Kembali ke waktu saat ini, Amora merenung memandang keluar jendela kafe.“Apa yang kamu pikirkan?” Randika menjentikkan jarinya menarik Amora dari lamunannya.Amora mendongak menatapnya sambil mengerjap.“Apa yang kamu katakan?” Dia tampak tenggelam dalam lamunannya hingga lupa apa yang dikatakan Randika.Randika menghela napas menyandarkan punggungnya di sandar kursi.“Bagaimana kalau aku memanfaatkan Olivia untuk membalaskan dendammu?”Amora mengerutkan keningnya.“Tidak perlu. Kamu tidak perlu ikut campur dalam masalah ini. tidak ada hubungannya dengan kamu. Jangan mengorbankan masa depan pada wanita yang sudah menikah.”Randika mengangkat bahu acuh tak acuh.“Tidak masalah. Lagi pula aku bosan dan ingin sedikit bermain-main,” ujarnya mengedipkan sebelah matanya pada Amora.“Aku dengar mantan suami kamu sangat mencintai istrinya. memberinya pelajaran cukup untuk membalas penderitaanmu di masa lalu.”Amora tetap menggelengkan kepalanya tegas.“Randika, jika karena kamu merasa kasiha
Senyum di wajah Randika menghilang ketika seorang wanita dengan malu-malu mendekatinya dan duduk di depannya.“Amora sudah pergi?”“Bukankah kamu sudah liat dia pergi?” balas Randika acuh tak acuh.Olivia menyelipkan rambutnya di belakang telinganya menatap pria di depannya.“Kamu benar-benar bersaudara dengan Amora?”“Iya.”“Kapan kalian pertama kali bertemu?”“Lima tahun yang lalu. kenapa?”Ekspresi Olivia tampak cemberut.“kenapa dia tidak memberitahuku kalau dia punya sepupu yang mirip dengan Liam,” keluhnya.Randika menatapnya dingin.“Kenapa? Kamu tidak jadi mengambil suami Amora dan bersama denganku?” cemoohnya dingin.Ekspresi Olivia berubah panik dan cemas.“Tidak—! Maksudku bukan seperti itu!” Olivia berkata salah tingkah dan malu. Tiba-tiba matanya seketika melebar.“bagaimana kamu tahu Rehan adalah mantan suami Amora.”“Kenapa? Tidak suka? Curiga sama aku membalas dendam Amora sama kamu?”Olivia menggelengkan kepala panik melihat sikap Randika menjadi tidak ramah/“Tidak,
Randika menatap Olivia yang masih menangis dengan jengkel.“Berhenti menangis, apa kamu ingin semua orang memarahiku?” desisnya dengan suara pelan.Olivia menatapnya dengan mata berkaca-kaca, kemudian menundukkan kepalanya dengan pundak bergetar. isakannya berhenti.Melihat itu, orang-orang di sekitar itu menegur Randika lagi.Randika menarik napas dalam-dalam mencoba menahan kejengkelannya.“Apa yang harus aku lakukan agar kamu berhenti menangis?” ujarnya mencoba tersenyum.Olivia mendongak menatapnya mata hitamnya yang basah.“Aku hanya ingin kamu tidak akan marah padaku lagi. Aku ingin kita bersama,” bisiknya dengan suara lirih.Randika ingin mendengus keras-keras di depan wanita itu.Bagaimana bisa ada orang yang begitu memuakkan seperti Olivia. Dia berlagak polos tapi berselingkuh dengan pria lain di belakang suaminya.Randika mencoba menahan dirinya dan tersenyum.“Baiklah kalau itu mau kamu. aku tidak akan marah lagi padamu dan akan terus bersamamu, apa itu membuat kamu puas?”
Olivia seperti seorang remaja yang baru jatuh cinta menganggukkan kepalanya membalas pertanyaan Randika.Randika tersenyum, namun sorot matanya terlihat licik.“Kalau begitu, bagaimana kalau kita jalan-jalan? Masih terlalu awal untuk pulang, bukan?”Olivia tidak memikirkan suami dan putranya langsung mengangguk dengan antusias.Senyum di wajah Randika mengembang.....Rehan masih dalam keadaan marah menuju belakang rumah sakit untuk menenangkan dirinya. namun dia selalu teringat pada mantan istrinya dan kakak laki-lakinya. “Sialan!” Dia menendang tong sampah dengan marah hingga tong sampah itu terlempar beberapa meter dan sampahnya jatuh berserakan di atas tanah.Amarahnya masih belum juga reda, dia meninju dinding di dekatnya. Rasa sakit di buku-buku jarinya sedikit menjernihkan kepalan.“Sialan Amora!” Dia merutuk kesal melepaskan kancing kemejanya. Dia bersandar di dinding sambil memejamkan mata untuk menenangkan dirinya.Dia sungguh tidak menyangka hubungan Amora dan Giandra akan
“Olivia, apa yang sedang kamu lakukan di belakangku?” Rehan menggertak gigi kesal menendang ban mobilnya menyebabkan mobil itu membunyikan alarm.Orang-orang di tempat parkir menoleh ke arah Rehan dengan penasaran.Rehan acuh tak acuh membuka pintu mobilnya meninggalkan rumah sakit untuk menjemput putranya.....Olivia menghabiskan sepanjang waktu bersama Randika hingga dia lupa waktu. Dia pulang ke rumah dengan perasaan bahagia membawa kantong belanja dari mal.Olivia masih dalam euforia kebahagiaan hingga tidak pernah memikirkan putra dan suaminya. Dia bersenandung masuk ke dalam rumah.“Dari mana saja kamu.”Olivia tersentak ketika sebuah terdengar suara tiba-tiba begitu dia memasuki ruang tamu. Dia menoleh dan melihat suaminya duduk di sofa sambil menyilangkan tangan di depan dada, menatapnya tajam.“Rehan ....” Olivia tiba-tiba menjadi gugup dan tersenyum menyapa suaminya.“Sayang, kapan kamu pulang? apa operasi ayah berjalan lancar?” dia mendekati Rehan mencoba bersikap seperti
“Sayang, teganya kamu melakukan ini padaku dan menuduhku ....” ujarnya lirih.“Aku hanya ... aku hanya sedang banyak pikiran karena operasi ayah dan ibu kamu yang terus menyindirku karena tidak kunjung memberi keluarga Dwipangga seorang anak,” lanjutnya kemudian terisak.“Apa salah jika aku ingin menenangkan diri ....”Mendengar kata-kata Olivia dan istrinya menangis, kemarahan Rehan tiba-tiba surut.“Sayang ....”“Aku tahu kamu sudah baik padaku selama ini dan membantuku membesarkan Oliver, tapi ....” Suara Olivia terdengar parau.“Aku bukan mesin penghasil anak untuk memenuhi harapan keluargamu. Aku tahu Oliver bukan anak kandung kamu dan bukan darah daging keluarga Dwipangga. Tapi!” dia mendongak menatap Rehan tajam namun mengalirkan air mata.“Apa aku yang minta menikah dengan kamu?! kamu yang ingin menikah dengan aku dan menceraikan Amora! Tapi apa yang aku dapatkan setelah menikah dengan kamu? Ibumu terus menuntutku dan menyindirku tanpa henti! Jika kamu dan keluarga kamu tidak
Rehan mengerutkan keningnya mendengar ucapan Olivia.“Apa selalu memperlakukan kamu seperti itu?”Olivia membuang muka.“Kamu tahu sendiri ibu orang yang seperti apa. Sejak bisnis keluargaku menurun, ibu mulai menunjukkan sifat aslinya dan meremehkan aku. Aku takut ibu memperlakukan aku seperti yang dia lakukan pada Amora,” ujarnya dengan lirih.“Aku tidak ingin berakhir seperti Amora.” Dia menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca, berpura-pura sedih.Ibu mertuanya makin menyebalkan dan tukang kompor. Dia ingin Rehan memblokir ibu mertuanya mencampuri urusan rumah tangganya.Rehan percaya dengan ucapan Olivia, dan memeluk istrinya. Dia tahu sendiri bagaimana sifat ibunya dan melihat sendiri perlakuan Sofia pada Amora ketika masih jadi istrinya. Dia tidak ingin Olivia, istrinya yang saat ini sangat dicintainya dianiaya oleh ibunya.“Jangan khawatir, apa pun yang terjadi aku akan selalu membelamu. Aku tidak akan membiarkan Ibu meremehkan kamu,” ujar Rehan meyakinkan Olivia sambil terus
“Giandra jangan kelewatan, apa kamu tidak lihat ayah masih sakit untuk mendengar omong kosongmu yang menjijikkan,” cemoohnya dingin menatap Amora dan Giandra tajam.Olivia menatap mereka dengan tatapan bingung melihat situasi tampak tegang. Dia tidak ada ketika Giandra mengumumkan pernikahannya dengan Amora.“Apa yang sebenarnya terjadi di sini?” Erlangga bertanya mewakili kebingunan Olivia."Sepertinya kalian berdua belum menceritakan tentang kemarin," kata Dokter Giandra pada akhirnya.Rehan masih menunggu."Jika kalian datang hanya untuk membuat keributan alih-alih mengobati pasien, lebih baik pergi saja!" Sofia tidak peduli. Meski dia menyayangi putra sulungnya, dia tidak akan membiarkan Giandra mempermalukan keluarga Dwipangga dengan menikahi mantan istri dari adiknya. Dia tidak mau menambah beban pikiran, dan berharap bisa melakukan apa saja agar bisa mengubah jalan pikir putra sulungnya itu."Kami akan menikah," lanjut Dokter Giandra, tidak peduli dengan pada ucapan ibunya.So