Amora tersenyum penuh arti. Ia memang jarang berdandan seperti ini semenjak pulang ke Indonesia. Saat di luar negeri, ia memang sering berpakaian minim. Namun, perbedaan budaya membuatnya sedikit mengubah penampilannya demi menjaga kehormatan suaminya. Meski ia hanya memanfaatkan Giandra, tapi ia jelas menghargai suaminya itu.Amora pamit dan berjalan keluar dari rumah sakit. Saat akan menelepon untuk menanyakan posisi Rehan, sebuah mobil sedan yang ia kenal langsung berhenti di depannya.Amora yang mengenal mobil itu langsung masuk. Sengaja ia duduk dengan posisi kaki yang terlipat sehingga menunjukkan jelas sebalah paha mulus Amora. Ia bahkan sadar kalau Rehan sedang memperhatikan dirinya dengan penuh nafsu.“Kenapa melihatku begitu?” tanya Amora pura-pura setelah menutup pintu mobil dan merasa kalau Rehan tak jua menjalankan mobilnya.“Ah, tidak apa-apa.” Rehan tergagap karena ketahuan menatap Amora dengan mata tak biasa. “Kamu cantik sekali hari ini. Aku pikir, tadi pagi kamu meng
Makan malam berlalu tanpa ada hal aneh lainnya yang terjadi. Hanya saja yang menjadi perhatian Giandra adalah porsi makan Rehan maupun Amora sangat sedikit. Mereka berdua pun terlihat lebih dekat dari biasanya sehingga Olivia sering sekali menyindir mereka berdua secara terang-terangan.Giandra bukan orang yang bodoh sehingga tak menyadari ada yang berbeda dari cara Rehan memandangi istrinya. Meski memang sejak awal dia selalu mencuri-curi pandang, tapi kali ini ia merasa lebih intens seolah sudah mendapat izin dari Amora untuk memandanginya.Tentu saja Giandra cemburu. Amora memang belum mencintainya, tapi ia juga sudah tak mencintai Rehan. Meskipun begitu, Giandra tidak mau melepaskan atau memaksa Amora. Ia mau semua berjalan secara perlahan sehingga rasa yang muncul di hati Amora adalah perasaan yang sesungguhnya.“Sedang apa?” tanya Amora yang baru saja selesai mandi.Giandra menoleh dan mendapati istrinya memakai jubah mandi dengan rambut yang basah terurai.“Aku sedang mencari u
Giandra dan Amora baru saja pulang dari perjalanannya hari ini. Baru saja berada di pintu masuk, mereka dikejutkan oleh teriakan Olivia yang melengking hingga keluar rumah. Mereka berdua langsung bergegas masuk untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi di dalam.“Ada apa ini?” tanya Giandra dengan wajah cemas.Di dalam rumah, lebih tepatnya di dapur berdiri dua wanita yang tidak pernah akur di rumah ini. Ah, sebenarnya bukan hanya kedua wanita ini karena ada satu wanita lagi yang sama tidak akurnya. BISa dibilang kalau ketiga wanita di rumah ini memang tidak pernah ada akurnya.“Lihat, Mas! Coba bilang sama Ibu kalau tidak semua wanita bisa segera hamil. Contohnya istrimu itu. Lihat dia! Apa Amora juga sudah hamil?” Olivia terus menunjuk-nunjuk ke arah Amora yang masih diam di tempatnya.“Apa hubungannya dengan amora? Dia bahkan tidak pernah mengganggumu.” Giandra tidak mau kalau istrinya ikut terbawa lagi.“Tentu ada. Ibu sama sekali tak meminta Amora untuk memberikan keluarga ini
Hari itu, Rehan benar-benar menagih janji kepada Amora untuk pergi bersamanya ke taman bermain. Rehan membawa Oliver sebagai alasan. Awalnya Amora pikir Rehan hanya menggodanya. Melihatnya yang sudah rapi sepagi ini bersama Oliver, mau tak mau mengundang kecurigaan semua orang di rumah kediaman keluarga Dwipangga.“Mau ke mana kalian?” tanya Erlangga dengan tatapan menyelidik.“Kami mau main ke taman bermain, Yah,” jawab Rehan dengan santai sambil ikut duduk dengan kami di meja makan.“Olivia?” Erlangga tampak bingung karena melihat Olivia yang pagi ini tidak kebagian jatah memasak juga tampak cantik dan rapi, tapi style yang ia kenakan sama sekali tak seperti orang yang akan pergi ke taman bermain.“Tidak, Yah. Aku ada undangan ke pernikahan teman, jadi aku titip Oliver kepada papanya saja. Lagi pula, mereka sudah merencanakan ini jauh-jauh hari. Tak mungkin kalau aku merusak janji yang mereka buat.”Erlangga paham. Hanya saja, rasanya tidak lazim bagi seorang ibu yang tidak mau meng
“Andai saja itu terjadi, sudah pasti yang sedang kau gendong itu bukan Oliver, melainkan anak kita yang seumuran dengannya. Dan juga, jika itu benar terjadi sudah pasti anak itu masih hidup.”Amora menangis, Rehan panik. Ia salah bicara kali ini. Biarpun masa lalu, tapi anak mereka bukanlah kenangan tapi bukti bahwa Rehan bukanlah suami dan ayah yang baik untuk keluarganya.“Maafkan aku, Amora. Maaf!” Rehan langsung memeluk Amora dengan erat meskipun Oliver sedang dalam gendongannya. Ia sadar kalau apa yang ia lakukan dulu adalah kesalahan besar sehingga mau tak mau ia mendapatkan balasannya sekarang.Amora masih saja menangis mengingat bagaimana saat-saat ia hamil tanpa mendapat perhatian dari suaminya yang bahkan malah tergila-gila kepada temannya sendiri. Saat itu baik Amora dan Olivia sama-sama sedang mengandung, tapi Rehan lebih peduli kepada anak mendiang Liam dibandingkan anaknya sendiri.Dari kejauhan, Olivia terbelalak melihat pemandangan tak menyenangkan di hadapannya. Ia je
Giandra pulang ke rumah dan mendapati senyuman sinis dari iparnya. Ia tak tahu kalau Olivia bisa sesinis itu kepadanya karena selama yang ia lihat, Olivia selalu terlihat segan kepadanya.“Pulang juga kau akhirnya. Jaga istrimu dan buat sendiri anak kalian. Jangan sampai kejadian hari ini terjadi lagi karena aku tak akan memaafkannya.”“Jangan sembarangan bicara mengenai istriku. Bukti yang kau kirimkan tak berpengaruh bagiku,” balas Giandra dengan tampang yang lebih sinis.“Benarkah begitu? Lalu, kau akan diam saja kalau istrimu main gila dengan mantan suaminya?” Olivia malah mengompori Giandra.“Istriku tidak akan pernah main gila karena aku percaya kepadanya. Yang perlu kau lakukan sekarang adalah perbaiki sikapmu dan buat agar suamimu betah di rumah dan tidak melulu mengundang keributan dengan mertuamu. Jangan menjadi wanita murahan yang tidak berguna di rumah ini.” Giandra masuk ke dalam kamar tanpa mau menunggu balasan dai iparnya yang kurang ajar itu.“Sial! Apa sih yang kau bi
Akhirnya Rehan dan Olivia ikut bergabung dengan rencana bulan madu Giandra. Amora diam saja karena suaminya juga tak bisa menolak kalau Sofia sudah memutuskan meski Erlangga tak terlalu menyukai ide ini.“Bagaimana bisa dua pasangan melakukan hal yang sama dengan tempat dan waktu yang sama? Apa kau pikir mereka tak punya privasi?” Begitu Erlangga menentangnya. Namun, kata-kata Rehan malah membuatnya tak berkutik.“Tenang saja, Yah. Aku dan Kak Giandra kan bukan anak kecil yang harus diajarkan cara untuk berbulan madu.”Sialnya lagi, tiket yang dipesan secara dadakan itu juga malah tersedia. Tapi tak apa, Amora tak begitu peduli soal itu. Malahan, ia bisa melihat sejauh mana Rehan dan Olivia bisa bertahan untuk tidak ribut selama bulan madu.Mereka berempat sampai ke Bali ketika waktu sudah menjelang malam. Rencananya malam ini mereka hanya akan tidur dulu sebelum besok berjanji akan bertemu di pantai dan sarapan bersama. Meski Giandra tak menyetujui rencana itu, tapi Rehan yang bersik
Hari ini Giandra dan Amora berencana pergi ke salah satu tempat di Bali, yaitu Pura Tanah Lot. Semalam Giandra mengajak Amora untuk berkunjung ke Pura Tanah Lot. Itu sebabnya mereka bangun pagi-pagi sekali dan sudah bersiap untuk datang ke tempat yang berlokasi di Desa Beraban tersebut.Amora memakai maxi dress warna lilac lengan pendek dengan belahan kaki one shoulder, sedangkan Giandra memakai kemeja berwarna senada dengan dress Amora dan dipadukan dengan celana chino selutut warna putih. Amora juga memakai floppy hat berbahan serat wol, dan Giandra sendiri hanya memakai kacamata hitam. Sepatu putih menjadi pilihan mereka. Amora sempat memilih untuk mengenakan sandal, tapi Gianda dengan cepat menolak.“Agar lebih leluasa berjalan-jaan, sebaiknya kita pakai sepatu saja, untuk menghindari kaki cantikmu ini dari luka nantinya,” jelas Giandra sambil berjongkok di hadapan Amora yang duduk di pinggir ranjang.Giandra sendiri sudah menyiapkan sepatu sneaker dengan ukuran yang pas di kaki A