Akhirnya Rehan dan Olivia ikut bergabung dengan rencana bulan madu Giandra. Amora diam saja karena suaminya juga tak bisa menolak kalau Sofia sudah memutuskan meski Erlangga tak terlalu menyukai ide ini.“Bagaimana bisa dua pasangan melakukan hal yang sama dengan tempat dan waktu yang sama? Apa kau pikir mereka tak punya privasi?” Begitu Erlangga menentangnya. Namun, kata-kata Rehan malah membuatnya tak berkutik.“Tenang saja, Yah. Aku dan Kak Giandra kan bukan anak kecil yang harus diajarkan cara untuk berbulan madu.”Sialnya lagi, tiket yang dipesan secara dadakan itu juga malah tersedia. Tapi tak apa, Amora tak begitu peduli soal itu. Malahan, ia bisa melihat sejauh mana Rehan dan Olivia bisa bertahan untuk tidak ribut selama bulan madu.Mereka berempat sampai ke Bali ketika waktu sudah menjelang malam. Rencananya malam ini mereka hanya akan tidur dulu sebelum besok berjanji akan bertemu di pantai dan sarapan bersama. Meski Giandra tak menyetujui rencana itu, tapi Rehan yang bersik
Hari ini Giandra dan Amora berencana pergi ke salah satu tempat di Bali, yaitu Pura Tanah Lot. Semalam Giandra mengajak Amora untuk berkunjung ke Pura Tanah Lot. Itu sebabnya mereka bangun pagi-pagi sekali dan sudah bersiap untuk datang ke tempat yang berlokasi di Desa Beraban tersebut.Amora memakai maxi dress warna lilac lengan pendek dengan belahan kaki one shoulder, sedangkan Giandra memakai kemeja berwarna senada dengan dress Amora dan dipadukan dengan celana chino selutut warna putih. Amora juga memakai floppy hat berbahan serat wol, dan Giandra sendiri hanya memakai kacamata hitam. Sepatu putih menjadi pilihan mereka. Amora sempat memilih untuk mengenakan sandal, tapi Gianda dengan cepat menolak.“Agar lebih leluasa berjalan-jaan, sebaiknya kita pakai sepatu saja, untuk menghindari kaki cantikmu ini dari luka nantinya,” jelas Giandra sambil berjongkok di hadapan Amora yang duduk di pinggir ranjang.Giandra sendiri sudah menyiapkan sepatu sneaker dengan ukuran yang pas di kaki A
Tepat di saat Rehan mengunci pintu kamarnya agar dia tak lagi ceroboh memaksa masuk ke kamar mantan istrinya, ponselnya berdering. Ah, bukan ponselnya ternyata karena ponsel miliknya ada di kantung celananya.“Olivia pergi tanpa membawa ponselnya?” Rehan menghampiri ponsel yang terus berbunyi itu. Ada nama Randika di layarnya. Tak berselang lama, suaranya berhenti karena Rehan tak kunjung mengangkatnya.Di saat Rehan bertanya-tanya maksud telepon itu, suara denting telepon membuatnya melihat lagi ke arah layar. Ada pesan masuk berupa notif yang sempat ia lihat sekejap sebelum ponsel gelap.[Sayang, aku tunggu di kamarku, ya. Jangan lupa pakai baju yang cantik.]Demi apa pun yang bisa ia ingat, Rehan langsung membanting ponsel Olivia ke lantai. Sejauh itukah hubungan yang dilakukan istrinya itu. Tadinya, ia berpikir kalau Olivia hanya sedang nostalgia karena wajah orang itu mirip sekali dengan mendiang Liam.Ia tak pernah berpikir kalau ternyata perselingkuhan ini sudah sampai ke tahap
Paginya, semua tampak berantakan. Giandra bangun dengan penyesalan yang baru saja ia sadari. Amora tidak ada di sampingnya sejak ia membuka mata setelah malam pertama mereka yang penuh dengan amarah. Satu hal yang ia tahu, setelah ini hubungannya dengan Amora tak akan baik-baik saja.Sebenarnya ia sama sekali tak ingin melakukan hal itu kepada Amora, terlebih dengan paksaan. Ia ingin mendapatkannya di saat Amora sudah mencintainya dan mereka melakukan kewajiban itu dengan dasar ibadah, bukan nafsu semata.Sayangnya, semua rencananya berakhir ketika tanpa ia prediksi jika istrinya menghabiskan waktu bersama adiknya yang juga mantan suami itu. Giandra juga tahu kalau Amora dan Rehan tak mungkin melakukan hal yang tak ia inginkan, tapi melihat Rehan yang mabuk dan kondisi Amora yang berantakan, dirinya kalap. Semua logikanya dikalahkan oleh amarah.Giandra bangun dan langsung membersihkan diri. Setelah itu, ia mencari keberadaan istrinya di sekitar kamar hotel, tapi tak ada pertanda kala
Giandra kebingungan mencari keberadaan Amora di Bali yang seramai ini. Jika ditilik lagi, ia menyesal karena tak langsung mengejarnya dan malah sibuk bertengkar dengan Rehan. Ini semua memang salahnya. Hanya karena cemburu dan marah, ia meluapkan segalanya, bahkan sampai mencuri haknya sebagai suami dengan paksa.Dalam kekalutannya, Giandra bertemu salah seorang pria yang duduk sendirian di tepi pantai dengan tebing yang tinggi-tinggi. Semula Giandra tak menghiraukannya, tapi melihat gerak-geriknya terlihat mencurigakan. Pria itu malah berdiri dan seolah akan menceburkan dirinya ke laut. Sontak, Giandra mendekat dan bicara padanya.“Maaf, apa yang Anda lakukan di sini? Jangan bilang kalau Anda mau menjatuhkan diri ke bawah sana.” Giandra bicara sambil memegang tangan pria itu.Pria itu kaget dan berusaha melepaskan diri dari cekalan tangan Giandra. Di saat orang itu berontak, Giandra jadi semakin yakin kalau apa yang ia pikirkan itu benar. Dengan sekuat tenaga ia menarik pria itu sema
Waktu penerbangan Rehan dan Amora akhirnya tiba juga. Keduanya bersiap naik ke pesawat, dan entah kebetulan apa lagi yang melanda mereka karena ternyata tempat duduk mereka bersebelahan, meski tidak di baris yang sama dan terpisah jalan setapak untuk pramugari berlalu lalang, mereka tetap berada di bangku yang bersebelahan.Selama penerbangan, Amora agak sedikit risi karena sadar kalau Rehan sering mencuri lihat ke arahnya. Pria itu bahkan akan melontarkan pertanyaan untuk memulai percakapan."Apa Giandra akan menyusul pulang ke Jakarta karena pekerjaannya?" tanya Rehan yang masih penasaran kenapa Amora pulang sendiri.Amora melirik sekilas ke arah Rehan. "Iya, masih ada yang perlu dia urus.""Tapi bukankah waktu liburan kalian masih beberapa hari lagi?" Rehan kembali melempar pertanyaan."Kau juga sama," jawab Amora singkat."Kita sedang membahas soal kau dan Giandra," tegas Rehan dengan punggung yang sudah ditegakkan."Kenapa harus? Aku tidak perlu menjawab semua pertanyaan tidak pe
Di dalam pesawat, sambil menatap ke luar jendela dan dengan tangan yang terkepal kuat, Giandra membayangkan kalau saat ini Amora mungkin sedang menangis karena kesalahan yang sudah diperbuatnya. Pastilah dirinya sudah menimbulkan luka yang entah bagaimana harus dia sembuhkan di hati wanita yang sangat dicintainya itu."Maaf, Amora. Maafkan aku," ucap Giandra penuh penyesalan. Giandra tahu kalau apa yang sudah ia perbuat ini akan menyebabkan kehancuran dalam rumah tangganya. Semula ia kira bisa meminta maaf dengan benar, tapi jangankan meminta maaf, bertemu setelah kejadian itu pun tidak.Di mana lagi ia akan menemukan wanita seperti istrinya itu. Kalau Amora meninggalkannya, maka sudah dipastikan ia akan sangat hancur. Ia memang serakah karena sejak awal pernikahan ini adalah pernikahan yang ditujukan untuk membalas dendam. Seiring berjalannya waktu, entah kenapa malah semakin sulit bagi Giandra melihat Amora mulai mendekati Rehan lagi meski ia tahu itu hanya upaya untuk menghancurka
Rehan tersentak mendengar perintah ibunya itu. Biar bagaimanapun, ia sama sekali belum kepikiran untuk menceraikan Olivia. Sebesar apa pun kesalahannya, Rehan tidak pernah memikirkan untuk melepasnya begitu saja.Kenapa? Apa karena cinta? Tentu bukan. Jawaban yang didapat hatinya itu hanya karena Oliver. Ia tidak mau Oliver diasuh oleh Olivia dan selingkuhannya itu. Sekarang saja di saat banyak yang mengurus anak itu, Olivia sering ceroboh dan menelantarkan anaknya sendiri. Bagaimana jika Oliver jauh dari keluarga ini? Membayangkannya saja sudah membuat Rehan gemetar.“Bu, aku sama sekali tak ingin berpisah dari Olivia. Jadi, tolong jangan ikut campur dengan masalahku kali ini.” Rehan menatap ibunya dengan pandangan mengiba. Dulu pernah sekali rumah tangganya hancur atas campur tangan Sofia, kini ia akan menentukan sendiri jalan hidupnya.“Apa kamu bilang? Ikut campur? Kamu mau mempertahankan wanita tak tahu diri itu? Entah apa yang kamu pikirkan, tapi Ibu tidak sudi memiliki menantu