Rehan mulai muak dengan ibunya. Pernikahannya dengan Olivia juga tuntutan dan tuduhan ibunya membuat otaknya terasa mendidih. Malam ini pun setelah berusaha untuk memejamkan mata, dia tetap tidak bisa tidur padahal waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Banyak hal memenuhi kepalanya dan membuat isi kepalanya menjadi semakin keruh.Maka, Rehan pun memutuskan untuk bangkit meninggalkan kamarnya dan pergi ke dapur. Dia mengambil sebotol bir dan menegak isi bir itu.“Sial!” umpatnya saking kesalnya dia dengan keadaan yang menimpanya ini.Rehan memijat keningnya yang terasa berdenyut. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang.“Kenapa semuanya jadi begini?” tanyanya kepada diri sendiri.Semua yang dulu dikiranya akan berjalan dengan lancar dan berakhir bahagia ternyata tidak seperti itu. Pernikahannya dengan Olivia pun tak seperti apa yang diimpi-impikannya. Lima tahun mereka menikah dan Olivia yang tak kunjung hamil serta tuduhan Sofia kalau wanita itu sengaja KB dan men
Olivia datang menemui Randika. Saat ini hanya Randika lah yang dia butuhkan untuk membuat suasana hatinya yang sedang keruh menjadi lebih baik.Dan ketika sudah sampai di rumah Randika dan bertemu dengan pria itu, wajah Olivia sudah tampak tertekuk. Dia juga membanting dirinya ketika duduk di sebuah kursi karena saking sebalnya."Ada apa, Olivia?" tanya Randika yang kini berjalan menghampiri Olivia."Aku benar-benar lelah. Sangat lelah," keluh Olivia sambil menyandarkan dirinya pada sandaran kursi.Randika pun pamit sebentar untuk ke dapur dan tak lama kemudian muncul lagi di hadapan Olivia dengan segelas minuman dingin di tangannya. "Diminum dulu. Siapa tahu bisa membuatmu lebih seger," ucap Randika.Olivia menyambar gelas yang baru saja Randika taruh di meja dan menghabiskan isi gelas itu dalam sekali teguk, berharap apa yang Randika ucapkan benar, kalau air itu bisa membuatnya jadi lebih segar. Tapi percuma. Meski sudah menghabiskan seluruh isi gelas, Olivia tidak merasa lebih sega
Olivia sudah berada tekad untuk menjalankan apa yang dikatakan oleh Randika kemarin. Dia tidak akan mau menuruti permintaan ibu mertuanya yang aneh-aneh itu. Jelas ibu mertuanya sedang menyiksanya agar membuat dia pergi meninggalkan rumah ini. Tapi tidak semudah itu. Dia tidak akan menyerah. Dia akan menunjukkan kepada ibu mertuanya kalau dia tidak akan semudah itu disingkirkan."Kenapa aku harus bersikap seperti menantu sementara dia bersikap seperti majikan? Jangan harap! Aku tidak akan semudah itu disuruh-suruh seperti Amora. Aku tidak akan bernasib sama dengan wanita itu," ucap Olivia yang masih asyik berbaring di ranjangnya dan malah menarik selimut lebih tinggi lalu memejamkan mata.Jika Sofia memang sengaja memecat pembantu untuk memberdayakan Amora, tapi kemudian dia juga jadi kena imbasnya, maka Olivia tidak akan sudi. "Biar dia yang kerjakan sendiri jika memang tidak mau pekerjaan rumah ini dikerjakan oleh pembantu," ucap Olivia dengan kedua bahu terangkat tanda dia tidak pe
Setelah semua orang berangkat kerja, Rehan tidak segera ke kantor. Dia menunggu diam-diam tak jauh dari rumah. Pria itu curiga karena Olivia mulai bersikap ketus dan semakin jarang di rumah. Kemarin pun Olivia pulang gak malam dan langsung tidur begitu saja dan pagi ini dia malah tidak mau bangun untuk membantu menyiapkan sarapan dan sarapan bersama."Apa yang sebenarnya dilakukan Olivia belakangan ini?" gumam Rehan dengan tangan yang sudah berada di atas roda kemudi dan mata masih fokus menatap lurus ke depan.Saat ini Rehan sudah siap dengan celana jeans sobek-sobek dan sebuah hoodie hitam. Tak lupa di jok sampingnya sudah sedia topi hitam dan di dalam dashboard pun terdapat kacamata hitam. Ini semua adalah perlengkapan untuk penyamarannya. Tidak mungkin dia mengikuti Olivia dengan memakai setelan kantor. Itu terlalu mencolok."Olivia sangat jauh berbeda dari biasanya dan itu sangat mencurigakan," lanjut Rehan yang masih tidak bisa berpikir jernih dengan apa yang terjadi pada Olivia
Rehan buru-buru menundukkan kepalanya dan menarik topinya lebih ke bawah ketika pria yang sangat mirip dengan Liam itu berjalan melewatinya. Dia berdoa dalam hati agar pria itu tidak melihat wajahnya saat seperkian detik tadi dia sempat mengangkat wajah dan membulatkan mata saking terkejutnya. Untungnya Rehan berhasil menguasai diri dan langsung menyembunyikan identitasnya. Dan untungnya pria itu sepertinya tidak menyadari kalau dirinya merupakan suami dari Olivia, wanita yang saat ini sedang menikmati waktu berdua dengan pria itu di kafe yang saat ini mereka datangi.“Atau mungkin dia tidak mengetahui aku sama sekali. Jadi meskipun dia tadi melihat wajahku, dia juga tidak akan tahu kalau aku suami Olivia,” gumam Rehan setelah laki-laki itu meninggalkan kamar kecil.“Tapi … siapa dia? Kenapa dia sangat mirip dengan mendiang Liam? Tidak mungkin Liam kembali hidup, pria itu bahkan sudah mati sejak lama,” lanjut Rehan yang masih dipenuhi dengan kebingungan akan sosok yang tadi dilihatnya
Rehan melirik jam tangannya. Di sana tertera jam 10 lewat 15 menit. Ini sudah cukup malam dan Olivia masih belum pulang.“Pasti wanita itu sedang bersenang-senang sekarang. Dia pasti menikmati waktunya dengan pria itu.” Rehan tertawa hambar.Bayangan tentang Olivia yang sedang menikmati malam yang panas dengan pria lain tak bisa tidak muncul di otaknya. Rehan sudah berusaha menepis tentang bayangan itu, tapi semakin dia berusaha menepisnya, bayangan itu semakin nyata dan malah semakin liar.“Pasti Olivia lebih menikmati bercinta dengan pria itu dan menjadi sangat agresif dengan pria itu dari pada saat bercinta denganku.”Fakta ini benar-benar menghantam telak kesadaran Rehan kalau istrinya itu tidak hanya mencuranginya, tapi juga tidak pernah menaruh hati padanya. Padahal sejak dulu Rehan selalu menyimpan baik-baik perasaannya terhadap wanita itu. Olivia adalah cinta pertamanya dan orang yang benar-benar ingin dinikahinya. Sayangnya, setelah berhasil mendapatkan wanita itu dan menikah
Begitu Rehan masuk ke kamar, Olivia langsung memasang wajah marah. Dia benar-benar kesal karena sekarang suaminya terang-terangan mendekati Amora yang merupakan mantan istri pria itu. Mereka bahkan mesra-mesraan di rumah ini.Namun Rehan mengabaikan Olivia dan berjalan melewati wanita itu yang sedang berdiri sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Rehan langsung mendudukkan dirinya di pembaringan, bahkan langsung merebahkan dirinya dan memejamkan mata tanpa peduli dengan bagaimana cara Olivia menatapnya.“Tidak ada yang ingin kamu jelaskan setelah tadi apa yang aku lihat di dapur?” tanya Olivia dengan suara yang meski pelan tapi terdengar tajam.“Apa sekarang kamu sedang berusaha untuk mendekati wanita itu dan ingin mengumumkan pada dunia bahwa kamu dan wanita yang sekarang jadi kakak iparmu itu akan hidup bersama? Kamu akan merebut Amora dari kakakmu dan … aku? Kamu akan menceraikanku setelah berhasil mendapatkannya? Atau kalian sudah menyusun rencana untuk melarikan diri bersa
“Tapi aku tidak perlu menjelaskan apa pun padamu, karena sepertinya kau tidak akan pernah percaya dengan apa yang aku katakan.”“Kata-katamu jelas sekali untukku. Kau pasti memiliki hubungan dengan Rehan setelah susah payah menggodanya. Kau bahkan sampai sengaja mendekati Oliver hanya untuk menarik perhatian Rehan. Kau pasti sedang bertingkah menjadi istri Rehan dan ibu dari Oliver. Kau ingin merebut posisiku,” kata Olivia sambil mendengkus karena merasa Amora sengaja memancing kemarahannya.“Apa kau ingin aku untuk menggantikan posisimu untuk menjadi istri Rehan dan ibu dari Oliver?” tanya Amora terdengar menantang Olivia.Mendengar itu Olivia langsung naik pitam. “Apa sebenarnya maumu?” teriaknya marah.“Apa mauku? Jelas itu maumu, bukan mauku. Kau yang menuduhku seperti itu, jadi apa aku harus mengabulkan keinginamu. Aku tidak mau rugi hanya dengan menerima tuduhan bodohmu itu,” sahut Amora dengan ketenangan yang membuat Olivia mengangkat tangannya dan hendak menampar wajah mulus A