Aku menyusul kemana mas Fandi membawa putriku. Bisanya dia tinggalkan tempatnya bekerja, tanpa izin dari siapapun. Dia fikir dia ini siapa? Petinggi pabrik ! Jangan menatang-mentang aku ini masih istrinya, bisa - bisanya dia menguji kesabaranku !" Sudah ketemu Man?"" Belum nyonya, saya belum menemukan keberadaan mereka.""Cari man ! aku tak mau tau, Cari sampai ketemu ! " Aku berteriak sendiri di dalam mobil. Marah dan jengkel kini aku rasakan.Arman terkejut, lalu sibuk menghubungi entah siapa. Aku tak perduli, yang aku mau adalah mereka segera ada di hadapanku !Aku mencoba menghubungi mas Fandi, namun lelaki itu justru mematikan Ponselnya. Apa yang ada di dalam kepala dua manusia tak beradap itu?Kemana kira-kira .mereka membawa Lala?Saat aku sendang berfikir, Ponselku terdengar berdering. Aku segera angkat. "Halo?"'Kenapa Sri?'Mas Fandi?"Kamu di mana mas?"'Liburan sebentar, mas kangen sama Lala. Jangan khawatir, Lala senang sekali ketemu Ayahnya.' Suara mas Fandi terdengar
Aku memeluk erat Lala di dalam mobil. Tak ku tanyakan apapun padanya sekarang, biarlah dia tenang dalam dekapanku. Gadis kecilku bahkan kini tertidur, aku bisa merasakan banyaknya tekanan yang Lala lalui hari ini."Apakah kita akan pulang Nyonya?"Bagaimana ini, meninggalkan Lala di rumah tentu bukan keputusan yang tepat, tapi aku ada pertemuan dengan orang-orang kepercayaan Bapak hari ini. Apakah bisa aku membawa Lala?"Man, apakah aku masih bisa membawa Lala ke pertemuan?""Sepertinya bisa nyonya, saya akan minta orang jemput Odah di rumah, dia bisa menemani Lala selama nyonya melakukan pertemuan."Ya, Odah pelayan di rumah bisa membantuku menjaga Lala."Baiklah man, mungkin itu yang terbaik. Bilang pada Odah, bawakan juga baju Lala untuk ganti.""Baik nyonya, saya akan hubungi sekarang."Aku bisa mendengar Arman bicara pada seseorang, sementara Lala masih tertidur dalam dekapanku.Aku mengusap paha gadis
Semua orang terdiam, duduk di kursi yang sudah di sediakan. Jika tadi mereka masih berani berbisik, maka sekarang tak satupun dari mereka bahkan berani mengerakkan tubuhnya."As you know, today i'm to announce something." Bapak memulai kalimatnya, tanpa pembukaan, apa lagi basa-basi yang memperlama acaranya. Beliau langsung pada inti acara. " Today, I officially introduce all of you to my beloved daughter, the girl who accompanied my broken days and the only reason I'm still alive." (Hari ini, secara resmi aku perkenalkan kalian semua pada putriku tercinta, gadis yang menemani hari-hari kehancuranku dan satu-satunya alasanku tetap hidup.)Bapak melihat mereka dengan yakin. Bahkan kalimatnya terdengar begitu resmi. "If I don't meet my daughter, I will definitely be a more cruel man than now. Without she in my heart, maybe my hands will be covered in more blood and life."( Jika aku tidak bertemu putriku, Aku pasti akan menjadi pria yang lebih kejam dari sekarang. Tanpa dia di hatiku,
Ibu melihatku terkejut, sementara kutarik Kila ke dalam rumah. " Kemari kau wanita tak tau diri !" Aku menyeretnya ke dalam kamar, menutup pintu nya dengan segera, mengunci pintu kamar itu lalu ku hempaskan Kila kelantai kamar."Sakit mbak! Mas tolong mas, lepaskan mbak, apa yang kau lakukan!" Ucapnya memegang rambut nya yang acak-acakan. Sementara beberapa helai tersisa di sela jariku. Matanya kini tajam melihat ke arahku." Sri, buka pintunya Sri ! " Mas Fandi berusaha mendobrak pintu, tapi aku tak perduli. Segera kuambil ponsel di dalam tas dan menghubungi Arman."Masuk man, dan amankan Si cacing kremi dan ibunya!" Ucap ku lalu memasukkan lagu ponsel kedalam tas.Aku meletakkan tas di atas meja rias dan melirik kembali ke arah Kila. Dia masih tertegun di lantai, melihatku juga dengan tatapan nyalang."Kau fikir aku takut padamu mbak ! Aku tak pernah takut pada siapapun." Ucapnya lalu berdiri dan masih menatapku tajam. Kini tangannya mengepal, bersiap untuk menyerang. " Sini, ayo !"
POV AuthorFandi terduduk di lantai kamar, melihat dan mengamati wanita yang baru beberapa hari lalu dia nikahi. Sejak kepulangan Sri dari rumah ibunya, tak sedikitpun Fandi mendekat atau menyentuh Kila. Tubuhnya masih tetap di lantai kamar. Bisa saja dia menggendong wanita itu ke atas ranjang, tapi Fandi memilih tak menyentuhnya, hingga wanita itu terbangun sendiri.Hari sudah mulai gelap, bahkan waktu berputar semakin larut, mereka masih pada posisi yang sama.Tok... tok... tok... Suara ketukan terdengar. " Fan, ini ibu Fan, kamu sedang apa?"Diam, Fandi tak menjawab, ia sibuk dengan pikiran nya sendiri. Sejujurnya, sisi hatinya tak percaya apa yang di katakan Sri tentang Kila. Ia masih bisa terima jika Kila begitu membenci Sri, tapi menyakiti Lala anaknya, apakah ia masih bisa terima?Dalam gelap mereka hanya terdiam, Ibu akhirnya juga pergi, kembali membiarkannya sendiri dalam sunyi.Tubuh di lantai itu bergerak, Kila mulai membuka mata, kepalanya pening dan hanya gelap yang ia l
Hari ini aku berencana menemui Mas Robi. Tentu saja menagih hutangnya padaku dan memberinya sedikit kejutan. Jika saja dia tak ikut membawa kehancuran dalam keluargaku, mungkin aku tak akan meminta uang itu seperti ini. Toh aku tak membutuhkan lagi uang itu, aku ke sini hanya untuk memberi nya pelajaran, tak lebih.Aku masuk ke pelataran rumahnya, Rumah yang cukup mewah dan besar. Mas Robi bukan Orang yang tak mampu sekarang, bisnisnya aku dengar berjalan baik, dia membuka tempat karaoke dengan uang penjualan tanah ibu mertuaku dua tahun lalu, bahkan dia kini berencana membuka cabang baru, tapi entah kapan itu terwujud.Kali ini aku memilih datang sendiri. Sudah bisa aku pastikan, mas Robi akan bersikap manis padaku. Mustahil jika ibu mertua tak memberikan laporan pada anak lelakinya itu, mengingat apapun pasti akan sampai ketelinga mas Robi." Bagaimana pun kamu tak boleh menolak keputusan ku Lia!" Suara mas Robi terdengar dari teras. Mereka sedang ada di ruang tamu sekarang, jadi sua
POV FandiHari ini aku harus menemui Sri, bagaimana pun aku harus bisa kembali meluluhkan hatinya. Mas Robi dan Ibu benar, Sri tak boleh menceraikanku begitu saja !" Fandi berangkat bu." Aku pamit pada ibu yang masih sibuk di dapur."Ya, hati-hati. Ingat kata ibu Fan, kamu jangan bersikap kasar pada Sri, kita bujuk dia pelan-pelan Fan, jangan sampai posisi kita jadi sulit karena kesalahanmu. Lagian kamu aneh, punya istri kaya sampai gak tau apa-apa !"Ya, sejak semalam ibu memang terus menyalahkan aku. Ibu bilang aku ini suami bodoh, bisanya punya istri kaya tapi aku tak tau apa-apa. Mana aku tau kalau Sri sekaya itu ! " Kita kan taunya Sri itu anak yatim bu, ibu sendiri dulu yang menjodohkan kami. Mana Fandi tau dia pewaris pabrik teh tempat Fandi bekerja.""Makanya itu kamu bodoh, begitu saja bisa tak tau !" Ibu menghardikku.Aku memilih diam, bisa habis aku terus di salahkan jika menjawab ucapan ibu. Lebih baik aku
Selamat membaca.Mbak Lia kuminta pulang kerumahku di tawangmangu. Bersama mobil lain yang dibawa Arman untuk menyusulku karena aku barus ke pabrik untuk urusan yang juga penting."Man, kumpulkan orang-orang penting di pabrik ini, buatkan juga aku jadwal untuk bertemu beberapa rekanan bisnis, aku ingin menyapa mereka." "Baik Nyonya."Aku sedang memeriksa laporan dalam pabrik dan menemukan banyak sekali ketidak cocokan lagi. Akhirnya kuputuskan menurunkan jabatan mas Fandi, biarlah dia berada di belakang sebagai pegawai biasa, toh dia tak mampu memimpin keuangan juga.Itu sudah lebih baik, dari pada kutendang dia meninggalkan pabrik ini. Ah, nanti juga akan aku lakukan, mendepaknya dari sini hanya perkara kapan aku ingin. Hanya saja, saat ini permainan jauh lebih menyenangkan jika dia masih ada di sini dan jabatannya jauh di bawahku.Tok.. Tok.."Masuk !"Dewi, Sekertarisku di Pabrik masuk. Dia mendekat lalu menyerahkan map berwarna merah. "Ini laporan persentase kehadiran selama bebe