanya. Bahkan ingin membalas dendam.Orang bilang cinta melahirkan dendam. Mungkin begitu dalam perasaan Amora pada Rehan.Giandra mengepalkan tangannya sesaat sebelum mengendurkannya. Dia mencoba terlihat tenang di depan Amora.“Tidak, kamu tidak bodoh.” Giandra meraih telapak tangan Amora yang menutupi wajahnya.Amora menatapnya dengan mata memerah dan sembab.Giandra mengelus wajahnya dengan ekspresi lembut.“Kamu cantik dan cerdas. Orang seperti Rehan, hanya akan menyesal karena pernah meninggalkanmu. Dia tidak pantas kamu tangisi
Jadwal operasi Erlangga adalah hari ini. Amora mengikuti dokter Wiliam menuju ke kamar Erlangga. Sejujurnya Amora sangat malas menemui keluarga mantan mertuanya. tapi dia harus mengikuti dokter pembimbingnya menemui pasien.Dokter William mengetuk kamar rawat VIP yang besar sebelum kemudian masuk dengan diikuti Amora dan seorang suster di sebelahnya.Amora memasang wajah poker melihat keluarga Dwipangga berkumpul di kamar itu. Rehan dan Olivia juga berada di kamar rawat itu.Rehan langsung menatapnya dengan tatapan dingin. Masih tersimpan amarah dalam sorot matanya dan jijik.Amora mengabaikannya. dia harus fokus pada fakta Erlangga adalah pasiennya, bukan mantan mertuanya.“Halo, selama siang, bagaimana kabar Anda Tuan Erlangga?” Dokter Wiliam menyapa dengan hangat pada pasien dan keluarga Dwipangga.“Tadinya sangat baik, tapi melihat wajah perempuan murahan itu membuat mood jadi jelek. Sarapan yang kumakan jadi tidak tercerna. Sungguh sangat merusak pagi.” Sofia lah yang membalas de
Erlangga berbaring di ranjang pasien dengan wajah lemah, menatap Amora.“Amora maafkan ibumu mertuamu—““Maaf Tuan Erlangga, saya sudah lama bercerai dari Rehan,” potong Amora datar mendengar kata-kata Erlangga.Rehan menatapnya dengan tajam.Para rekan dokter Amora memilih diam, tidak ingin ikut campur dan berpura-pura tidak mendengar masalah keluarga pasien yang berkaitan dengan Amora.Sofia mendengus sambil mencibir.“Siapa juga yang sudi punya mantan menantu seperti kamu!” Dia kemudian memprotes pada suaminya.“Sayang, apa kamu sudah lupa, menantu kita sekarang ada Olivia.”Para dokter lain menatap Amora dan Olivia. Situasi ini sangat canggung bagi Amora yang menjadi dokter dari keluarga mantan suaminya, apalagi melihat istri sahnya.Sementara Olivia terlihat tidak nyaman dengan konflik yang terjadi antara mantan istri suaminya dan keluarga Dwipangga. Dia tidak ingin terlibat, namun Sofia menyebutkan namanya membuat dia jadi pusat perhatian.Olivia tersenyum paksa. Dia sangat kesa
Amora memiliki sedikit kesan tentang mantan Ayah mertuanya. Ketika dia menikah dengan Rehan, Erlangga tidak banyak menolak atau pun mencaci latar belakangnya seperti Sofia.Tapi bukan berarti Erlangga adalah orang yang baik. Dia tidak membelanya atau menghentikan Sofia menindas Amora. Dia adalah orang paling acuh tak acuh saat Amora menderita di keluarga Dwipangga.Sekarang dia mendadak baik membuat Amora curiga.Sofia mendengus memelototi Amora.“Sudah dikasih baik, begini balasanmu?! Lulusan perguruan tinggi apanya, sikap sudah kayak orang tidak berpendidikan. Ck,ck, ck pantas tidak sopan, nggak ada orang tua yang ngajar sih.”Amora mencoba sabar, namun Sofia membawa orang tuannya membuat habis kesabaran.“Anda lebih baik bercermin sendiri, keluarga terpandang? Tapi perilaku Anda seperti orang kampungan dan ibu-ibu di pasar.” Amora berkata dingin.“Apa kamu bilang!” Sofia marah.“Tutup mulutmu Amora! Jangan menghina ibuku!” bentak Rehan tidak ingin ibunya dihina.Amora menatap merek