Hari ini aku berencana menemui Mas Robi. Tentu saja menagih hutangnya padaku dan memberinya sedikit kejutan. Jika saja dia tak ikut membawa kehancuran dalam keluargaku, mungkin aku tak akan meminta uang itu seperti ini. Toh aku tak membutuhkan lagi uang itu, aku ke sini hanya untuk memberi nya pelajaran, tak lebih.Aku masuk ke pelataran rumahnya, Rumah yang cukup mewah dan besar. Mas Robi bukan Orang yang tak mampu sekarang, bisnisnya aku dengar berjalan baik, dia membuka tempat karaoke dengan uang penjualan tanah ibu mertuaku dua tahun lalu, bahkan dia kini berencana membuka cabang baru, tapi entah kapan itu terwujud.Kali ini aku memilih datang sendiri. Sudah bisa aku pastikan, mas Robi akan bersikap manis padaku. Mustahil jika ibu mertua tak memberikan laporan pada anak lelakinya itu, mengingat apapun pasti akan sampai ketelinga mas Robi." Bagaimana pun kamu tak boleh menolak keputusan ku Lia!" Suara mas Robi terdengar dari teras. Mereka sedang ada di ruang tamu sekarang, jadi sua
POV FandiHari ini aku harus menemui Sri, bagaimana pun aku harus bisa kembali meluluhkan hatinya. Mas Robi dan Ibu benar, Sri tak boleh menceraikanku begitu saja !" Fandi berangkat bu." Aku pamit pada ibu yang masih sibuk di dapur."Ya, hati-hati. Ingat kata ibu Fan, kamu jangan bersikap kasar pada Sri, kita bujuk dia pelan-pelan Fan, jangan sampai posisi kita jadi sulit karena kesalahanmu. Lagian kamu aneh, punya istri kaya sampai gak tau apa-apa !"Ya, sejak semalam ibu memang terus menyalahkan aku. Ibu bilang aku ini suami bodoh, bisanya punya istri kaya tapi aku tak tau apa-apa. Mana aku tau kalau Sri sekaya itu ! " Kita kan taunya Sri itu anak yatim bu, ibu sendiri dulu yang menjodohkan kami. Mana Fandi tau dia pewaris pabrik teh tempat Fandi bekerja.""Makanya itu kamu bodoh, begitu saja bisa tak tau !" Ibu menghardikku.Aku memilih diam, bisa habis aku terus di salahkan jika menjawab ucapan ibu. Lebih baik aku
Selamat membaca.Mbak Lia kuminta pulang kerumahku di tawangmangu. Bersama mobil lain yang dibawa Arman untuk menyusulku karena aku barus ke pabrik untuk urusan yang juga penting."Man, kumpulkan orang-orang penting di pabrik ini, buatkan juga aku jadwal untuk bertemu beberapa rekanan bisnis, aku ingin menyapa mereka." "Baik Nyonya."Aku sedang memeriksa laporan dalam pabrik dan menemukan banyak sekali ketidak cocokan lagi. Akhirnya kuputuskan menurunkan jabatan mas Fandi, biarlah dia berada di belakang sebagai pegawai biasa, toh dia tak mampu memimpin keuangan juga.Itu sudah lebih baik, dari pada kutendang dia meninggalkan pabrik ini. Ah, nanti juga akan aku lakukan, mendepaknya dari sini hanya perkara kapan aku ingin. Hanya saja, saat ini permainan jauh lebih menyenangkan jika dia masih ada di sini dan jabatannya jauh di bawahku.Tok.. Tok.."Masuk !"Dewi, Sekertarisku di Pabrik masuk. Dia mendekat lalu menyerahkan map berwarna merah. "Ini laporan persentase kehadiran selama bebe
Pov Author.Terimakasih masih membaca cerbung ini. Jangan lupa like dan komen ya sahabat pembaca. Selamat membaca kembali.***Kila masih sangat kesal dengan Fandi, bisa - bisanya dia membiarkan istri barunya terlihat bodoh di hadapan ibu dan abangnya sendiri. Lalu membiarkan Kila pergi dan di permalukan jugaMemang kenapa jika ku cubit anak ingusan itu! Dia yang sudah membuatku naik darah, anak kecil seharusnya manis, baik, penurut, tapi sejak pertama bertemu dia bahkan tak mau memanggilku mama juga. Oke lah dia gak mau panggil mama, karena dia sudah punya mama, tapi dia bisa juga panggil aku mami, bunda, mom, atau apapun asal bukan tante nakal. Dia yang nakal, kenapa aku yang di sebut nakal !Kila mencari pembenaran dalam kepalanya sendiri. Apapun yang terjadi, dia merasa tindakannya menyakiti Lala adalah benar "Di mana suamimu?" Hardi, Bapak Kila bertanya saat mereka dalam perjalanan kembali ke Karanganyar.Ya, Kila memang mengajak Bapaknya sekarang. Merasa membutuhkan pelindung d
" Kau ini kenapa mas!" Fandi berdiri lalu berteriak di hadapan kakaknya. Ia merasa apa yang baru saja di lihat adalah suatu kesalahan besar.Mendengar adiknya berteriak, Robi berdiri dengan sempoyongan. Berusaha menahan keseimbangan, Robi berjalan Ke arah Fandi. "Harusnya kau tanyakan pada istrimu itu! Perempuan murahan!" Ucapnya lalu berjalan masuk ke dalam rumah tak perduli lagi dengan Fandi yang terlihat marah."Kenapa kau menyebutnya murahan mas?" Fandi mengikuti kakaknya berjalan ke dalam rumah. Dia menarik tangan Robi, namun dengan cepat Robi menepisnya.Robi merasa malu, kesal, bahkan marah. Begitu banyak orang yang melihat perkelahiannya di depan rumah, terlebih juga ini adalah urusan rumah tangga Fandi, yang ternyata membawa banyak masalah juga dalam keluarganya.Robi melempar tubuhnya di kursi ruang tengah, darah masih keluar dari pelipis dan ujung bibir nya. Tapi bukan ini yang membuatnya sakit, melainkan bayangan kehancuran rumah tangga dan juga usahanya. Dia pernah jatuh
POV Author.Selamat membaca ! Jangan lupa subscribe dan beri bintang yaa.***Hari ini Sri menjemput Lia, Arman sudah menemukan tempat usaha yang cocok untuk Lia, dan Sri sekarang mengantarnya ke sana." Maaf ya mbak, aku tak bisa menemanimu di rumah. Aku harus pulang Ke rumah Bapak angkatku." Sri menjelaskan.Dia memang belum bisa kembali ke rumah nya sendiri, karena Tuan Lee masih ingin bersamanya dan Lala."Gak apa-apa Sri, mbak mengerti. Lagi pula, nanti jika mbak sudah punya uang sendiri, kami mau kontrak rumah saja.""Buat apa mbak? Tinggal saja di sana, rumah itu milikku sendiri, atas namaku, jadi gak akan ada yang meminta mbak Lia pergi."Sri mencegah, dia tak mau Lia tinggal sendiri. Dia tau betul bagaimana Robi, Dia tidak akan membiarkan Lia hidup tenang. Dan di rumah nya, Robi tidak tau rumah itu. Jika pun tau, dia tidak akan bisa masuk, sebab rumah berpagar tinggi dengan pengamanan ketat 24 jam"Tapi mbak gak enak Sri, sudah di bantu usaha masak masih numpang tinggal !""A
Setelah mengantar mbak Lia pulang, aku bersiap untuk menyelesaikan apa yang kudengar tadi siang. Menyakitkan melihat wanita baik itu menangis sepanjang perjalanan pulang, niatku untuk membahagiakannya pupus sudah hari ini, dengan telinga sendiri dia mendengar penghianatan yang di lakukan suaminya.'Sebenarnya mbak sudah tau Sri, mas Robi punya wanita lain. Tapi saat mendengar wanita itu meremehkan mbak dan bahagia di atas luka mbak, entah kenapa hati mbak sakit sekali.' kalimat itu terucap dari bibirnya yang bergetar.Aku tau bagaimana rasanya di remehkan, bahkan di campakan saat kita merasa sudah melakukan yang terbaik. Nyatanya lelaki itu sama !"Semua sudah siap nyonya." Arman datang ke ruang kerjaku.Aku berdiri dan memakai long coat berbahan kulit dengan warna cokelat yang menawan. Aku padukan dengan celana hitam panjang dan sepatu booth setinggi lutut. Tersenyum sendiri melihat pantulanku di kaca. Aku tak pernah berdandan begini, selalu dengan gamis, kemeja atau cardigan berba
Dia bekerja untukku!" Ucapku berdiri dari kursi empuk milik mas Robi. " Bagaimana rasanya menjadi calon istri ke dua? Berapa harga dirimu sebagai wanita simpanan? Katakan !""Sri!" Mas Robi meninggikan suaranya."Jangan berteriak mas, aku masih cukup sabar menghadapimu!""Tapi jangan menghinaku begitu! Aku masih punya harga diri, dan aku sangat mencintai Papi Robi, apa maksud dari ucapanmu tadi, ha ?"Ingin rasanya aku tertawa, dia membicarakan harga diri setelah menghancurkan kehidupan orang lain dan juga menjual harga dirinya? Lucu!Aku berjalan mendekati mereka. "Bukankah papi Robi terlihat sangat kaya?""Apa maksudmu?""Yang kau bikang di tempat makan tadi siang, bukankah kau juga mau mobil baru setelah menikah?"Wanita itu tampak terkejut, dia terlihat salah tingkah dan berulang kali melihat ke arah mas Robi. "Kamu... Kamu kenapa berkata begitu? Aku gak bilang begitu papi ! Kenapa kamu bilang begitu?"Kenapa? Ya karena aku tau, bodoh!" Kudekatkan wajahku padanya. "Jangan pernah b