Share

Hujan di Resepsi

Pov Fandi.

Ini akan jadi malam panjang. Aku bisa mati berdiri jika tak bisa mengganti semua uang Bapak Kila. Bagaimana  ini?

Kuseka keringat yang menetes di pelipis. Beginikah rasanya dapat masalah dengan mertua?

Selama ini, aku menikahi Sri yang hidup sebatang kara. Mau kuapakan juga tak akan ada yang membela. Tapi sekarang, Kila punya orang tua yang super banyak aturan.

Gluduk.... gluduk...

Suara gemuruh terdengar dari langit. Kilatan cahaya juga terlihat dari sisi kiri tempatku duduk. Gulungan awan hitam itu perlahan mendekati tempat kami berada.

Jangan sekarang langit, aku mohon jangan menambah kesialan ini dengan air kirimanmu!

"Mas, kok mau hujan?" Kila terlihat panik. Dia berdiri dan mengamati langit di atas teras rumah. Sementara aku, Tentu saja lebih panik. Harusnya hujan tak datang di hari sepenting ini, di musim kemarau juga.

Apakah banyak orang yang berdo'a agar air langit itu segera turun?

Belum juga kutemukan ide mengatasi masalah ini, tetesan air sudah jatuh ke tanah. Tamat sudah, riwayatku sebagai orang terpandang jatuh dalam Sekejap.

Sejak rencana pernikahan ini tersiar,  mereka terus bicara bahwa Kila akan menikah dengan lelaki sukses, tampan, mapan, direktur perusahaan teh ternama di Karanganyar. Karena itulah, keluarga Kila tak keberatan putrinya jadi istri kedua. Tapi sekarang, bagaimana direktur perusahaan besar membuat hajantan seperti pasar malam gagal!

" Mas bagaimana ini? " Kila semakin panik. Hujan turun semakin lebat, membawa serta beban berat kedalam hidupku.

Tamu undangan berhamburan mencari tempat berteduh, bahkan dekor tempat kami duduk tak luput jadi tempat mereka menghindari hujan.

Tak ada akhlak memang. Bisanya raja dan ratu sekarang lihat pantat berjajar tepat di depan kami !

" Sini, kita ke dalam. Ayo kita masuk mas!" Kila menarikku keluar dari situasi yang tak lagi kondusif. Dia membawaku kekamarnya yang sudah berhias bunga-bunga nan cantik, dengan selambu warna pink memutari semua ruangan.

Aku duduk di ranjang yang bertabur bunga. Rasanya kepalaku berdenyut hebat sekarang. Kenapa sejak kedatangan Sri, semua hal tak ada yang berjalan benar.

"Semua ini karena Sri!" Kila melempar vas bunga kelantai. Untung Vas itu dari kayu, jadi tak menimbulkan bunyi pecahan yang nyaring. 

"Hancur sudah semua mimpiku. Bagaimana kau akan membayarnya mas? Sakit sekali rasanya hatiku ini!" Kila kembali berteriak, kini ia melempar bantal ke arah ku.

"Sakit Kila!"  Aku memprotes sikapnya.

" Sekarang apa lagi yang ingin kau bela dari nya mas? Lihat kan apa yang sudah dia lakukan pada pernikahan impianku?" Kila bicara dengan berapi-api.

"Wanita yang kau bilang diam, penurut, santun, nyatanya membuat susah semua orang disini. Kau masih akan diam saja mas?" Kila berkacak pinggang. Nafasnya memburu, seperti baru saja ia selesai lari maraton.

Namun jika di fikir benar juga, semua kesialan ini terjadi setelah kedatangan Sri. Mungkinkah catering itu juga ulah nya? Ah tak mungkin, bisa saja memang Kila pesan catering abal-abal.

"Sekarang aku minta kau beri istri tuamu itu pelajaran mas ! Jika tidak, selamanya mungkin kau tak akan pernah memiliki harga diri!" 

"Bagaimana aku akan memberinya pelajaran ! Dia kemana saja aku sudah tak tau."

Kila terdiam sebentar, lalu kembali mendekatiku duduk di tepian ranjang. "Bagaimana jika dia ke rumah selingkuhan nya? Ke mana lagi dia akan tinggal. Dia bilang sudah menjual rumah mu di Karanganyar bukan ?"

Aku menatap tajam pada Kila. "Jangan ngaco kamu! Sri itu wanita baik-baik mana mungkin dia menghianatiku !"

"Siapa tau, dia ingin membalas dendam? Bukankah mas yang mengkhianatinya lebih dulu !"

Deg !

Entah mengapa, mendengar ucapan Kila, hatiku menjadi sakit.

 Mungkinkah ini baru awal dari semua karma yang akan aku terima atas pengkhianatan ku pada Sri? Ah tidak, mana ada hal semacam itu !

Kila kini mendekatkan bibirnya ke telingaku. "Coba mas fikir, masak iya tiba-tiba Sri bisa punya uang sebanyak itu? Jika bukan karena jadi simpanan Orang kaya, mana mungkin mobil milyaran menjemputnya kemari?"

Ucapan Kila ada benarny, Mungkin saja Sri punya laki-laki lain. Awas saja kamu Sri ! Aku ceraikan baru tau rasa kamu.

Aku berdiri dan melepas baju pengantin ku. Segera berganti dengan kaus dan celana panjang, mungki ada baiknya aku mencari tau dulu dimana Si Sri berada.

"Lho.. Lho, Mas mau kemana?" Kila terkejut melihatku berganti pakaian.

"Cari Sri, ada yang mau aku tanyakan!"

"Tanya apa?" 

"Tentang semua yang terjadi disini, dan uang di rekeningku yang tiba-tiba menghilang!"

Kila menarik tanganku dengan kencang. Tubuh ini terjatuh di atas tempat tidur. Gila, besar juga tenaga wanita satu ini !

"Coba katakan lagi mas?" 

"Katakan apa?"

"Yang barusan kau bilang tadi. Coba ulangi lagi"

Aku terdiam sebentar. Menyadari kebodohanku sendiri. Harusnya aku tak mengatakan apapun tentang rekeningku. Tapi kenapa, mulut ini tak bisa menjaga ucapan ya sendiri !

"Sudah lah sayang, mas harus kembali ke Karanganyar dulu." Aku berdiri, berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Gak...gak mas. Jelas-jelas tadi aku dengar, kau bilang rekeningmu tiba-tiba menghilang ! Jawa mas, apa yang aku dengar itu betul?"

Baiklah, sepertinya aku tak bisa lagi mengelak.

"Ya, dan yang membayar semua makanan itu Bapakmu. Jadi biarkan aku pergi mencari Sri dulu. Aku harus tanya banyak hal padanya, Kila !"

" Bapak yang bayar? keterlaluan kamu mas ! Tidak bisa kalau begitu, aku juga ikut!" Kila tiba-tiba berdiri dan mengganti juga bajunya.

Aku Menghentikannya dan menarinya duduk kembali. " Masih ada banyak tamu, Kita tak bisa pergi berdua dulu."

"Gak mas. Aku juga harus bertemu Sri, istrimu itu juga harus tau, aku juga punya hak atas uang suamiku. Seenaknya saja dia kosongkan seluruh isi rekeningmu. Mau makan apa kita setelah ini?"

Saking pusingnya, Kutarik rambutku sendiri. Kenapa begitu sulit mengendalikan perempuan satu ini. Kenapa pernikahan ini justru membawa banyak sejali masalah baru. Terlebih melihat Mila sekarang, yang ada di dalam otak ya hanya uang dan uang. 

Ah, kenapa aku bisa jatuh hati pada wanita materialistis seperti nya ? Tapi mau bagaimana, aku sudah terlanjur jatuh hati padanya.

"Mas ! Kenapa kau melamun terus? Kau sedang memikirkan Sri? Menyesal sudah membuat istrimu itu marah besar pada pernikahan kita ?"

"Bukan begitu Kila, mas sendiri tak tau apa yang sedang terjadi, jangan menambah mendidih otakku yang sedang panas!"

Ingin rasanya aku menghindar dulu dari banyaknya masalah yang ada malam ini. Segera saja aku ambil tasku di atas meja dan mengambil kunci mobil Kila. Mobil yang baru saja aku belikan untuknya beberapa hari lalu.

"Sudah, aku harus mencari Sri dulu. Kau disini saja, mengurus semua tamu orang tuamu!" Kali ini aku berkata dengan tegas.  Kila  nampak menatapku pias. Sementara tangan ini masih menunjukknya dengan sangat serius. Wanita ita tak berani sedikitpun membantah.

"Mas...!" 

Dia belum selesai bicara,  namun aku sudah menutup mulutnya dengan jari telunjuk. "Mas mohon mengertilah, mas akan segera kembali Kila, jadi percayalah apa kata mas. Paham "

 Kila mengangguk pelan. "Tapi, bagaimana kita menganti uang Bapak mas?"

Ku putar mataku kesal. Rupanya itu yang membuatnya tak ingin aku pergi.  Aku menariknya duduk di atas tempat tidur dan membelai rambutnya. " Kila punya uang?" 

Dia menggelengkan kepala. " Bagaimana jika kita pakai dulu uang sumbangan masyarakat dulu, kita pakai untuk membayar makanan tamu Bapak, nanti mas ganti."

Kila hanya terdiam. Tak memberi jawaban. Kuanggap saja dia setuju. Aku segera bergegas meninggalkannya keluar kamar, sebelum semakin. banyak pertanyaan dari mulutnya yang tak bisa diam itu.

Aku menyelinap di antara kerumunan, lalu berjalan menerobos hujan yang lebat, menuju mobil Kila diseberang, ter parkir di salah satu rumah tetangganya.

Baiklah Sri, mari kita bertemu! Aku ingin tau, dari mana juga kau dapat semua hart  melimpah itu. Benarkah kau jadi simpanan lelaki kaya?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Azhar
saya sangat menyukai ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status